Risty Azalea, gadis cantik yang berasal dari keluarga sederhana bertekad merubah hidupnya menjadi wanita yang sukses dan dihormati semua orang, tapi siapa sangka kisah asmaranya tidak semulus karirnya saat ini. Dia malah jatuh cinta pada Bima Arya Dalwyn, seorang laki-laki menyebalkan dan bermulut tajam yang tidak menyukainya sama sekali. Penasaran kan bagaimana lika-liku perjalanan kisah cinta mereka? Yuk ikuti terus kisah mereka, jangan lupa beri like dan komen ya kesayangan!😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocha Zain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18.Menyadari
Waktu telah menunjukkan sore hari, Risty berada di dalam kamar lamanya di Mansion milik Pak Haris. Dia termenung di balkon kamarnya sembari menyalakan sebatang rokoknya. Dia memikirkan hubungannya dengan Bima, hubungan seperti apa yang saat ini dia jalani. Terasa hampa dan sangat membosankan, terlebih saat Risty mendengar kekasih Bima sedang mengandung, ingin sekali saat itu juga dia menghantam kepala Bima dengan keras.
Bisa-bisanya laki-laki yang berasal dari keluarga terpandang seperti Bima mencoreng nama baik keluarganya, mengacuhkan istrinya dan bercumbu dengan kekasih lamanya hingga wanita itu hamil. Sungguh terlalu br****sek pikirnya.
Dia membayangkan sekelebat kebebasannya, mungkin akan terasa lebih lega jika pada akhirnya mereka berpisah.
Beberapa saat kemudian ponselnya berdering. Dia mengernyitkan dahinya, sebuah kontak nomor yang sudah lama tidak menghubunginya, tiba-tiba muncul dilayar ponselnya.
"Hallo! Iya, Kak Gibran kan ini?" tanya Risty ragu-ragu.
"Iyalah Ris siapa lagi! Udah lama ya kita nggak telponan lagi, mau kangen tapi kok ada yang punya! Dosa gue ntar!" ucap Gibran dengan candaan garing.
"Hehehe, bisa aja Kak Gibran nih!" jawab Risty asal.
"Kak Gibran tumben telpon? Emangnya ada perlu apa?"
"Ris, aku mau ngomong masalah yang benar-benar penting sama kamu!" ucap Gibran dengan nada serius lalu menghela nafasnya sejenak.
"Hmm?" Risty menduga sepertinya berhubungan dengan Bima dan kekasihnya.
"Tolong kamu jangan marah ya Ris kalo aku bilang hal penting ini, kamu cari dulu kebenarannya! Aku cuma kasian sama kamu terus dibohongin Bima,"
"Iya? Memangnya Kak Bima kenapa kak?" Risty berpura-pura tidak tahu.
"Sebenarnya Vania pacar Bima sedang hamil saat ini,"
"Haaaa? Benarkah?" Risty berpura-pura terkejut.
Dia hanya ingin tau apa motif sahabat suaminya hingga mengatakan rahasia besar seperti ini.
"Iya Ris, tadi pagi Vania nelpon aku dan cerita kalo dia sedang hamil anak Bima. Tadi siang Bima juga nemuin kami bertiga, dia kelihatan frustasi Ris. Dia curhat sama kami kalo dia udah jatuh cinta sama kamu, dia nggak pengen kehilangan kalian berdua!" ucap Kak Gibran panjang lebar.
"Cihh! Drama apalagi ini! Bisa-bisanya disaat seperti ini si Br*****sek itu masih bersikap egois!" ucap Risty dalam hati.
"Makasih ya kak! Informasi penting dari kakak berguna banget buat aku, aku nggak nyangka Kak Bima segitu br******seknya, aku kecewa sama dia kak," ucap Risty berpura-pura sedih.
"Kamu yang kuat ya Ris, semoga bisa ngelewatin semuanya. Kalo kamu butuh bantuan dariku, tolong jangan pernah sungkan untuk menghubungiku!"
"Baik Kak, makasih banyak! Kakak baik banget sama aku,"
"Ya udah, aku tutup dulu ya Ris! Inget kalo ada apa-apa segera hubungi aku!" ucapnya mengingatkan.
"Iya kak, tenang aja,"
"Assalamualaikum.." ucap Kak Gibran mengakhiri.
"Wa'alaikumsalam.. Warahmatullahi.. Wabarakatuh.."
Ternyata benar pikirnya, Bima benar-benar sudah berbuat diluar batas. Risty ingin menunggu sampai Bima sendiri yang mengatakannya.
Baru dia memikirkan suaminya, ternyata Bima menelponnya.
"Assalamualaikum.. Ris, kamu masih dirumah papa?"
"Wa'alaikumsalam.. Iya kak aku masih dirumah papa, kakak lagi dimana?"
"Aku lagi nggak enak badan Ris, kayaknya aku nginep dirumah mommy dulu deh, paling sekitar tiga harian. Kamu nggak apa-apa kan kalo di Apartemen sendiri?"
"Biasanya juga sendirian kalo situ lagi pacaran! Sok-sokan peduli lagi, basi banget si buaya nih!" ucap Risty dalam hati.
"Ahh iya Kak aku nggak apa-apa, kakak jangan mikirin aku! Yang penting kakak sembuh dulu, biar bisa balik lagi ke Ibukota. Atau perlu aku juga ambil cuti urusin kakak disana? Aku khawatir sama kakak!" ucapnya berpura-pura manis.
"Nggak usah sayang, kamu di apartemen aja! Lagipula pekerjaanmu dikantor kan juga banyak, aku nggak pengen ganggu pekerjaan kamu. Cuma perlu beberapa hari aja, aku pasti cepet sembuh, kamu jangan kuatir! Aku minta maaf ya nggak bisa nemenin kamu di Apartemen,"
"Iya kak, nggak masalah. Maaf aku jadi nggak bisa ngerawat kakak sakit, semoga kakak lekas sembuh ya!"
Dia sangat tahu Bima saat ini tidak sakit, jika dia sakit tidak mungkin dia mengajak teman-temannya nongkrong dan curhat bareng dengannya. Risty bisa menduga jika kehamilan Vania membuat Bima tidak tega meninggalkannya saat ini.
"Amin, makasih doanya sayang! Aku nggak apa-apa sayang, kamu nggak perlu minta maaf,"
Setelah obrolan yang tidak penting selesai, Bima mengakhiri pembicaraannya dengan istrinya.
***
Bima menemani Vania di Apartemennya, dia tidak tega melihat keadaan Vania yang hamil muda seperti itu. Vania pun terus menempel kemanapun Bima pergi.
"Sayang, kapan kamu ngomong sama papa mamaku? Aku nggak mungkin pulang dengan keadaan hamil tanpa suami kayak gini, bisa-bisa aku disuruh gugurin kandunganku karena udah bikin malu keluarga," ucap Vania dengan nada sedih.
"Iya sayang, kamu sabar dulu ya! Secepatnya kita akan temui mama dan papa kamu, kamu tahu keluargaku seperti apa? Daddy-ku nggak akan biarin aku nyakitin Risty, aku rasa daddy juga nggak bakal setuju aku pisah sama Risty. saat ini aku masih binggung harus berbuat apa!" Bima mengacak rambutnya penuh frustasi.
"Sayang, kalo emang harus jadi istri kedua aku mau! Asal kamu nggak akan pernah menyentuh wanita itu! Kamu pernah bilang kan kamu nggak suka sama dia!"
Vania menatap Bima penuh selidik, Bima diam tak bisa menjawab. Dia menjadi tegang dengan ucapan Vania, karena nyatanya dia juga jatuh cinta pada Risty saat ini. Tidak mungkin baginya suatu saat nanti tidak menyentuh wanita yang begitu menggoda dimatanya, bahkan selama ini dirinya mati-mati menahan hasratnya saat berada didekat wanita bertubuh sintal itu.
"Atau jangan-jangan kamu udah jatuh cinta kan sama wanita kampung itu!" Vania menatapnya tajam.
"Jangan berkata buruk tentang istriku! Walaupun wanita itu berasal dari kampung tapi dia wanita yang baik dan pekerja keras!"
Entah apa yang ada dipikiran Bima, dia tersulut emosi dengan ucapan Vania.
"Tuh benar kan! Kamu udah jatuh cinta sama gadis itu! Lalu buat apa aku ada diantara kalian! Percuma aja aku hamil anakmu kalo nyatanya aku nggak berarti apa-apa! Lebih baik aku mati!" Vania menangis meraung-raung sembari memukul perutnya.
"Van hentikan! Stop! Jangan menyakiti dirimu dan bayi kita, aku menyayangimu dan bayi kita! Aku nggak mau kehilangan kalian berdua. Maaf kalo kata-kataku menyakitimu, aku minta maaf sayang!" seru Bima sembari memeluk Vania dari belakang.
"Jujur aku emang udah jatuh cinta sama Risty tapi aku juga cinta sama kamu, tolong mengertilah! Kami laki-laki jika setiap hari diberikan perhatian dan kasih sayang lama-lama juga akan luluh. Jangan memaksaku untuk memilih untuk saat ini!"
Vania terdiam dengan ucapan Bima, jika dia tidak bisa menahan emosinya, bisa-bisa Bima yang malah meninggalkannya.
"Iya sayang, maafkan aku! Aku hanya takut kamu meninggalkanku dengan keadaanku yang seperti ini," ucap Vania bersedih.
Dia takut jika Bima mencampakkan dirinya, dia mengalah dan diam-diam menyusun rencana untuk membuat Risty mundur dari pernikahan mereka.
"Aku tidak akan meninggalkanmu dan bayi kita sayang! Kamu jangan sedih lagi, ayo kita makan malam! Jangan sampai bayi kita kelaparan dan kekurangan gizi didalam perutmu," ucap Bima penuh perhatian dan Vania pun mengangguk tersenyum.
Tiga hari pun telah berlalu, kini Bima pulang ke apartemennya. Dia memilih pulang di malam hari untuk menghindari perbincangan bersama istrinya. Pikirannya masih begitu kacau, dia binggung bagaimana dia harus mengatakan sejujurnya pada istrinya.
Dalam hatinya yang terdalam dia begitu merindukan istrinya, dia ingin memeluk dan menumpahkan segala kesedihannya pada wanita yang berstatus istrinya itu. Tapi dia terlalu malu untuk mengatakan segalanya, dia benar-benar laki-laki br*****sek pikirnya, setelah memberi harapan-harapan manis pada istrinya lalu sebentar lagi akan memberi kenyataan yang pahit untuknya.
***
Pagi telah menjelang, Risty sedang memasak sarapannya di dapur. Dia dikejutkan seseorang laki-laki yang tiba-tiba menyentuh bahunya dari belakang.
"Ris!"
"Eh!" pekiknya dengan terkejut.
"Ahh maaf kalo aku menggagetkanmu!" Bima tertawa lucu melihat ekspresi Risty.
"Ya Allah Kak Bima! Suka banget sih bikin orang jantungan! Sejak kapan kakak datang? Kok aku nggak tau!" tanyanya dengan heran.
"Tadi malem baru sampai, kamu pasti udah tidur makanya nggak denger,"
"Kakak udah sehat? Apa kata dokter? Apa ada sesuatu yang serius?" tanya Risty berpura-pura khawatir.
"Aku udah sehat Ris dan nggak ada yang serius, cuma kecapekan aja terus telat makan juga jadi penyakit typus-ku kambuh," ucap Bima berbohong.
"Syukurlah kalo begitu, kakak mau aku bikinin sarapan apa?" tawar Risty.
"Se-iklasnya kamu aja sayang!"
"Cupp!" Bima mengecup pipi Risty sekilas lalu duduk di meja makan.
Risty sedikit kaget dengan perlakuan Bima yang tiba-tiba, spontan dia memegangi pipinya. Dia tidak tersipu dan tidak merasa bahagia, dia hanya terkejut. Sedangkan Bima tersenyum karena mengira Risty menyukai ciuman darinya.
"Baiklah, aku buatkan nasi goreng seafood buat kakak ya!"
"Boleh sayang," ucap Bima tersenyum manis dan Risty hanya tersenyum kaku.
Risty melanjutkan pekerjaan, dia ingin segera menyelesaikan urusannya di dapur dan pergi ke kantor. Dulu dia bahagia saat Bima mau makan bersamanya, sekarang dia bahkan tidak ingin melihat suaminya walaupun hanya sekedar untuk makan bersama.
Setelah 15 menit berada didepan kompor, akhirnya Risty telah selesai membuatkan sarapan untuk dirinya dan sang suami.
Bima makan dengan lahap masakan Risty, dia selalu menyukai semua masakan istrinya. Sungguh beruntung dirinya mendapatkan istri yang cantik, pekerjaan keras dan pandai mengurusnya.
Dia benar-benar menyesal telah menyia-nyiakan wanita yang begitu istimewa didepannya, dulu hanya Vania saja yang menarik dihatinya. Vania sangat cantik dan seksi tapi saat ini dia menyadari Vania tidak ada apa-apanya dibandingkan Risty.
"Ris, bagaimana kabar papa sama Mama? Maaf aku nggak bisa nemenin kamu berkunjung kesana," tanya Bima yang telah menyelesaikan sarapannya.
"Alhamdulillah semua baik kak, nggak masalah kak, papa dan mama bisa mengerti kesibukan kakak,"
"Alhamdulillah kalo semua baik-baik saja, oia hari ini aku anter kerja ya sayang?" ucap Bima tersenyum lembut pada Risty dan Risty pun mengangguk.
btw thanks thor udah up 2 uluh" sarangheo thor semngaaat trus thor up satu" ngak papa thor asal jngan lama" thor