Malam itu petir mengaum keras di langit, suara gemuruhnya bergema. Angin mengamuk, langit menangis, meneteskan air dengan deras. Alam seolah memberi pertanda, akan datang suatu bencana yang mengancam sebuah keluarga.
Clara seorang ibu beranak satu menjadi korban ghibah dan fitnah. Sampai mati pun Clara akan ingat pelaku yang sudah melecehkannya.
Akankah kebenaran akan terungkap?
Siapa dalang di balik tragedi berdarah ini?
Ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Villa Dira
"KURANG AJARRRR!!!!!" Mamah Zehan melempar ponselnya ke lantai.
"Papah, apa yang Papah lakukan!" Zehan berteriak dari balik telepon, tapi percuma Bobby tidak akan mendengarkan karena ponselnya dalam mode silent.
Beberapa menit yang lalu, Aya dan Zehan mendapatkan panggilan video dari Bobby. Setelah mereka membuka panggilan, ternyata Bobby sedang bercumbu dengan seorang wanita yang tidak Aya dan Zehan kenali. Tentu saja Bobby tidak mungkin melakukan itu. Yang melakukan panggilan video bukan Bobby tapi sosok yang melayang bebas di rumah Bobby. Sosok itu menunggu kehancuran Bobby.
Sosok itu keluar dari rumah besar Bobby, menembus tembok dan masuk kembali ke dalam tubuh Dilara. Dilara membuka mata, Dilara mencoba berjalan sejauh mungkin dari rumah Bobby. Dirasa cukup jauh, Dilara duduk di bawah pohon pinggir jalan. Dilara meminta Salman menjemputnya.
Tidak berapa lama, Salman, Salma dan Dira datang menjemput Dilara. Dilara masuk ke dalam mobil dan meminum air mineral yang diberikan Dira padanya.
"Kak Dira sudah sehat? Kok gak rawat inap?"
"Cuman luka kecil, gak perlu rawat inap," jawab Dira.
"Dila, kok kamu bisa ada di sini?" tanya Salma.
Dilara diam, mencari alasan yang tepat. Dan Dilara melihat ada rumah makan yang menyuguhkan menu favoritnya di depan sana.
"Hmmm, Kak. Aku pengen makan bakmi pangsit. Tuh di sana ada yang jual. Ada yang bilang di sana enak. Aku mau nyobain, eh gak taunya uang ku cukup tuk bayar ojol az." Jawab Dilara asal.
"Salman, berhenti di rumah makan depan. Kalian boleh makan sepuasnya," kata Dira.
"Cusssss," sahut Salman dan Salma berbarengan.
Mereka akhirnya menikmati bakmi pangsit kesukaan Dilara. Dan Dilara lagi-lagi sangat lahap menyantap 5 mangkok bakmi pangsit.
"Dila, kok nafsu makan kamu sebegini banyak?" Salma menghitung mangkok Dilara.
"Ini yang kedua kalinya," sahut Salman.
"Kok bisa?" Salma memperhatikan Dilara.
"Aku cape. Kak Salman tolong bukain pintu mobil aku mau istirahat," Dilara berdiri.
"Aku ikut. Salman tolong bayar semua tagihan," Dira memberikan dompetnya kepada Salman.
Dira menemani Dilara masuk ke dalam mobil. Dilara menyandarkan punggung sambil memejamkan matanya.
"Permisi, siapakah Anda?" Dira menghadap ke arah Dilara.
"Kamu tidak perlu tahu," jawab Dilara dengan mata yang tertutup.
"Tolong, jangan bawa Dila dalam masalah Anda. Saya tidak tahu siapa Anda. Saya tidak ingin Dila celaka."
"Anak muda, apakah kamu menyukai Dila?"
"Iya, tolong, saya tidak ingin Dia terluka. Dila selama beberapa tahun ini sakit-sakitan. Sekarang saja Dila kelelahan. Dila terlalu lemah," ucap Dira.
"Baiklah. Tolong jaga Dilara," Dilara kembali diam. Dilara kini benar-benar terlelap.
Salman dan Salma kembali masuk ke dalam mobil. Mereka melihat Dilara yang tertidur di kursi tengah mobil. Salman mengembalikan dompet Dira. Salman bertanya bagaimana keadaan Dilara. Dira bilang Dilara butuh refreshing, Dira menawarkan kepada mereka untuk menginap di Villa keluarga Dira yang letaknya tidak begitu jauh dari kota. Kebetulan mereka besok juga tidak ada jadwal kuliah.
Salma menghubungi orang tuanya, meminta izin untuk menginap di Villa keluarga Dira. Mereka tidak pulang ke rumah. Dari raut wajahnya, terbaca dengan jelas mereka mendapatkan izin dari orang tuanya. Salma tersenyum menatap Salman dan Dira. Dan akhirnya mereka menuju ke Villa keluarga Dira.
🌑 Villa keluarga Dira
Dilara mencium aroma jagung bakar. Dilara membuka matanya. Dilara bingung memperhatikan tempat yang sama sekali tidak dikenalnya. Dilara terbaring di sun lounger di pinggir kolam renang dengan selimut yang menutupi tubuhnya.
Dira, Salman dan Salma membawa sesuatu di tangan mereka menuju ke tempat Dilara. Mereka menyusun dengan rapi di atas meja. Ternyata mereka menyiapkan menu barbeque untuk makan sore.
"Dila, nih cobain jagung bakar kesukaan kamu," Salma memberikan satu jagung kepada Dila.
"Hmmmm," Dilara sangat menikmati jagung bakar, sosis dan hidangan lainnya.
Mereka sangat senang berada di Villa Dira. Tempatnya sangat tenang, nyaman. Dan mereka ke datangan tamu. Dua buah mobil mewah memasuki halaman. Dira dan teman-temannya berdiri menyambut kedatangan mereka.
"Dira?" Mama Dira kaget melihat Dira dan teman-temannya berada di Villa mereka.
"Ma, Pa, maaf Dira gak kasih tau mau kemari. Ini teman-teman Dira," Dira mengenalkan temannya kepada orang tuanya.
Dilara, Salman dan Salma mencium punggung tangan orang tua Dira. Orang tua Dira juga mengenalkan sepasang suami istri dan juga dua orang anak mereka. Dan salah satu anak perempuan mereka memeluk Dira. Dira merasa risih di saat gadis itu mulai bermanja-manja dengannya. Sesekali Dira melirik ke arah Dilara yang mulai akrab dengan saudara laki-laki gadis itu.
Hari pun berubah gelap. Para orang tua asik di dalam Villa bersantai. Sedangkan Dira, Dilara Salman, Salma, Putri dan Putra juga asik mengakrabkan diri di halaman depan Villa.
Setelah mereka saling berkenalan, ternyata Putri dan Putra adalah teman masa kecil Dira. Dan mereka pindah ikut orang tuanya ke luar negeri. Dan ini pertemuan mereka yang pertama setelah mereka tumbuh dewasa. Terlihat jelas Putri sangat menyukai Dira dari sikap yang ditunjukkannya.
Dilara permisi ke kamar mandi meninggalkan mereka. Dilara menuju kamar mandi yang letaknya ada di samping kolam renang. Dilara tanpa sengaja mendengar obrolan orang tua Dira dan sahabatnya. Inti dari obrolan itu orang tua Putri ingin menjodohkan Putri dan Dira. Mereka bilang Putri sangat menyukai Dira. Itulah alasan mereka menemui orang tua Dira.
Orang tua Dira tentu saja senang mendengarnya. Tapi mereka mengatakan zaman sudah berubah. Mereka menyerahkan semua keputusan kepada Dira. Orang tua Putri menawarkan perjanjian bisnis yang sungguh menggiurkan jika keluarga mereka bersatu.
Orang tua Dira sangat berterima kasih atas kebaikan mereka. Tapi mereka tetap menyerahkan semua keputusan kepada Dira.
"Apa kurangnya Putri? Dia berpendidikan, bisnis kami besar. Kalian pasti tidak akan rugi," kata papanya Putri.
"Apa kalian tidak menyesal seandainya dapat menantu yang jauh derajatnya dari kalian?" kali ini mamanya Putri yang ikut bicara.
"Maaf, jikalau pun Dira memilih seseorang yang sederhana tapi sangat Dira sukai. Kami tetap menerimanya. Bagi kami kebahagiaan Dira juga kebahagiaan bagi kami," jawab papanya Dira.
Dilara tersenyum. Sungguh beruntung kekasih Dira mempunyai calon mertua seperti mereka, batin Dilara.
Dilara dengan santai berjalan keluar dari Villa keluarga Dira. Dilara sengaja berkeliling sendiri menikmati suasana malam. Dilara melihat ada beberapa buah Villa di sana selain Villa keluarga Dira.
Sampai lah Dilara di sebuah taman bermain. Di sana Dilara melihat seorang pria duduk sendirian di kursi taman sambil menghisap rokok. Pria itu menatap lekat ke arah Dilara. Dia membuang puntung rokok ke tanah dan menginjaknya. Pria itu berdiri dan memanggil Dilara.
"Clara, akhirnya aku menemukanmu,"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...