Afika Lestari, gadis cantik yang tiba-tiba di nikahi oleh pria yang sama sekali tidak di kenal oleh dirinya..
Menjalani pernikahan dengan pria yang ia tidak kenal yang memiliki sifat yang kejam dan juga dingin, membuat hari-hari Afika menjadi hancur.
Mampukah Afika bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampuka Afika membuat pria yang memiliki sifat dingin dan kejam menjadi baik, dan mencintai dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKD 15
Seperti apa yang di perintakan oleh Baby. Kini Afika terus saja melayani Adrian. Walaupun apa yang dilakukan oleh Afika selalu saja di tolak oleh Adrian dan bahkan tak segan-segan Adrian memaki dan juga sangat kasar pada setiap apa yang di berikan oleh Afika. Namun Afika tetap tidak bergeming dan tetap menjalankan tugasnya. Afika sudah bertekad ingin membuat Adrian jatuh cinta padanya, agar apa yang Afika inginkan bisa segerah tercapai. Dan seperti pagi ini, saat Adrian belum bangun, Afika sudah lebih dahulu berada di kamar Adrina. Menyiapkan air mandi untuk Andrian, setelah kantor karena semalam tanpa sengaja Afika mendengar jika hari ini Adrian akan bekerja. Dan juga Afika dengan sangat teliti membersihkan sepatu Adrian agae terlihat lebih kinclong lagi. Setelah semuanya beres, Afika langsung membuka tirai gorden. Cahaya mentari pagi masuk lewat jendela, membuat Adrian merasa silau. Perlahan Adrian membuka mata. Dan kali ini, Adrian tidak marah seperti hari-hari kemarin. Dia hanya bangun dan langsung masuk ke dalam kamar mandi tanpa memperdulikan Afika yang berada di dalam kamarnya.
Adrian malas memulai harinya dengan pertengkaran, karena walau seberapa keras Adrian menghukum Afika tetap saja keesokan harinya Afika akan selalu datang mengurus segala keperluanya.
"Setelah kau siap, jangan lupa kebawa makan sarapanmu." Ucap Afika setelah mengetuk pintu kamar mandi. Adrian yang ada di dalam sana tidak menjawab, ia terus saja menggosok giginya sambil menatap pantulan dirinya di dalam cermin.
••••
Di perusahaan.
Adrian duduk di kursi kebesarannya sambil memeriksa beberapa berkas yang akan ia tandatangani. Dan saat Adrian sibuk bekerja, matanya tertuju pada foto kecil yang berada di atas meja. Foto dirinya dan juga Inggrid yang sedang berpelukan sambil tersenyum. Adrian langsung membalikkan foto tersebut. Dan menelpon asistennya yang berana Rio agar segera masuk ke dalam ruangannya.
"Permisi tuan, ada yang bisa saya bantu." Kata Rio sambil membungkukkan sedikit tubuhnya.
"Cari tahu kegiatan Inggrid sekarang juga. Aku tunggu dalam satu jam mendatang."
"Baik tuan." Rio dengan segera keluar dan melalukan tugas yang di perintahkan oleh tuannya. Tugas yang tidak boleh di tolak sama sekali. Karena jika hal itu terjadi maka siap-siap Rio akan kehilangan pekerjaan, dan bukan hanya kehilangan bahkan bisa di pastikan dimana pun Rio berada maka tidak akan ada perusahaan yang mau memperkerjakan dirinya.
Satu jam berlalu. Rio kembali masuk ke dalam ruangan dan menyerahkan selembar kertas ke hadapan Adrian.
"Saat ini nona Afika sedang sibuk di butik untuk....." Rio menghentikan ucapannya kala Adrian memberikan isyarat. Adrian melihat dengan jelas senyum Inggrid yang saat ini sedang memakai gaun, dan juga foto di mana Inggrid berpelukan sambil berciuman dengan calon suaminya. Adrian yang begitu marah, langsung meremas foto-foto tersebut.
"Apa saya harus membuat mereka..."
"Biarkan saja. Biarkan mereka tertawa hingga kelak akan menangis." Ucap Adrian dengan wajah yang dingin.
Saat Rio keluar. Ponsel Adrian berdering. Adrian tidak menjawab karena yang menghubunginya adalah Baby. Dan dapat Adrian tebak, jika kali ini pasti Baby meminta hal yang sama sekali tidak masuk di akal. Itu lah sebabnya Adrian tidak menjawab. Namun bukan Baby namanya, jika apa yang dia inginkan tidak ia dapatkan. Baby terus menghubungi Adrian hingga Adrian menjawab panggilannya.
"Ada apa?" Tanya Adrian saat panggilan sudah terhubung.
"Hari ini aku ingin membawa Afika berkunjung ke panti."
"Apa!?" Adrian tidak percaya dengan apa yang barusan Baby katakan. Baby yang sangat ingin mengurung Afika justru ingin membawa Afika dari tempat dimana ia menyembunyikan Afika.
"Aku ingin membawanya bertemu ibu panti. Agar mereka tidak terlalu mengkhawatirkan Afika. Ayolah kak, aku janji tidak akan membiarkan Afika lolos. Ada Nadi yang ikut."
"Terserah kau Baby. Kau yang punya kendali atas Afika. Tapi ingat, jangan merengek lagi padaku jika terjadi sesuatu."
"Okey kak, aku janji."
Adrian mengusap wajahnya, belum selesai satu masalah kini Baby kembali lagi membuat permintaan yang tidak-tidak.
•••••
Di mension
Afika sangat bahagia, karena Baby akhirnya mau mengabulkan ucapannya.
"Lihatlah akun tidak bohong. Aku menepati janjiku. Meski aku membenci mu tapi aku tetap ingat dengan janjiku." Kata Baby
"Kau lupa, jika aku pun juga menepati janjiku? Walau Adrian kasar padaku tapi aku selalu berada di sampingnya? Di caci dan di maki aku tetap sabar."
"Ingat jangan pernah mencoba kabur. Jika tidak!"
"Kau tenang saja, aku tidak akan kabur."
Di dalam mobil, Baby dan Afika duduk di kursi belakang. Keduanya saling diam dan masing-masing menatap kaca jendela mobil. Afika sudah dapat melihat dengan jelas jalanan menuju mension tempat ia di kurung. Pantas saja, saat malam itu Afika tidak bisa meloloskan dirinya. Karena ternyata mension yang ia tempati berada di tengah hutan dan tidak ada sama sekali rumah penduduk di sana.
"Kau pasti haus." Ucap Baby sambil memberikan Afika sebotol air mineral. Afika tahu, Baby adalah gadis yang baik hanya saja keegoisan di dalam diri Baby membuatnya ingin melakukan hal apa pun untuk bisa mendapatkan apa yang Baby inginkan, seperti Rangga. Afika bisa menebak dari mata Baby, yang saat Afika di tampar Baby dengan jelas melihat Afika dengan tatapan sendu.
"Makasih." Ucap Afika.
Keduanya kembali terdiam sampai mobil yang di kendarai oleh Nadi tiba di pekarangan panti asuhan.
"Ingat, jangan pernah mencoba untuk kabur." Kata Baby sambil menatap wajah Afika.
"Percaya padaku."
Afika turun dari mobil di susul oleh Baby yang terus menempel di dekat Afika, menjaga-jaga agar Afika tidak kabur dari dirinya.
"Assalamu'alaikum bu." Ucap Afika saat masuk ke dalam.
Siti yang hafal betul dengan sang pemilik suara langsung keluar dan melihat, benarkan apa yang ia dengar itu suara Afika atau hanya halusinasi nya saja. Dan betapa bahagianya Siti saat melihat Afika sudah berada di depan pintu. Siti langsung memeluk tubuh Afika sambil meneteskan air matanya.
Akhrinya kerindua mereka terobati dengan pelukan yang hangat di antara keduanya. Baby yang melihat ikut merasa senang, hanya saja ia mampu menyembunyikan perasaannya.
"Bagaimana kabarmu nak. Kau baik-baik saja? Oh yah apa pria itu memperlakukan mu dengan buruk?" Dan masih banyak sekali pertanyaan yang terlontar dari bibir Sri.
"Biar aku dan Baby duduk dulu bu." Kata Afika, yang tidak tega melihat Baby berdiri di sampingya.
Setelah duduk, kini Siti kembali mempertanyakan apa yang terjadi kepada Afika dan kenapa Afika tidak pernah memberi kabar sama sekali. Dan Afika pun menjelaskan jika dirinya baik-baik saja selama ini, hanya saja ia sibuk sampai lupa memberi kabar. Afika terpaksa berbohong agar Siti tidak lagi mengkawatirkan dirinya. Dan untung saja, saat sebelum berangkat ke panti, Baby memberikan Afika baju yang bagus hingga membuat tampilan Afika berubah menjadi lebih cantik. Dan juga saat di perjalanan, Baby menyempatkan dirinya untuk berbelanja keperluan panti.
"Dia siapa?" tanya Siti setelah cukup merasa puas mendengar cerita Afika.
"Dia...."
"Aku adik iparnya Afika. Perkenalkan namaku Baby Maganta, ibu panggil Baby saja."