Kecelakaan sang kakak membuat dirinya tidak punya pilihan lain selain menikahi calon kakak iparnya sendiri.Pernikahan tanpa cinta yang dia jalani ternyata harus melatih kesabarannya.Dan itulah yang harus dia lakukan.Ali bin Abi Thalib pernah berkata:"Yakinlah,ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kau jalani,yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit."
Azalea itulah namanya,wanita berkerudung panjang dengan kecantikan luar biasa yang dia sembunyikan dari balik cadarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 : Curhatan hati
"Adam?Adam itu siapa ma?"
Tak tertahankan,cairan bening yang sedari tadi menggenang di pelupuk mata wanita paruh baya itu luruh sudah.
Terbukti secepat itukah perkiraan dokter?Kenapa mama Irene merasa jika umur anaknya tidak akan lama lagi?
Mama Irene menghambur memeluk Lily.
"Kenapa mama menangis?"Lily jadi bingung.
"Kamu akan sembuh nak."Ujar mama Irene di sela tangisnya.
Mama Irene kembali mengumpulkan kesadarannya,dia tidak boleh rapuh,apalagi di depan Lily.Sekarang ini,tidak ada yang akan menjadi tumpuan sang anak kalau bukan dirinya dan papa Zaid.
Adam berdiri tak berdaya melihat adegan menyedihkan itu.Apa yang harus ia lakukan?
Adam akhirnya memilih menjauh,tidak menghampiri Lily yang tiba tiba saja lupa dengannya.
Sejam yang lalu Adam tiba di rumah sakit, perjalanan yang cukup melelahkan dari pesantren tidak menyurutkan niatnya untuk langsung bekerja.Tapi,pemandangan pertama yang ia lihat sungguh membuatnya terenyuh.Perasaan cinta yang Adam rasakan dulu memang sudah hilang,tapi ia masih memiliki rasa tanggung jawab pada mantan tunangan nya itu.
Adam melangkah gontai menyusuri lorong rumah sakit.Karena terlalu fokus dengan pikirannya,ia tidak mendengar seseorang yang berteriak memanggil namanya.
"Hhh,,hh,,hh."Terlihat Izel setengah berjongkok dengan nafas tersengal setelah berhasil menghentikan langkah Adam.
"Bang Izel?"Adam terkejut dengan tepukan Izel di pundaknya,Sebenarnya itu bukan tepukan melainkan sejenis pukulan yang lumayan kuat sampai Adam harus meringis kesakitan.
"Aku sudah berlari marathon untuk mengejar mu,kau itu jalan atau terbang sih,cepat sekali."Izel masih sempat mengomel meski dalam keadaan nafas yang tidak stabil.
"Maaf bang,aku tidak mendengarnya."Adam mulai mensejajarkan langkahnya dengan Izel yang sudah berjalan seperti biasa setelah berhasil menormalkan pernapasan nya.
"Kemarin libur ya?"Tanya Izel.
"Iya bang,lebih tepatnya meliburkan diri."Adam tertawa renyah.Bertemu Izel sedikit banyak menghilangkan kegundahan hatinya.
"Pantas,kata dokter Andi kamu lagi ada urusan."
"Iya bang."
"Kamu mau ke mana?"
"Ingin mencari udara segar bang."
"Ayo,kita ke kafetaria saja,aku mau cari makan,lapar."Ujar Izel merangkul Adam dan berjalan menuju kafetaria yang terletak di lantai satu Brawijaya Hospital.
***
Kafetaria Brawijaya hospital.
"Kamu tidak makan?"Tanya Izel setelah ia memesan beberapa jenis makanan sementara Adam hanya diam saja.
"Masih kenyang bang,minum saja."
"Oke."
Mereka mencari tempat duduk yang nyaman untuk mengobrol.
"Aku melihat mertuamu pagi tadi di depan ruang ICU.Siapa yang sakit?"
Adam menghela nafasnya,mungkin sudah saatnya ia menceritakan semua pada Izel,karena selain dengan Farel dan Sisil,Izel termasuk yang sangat dekat dengan Adam,mereka memiliki hubungan personal yang terjalin saat masih di bangku kuliah.Meski Izel lebih senior dari Adam,tapi itu tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk berteman dan berbagi cerita.
"Dua hari lalu,aku harus membawa Lily ke rumah sakit.Tiba tiba ia pingsan."
"Jadi yang di dalam itu istrimu?"mata Izel membulat.
"Lebih tepatnya kakak iparku."
"Kakak ipar?Kenapa aku jadi bingung?Setahuku,kamu bertunangan dengan Lily,dan beberapa bulan lalu kalian resmi menikah."
"Ceritanya panjang bang."Lanjut Adam.
"Tunggu,aku mendapat informasi dari Abi,kalau Lily,ah tidak,maksudku istrimu itu berpenampilan tertutup.Terbukti saat Abi dan umi datang ke pesta pernikahanmu,kedua orang tuaku sempat terpana dengan mata istrimu,warna amber.Itu adalah warna yang sangat langka,dan sejauh ini hanya umi yang memilikinya.Benarkah istrimu memiliki warna mata itu?"Tutur Izel.
"Kenapa aku jadi penasaran?" Batin Izel.
Adam mengangguk.
"Tapi bagaimana bisa kamu menikahi adiknya Lily Dam?Yang kami tau kamu sangat mencintai Lily."
"Semua terjadi begitu saja,aku di hadapkan pada pilihan yang sulit saat itu bang."
"Aku punya banyak waktu,operasiku sekitar sejam lagi,itu cukupkan?Jadi ceritakan."Izel melihat jam di tangan kanannya sambil mengoceh meminta Adam bercerita.
Seteguk jus buah alpukat sebagai pembuka sebelum Adam memulai menceritakan semua pada Izel.
Di dahului dari kecelakaan parah yang di alami Lilyana, kecelakaan yang terjadi dua minggu sebelum pernikahan mereka.Lalu,bagaimana Azalea bisa masuk ke dalam lingkaran yang mengharuskannya untuk menikahi wanita bercadar itu.Dan kenapa Lily harus berakhir di ruang rawat intensive hanya karena pingsan,semua Adam ceritakan tanpa satupun yang terlewat.
Kini Izel lah yang menghela nafas kasar.Dia tidak menyangka jika Adam akan melalui drama kehidupan yang sungguh pelik.
"Kamu mencintainya?"Tanya Izel kemudian.
Adam mengangguk pasti.
"Aku pikir,aku mulai menyukai istriku di hari pertama kami resmi menjadi sepasang suami istri."
"Cepat sekali kau melupakan Lily,apa dia sangat cantik hingga secepat kilat Lily yang bening seperti itu bisa raib dari otakmu?"
"Aku juga bingung,karena aku menyukai istriku sebelum melihat wajahnya."
"Jadi maksudmu,kamu tidak mengenal adiknya Lily dan berani menikahinya?"Izel tidak habis pikir dengan jalan pikiran Adam.
"Aku bertemu Azalea sehari setelah Lily kecelakaan,dan sebelumnya pun,Lily tidak pernah cerita kalau ia punya adik."Tutur Adam.
"Tapi kan proses ta'aruf itu ada,di situlah kesempatan mu."
"Ada bang,bahkan ia sudah melepas ikatan cadarnya saat Abi Ahmad menyuruhnya,tapi aku tidak siap."
"Kenapa?"
"Aku harus menata hatiku,di mana aku masih bingung dengan perasaanku pada Lily.Terus terang,dua tahun menjalin kasih dengannya tidak pernah membuatku berdebar,baik itu saat kami bersama ataupun berdebar karena merindukannya.Tapi,tidak demikian dengan Azalea.Rasanya aneh saat aku tidak melihatnya,meskipun kami baru bertemu dan belum pernah melihat wajahnya,namun dia seperti memiliki magnet yang kuat,menarik ku untuk selalu ingin bertemu dengannya."Aku Adam di depan Izel.
"Itu artinya kamu hanya bersimpati pada Lily tapi tidak bisa membedakan itu cinta atau bukan."Lanjut Izel menilai pengakuan Adam.
"Dia cantik kan?"Pertanyaan Izel ini merujuk pada Azalea.
"Sangat bang,aku beruntung bisa menikahinya, wajah cantik yang ia sembunyikan itu membuatnya bisa hidup tenang tanpa gangguan banyak pria.Dan aku harusnya menemui abi Ahmad,mengucapkan rasa terima kasihku karena sudah menjaga Azalea dengan baik."
"Dari caramu berbicara,itu menyiratkan bahwa kamu sangat mencintai istrimu Dam."Izel menanggapi.
Adam menatap jauh ke depan,pikirannya menerawang ke tempat di mana istrinya sekarang berada,rindu tiba tiba menyusup ke dalam relung hatinya,padahal ia baru berpisah beberapa jam yang lalu.
"Kapan kapan kamu harus mengenalkan ku dengan Azalea."Lanjut Izel.
"Tentu bang,oiya,bagaimana kabar Azura?"
"Alhamdulillah,Zura lagi sibuk dengan sekolah barunya,kamu taulah,lingkungan sekolah di Australia dan sini tentu sangat jauh berbeda,tapi aku perhatikan ia mulai enjoy,Zura itu mirip umi nya,pandai bersosial."
"Jelaslah,siapa dulu dong umi nya."Adam pun ikut membanggakan salah satu santri lulusan Al Hidayah itu.
Keduanya kembali sibuk bercerita tentang kehidupan masing masing,sampai Izel yang harus pergi duluan karena jadwal operasi yang sudah menunggunya.
...****************...