Mencintai atau dicintai?
Tapi kenyataannya memang tidak seindah dalam khayalan.
Antara mementingkan perasaan atau ego yang didahulukan.
Tapi cinta memang tidak pernah salah. Karena cinta bisa hadir di hati siapapun , kapanpun , dan di manapun.
Entah itu di sengaja atau tidak disengaja , cinta akan bersemi walaupun terpaksa.
Tapi , bagaimana dengan cinta yang terpendam?
Ego yang tinggi itu apakah bisa terhempas oleh kekuatan cinta?
Let's go , follow my story...
Dan kamu akan tau , betapa rumitnya kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErvhySuci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 033
Pemandangan yang begitu indah terpampang jelas di depan matanya. Seluruh penjuru kota tampak penuh dengan warna-warni lampu yang menyala terang.
Tampak terdengar dengan jelas adzan Maghrib berkumandang dari berbagai sudut kota. Angin sepoi-sepoi itu terasa kencang dan membuat rambut panjangnya berantakan.
Aera masuk ke dalam dan menutup pintu balkon unit apartemen milik Derry . Unit apartemen itu terbilang cukup mewah. Jendela yang tirainya terbuka itu memperlihatkan bahwa matahari sudah hampir terbenam sepenuhnya.
Gadis itu menarik satu sisi tirai gorden agar tertutup dengan sempurna. Sesaat kemudian , ia di kejutkan oleh lelaki yang tiba-tiba saja muncul di sampingnya.
"Bagus kan pemandangan dari sini ?" ucap Derry dengan santainya sembari mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil.
"Ah iya , indah banget." ucap Aera sembari menatap wajah lelaki yang kini benar-benar terlihat lebih tampan dari biasanya.
Sedetik kemudian , Aera mengalihkan pandangannya kembali menatap ke luar jendela yang masih memperlihatkan pemandangan malam hari yang menakjubkan.
Wangi segarnya tercium khas sekali. Aroma itu benar-benar membuatnya pusing tujuh keliling.
Aera berusaha semaksimal mungkin untuk tetap menahan perasaannya dan detak jantungnya yang berdegup kencang tak seperti biasanya itu. Entah kenapa ia tidak mengerti dengan semua yang ia rasa.
Derry sendiri pun tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Rasanya ingin sekali ia menarik gadis itu dan membawanya ke dalam pelukannya. Tak akan ia lepaskan gadis itu.
Namun ia tidak ingin membuat Aera merasa takut. Lelaki itu menyadari bahwa mungkin berada dalam satu apartemen akan membuat dirinya lupa segalanya. Dan akhirnya ia memilih untuk tidak melakukan apa yang sebenarnya ia inginkan.
"Jadi kita mau kemana dulu ?" ucap Derry memecah keheningan malam.
"Eumm , kita makan dulu aja. Kamu pasti cuma makan pas jam makan siang tadi kan." ucap Aera sembari memandang lelaki itu .
"Iya bener. Kita mau makan di luar atau makan disini? " ucap Derry bertanya.
"Terserah kamu aja." ucap Aera dengan tersenyum.
"Gimana kalau kita makan disini aja , kita pesan makanan. Nanti malam tinggal jalan-jalan." ucap Derry dengan tersenyum pula .
"Aku ambil handphone dulu." ucap Derry yang kemudian berlalu untuk masuk ke dalam kamar untuk mencari ponselnya.
"Kamu mau makan apa ?" ucap Derry setelah kembali dengan ponsel di tangannya.
"Apa aja deh." ucap Aera dengan tersenyum yang membuat Derry memandangnya dengan tatapan bingung.
"Ayolah bilang aja , aku nggak bisa pesan sembarangan gitu. Aku bingung mau pesan apa , nih kamu aja yang cari." ucap Derry sembari menyerahkan ponselnya kepada Aera.
Aera menerima ponsel milik lelaki itu dan mulai memilih-milih menu makanan.
"Eumm aku mau steak aja , kamu mau apa?" ucap Aera .
"Samain aja." ucap Derry dengan tersenyum.
"Ini handphone kamu. Aku udah selesai pesan." ucap Aera sembari memberikan ponsel itu kepada pemiliknya.
"Ayo duduk dulu , kamu nggak capek berdiri mulu? Ayo sini..." ucap Derry yang kemudian menggenggam jemari Aera untuk mengajaknya duduk di sofa .
"Kamu tinggal disini udah lama ya?" ucap Aera yang kemudian duduk di sofa yang tampak nyaman.
"Udah lama." ucap Derry dengan tersenyum yang kemudian menyalakan televisi.
"Oh iya , aku ada sesuatu buat ibu Henny loh." ucap Aera.
"Apa? Kamu ada-ada aja , nggak usah repot-repot kamu tuh." ucap Derry.
"Nggak kok. Tapi ada dalam koper." ucap Aera.
Aera pun membuka tas nya dan membuka dompetnya lalu mengambil kartu ATM berwarna hitam itu.
"Dan ini ATM kamu , aku balikin." ucap Aera sembari menyerahkan kartu itu pada Derry .
"Kamu bawa aja." ucap Derry yang membuat Aera menatapnya tajam.
"Nggak mau ! Buat apa aku bawa atm kamu? Nggak deh , nggak mau." ucap Aera dengan kekeuh mengembalikan kartu itu kepada Derry .
"Tapi sayang..." ucap Derry.
"Aku bilang nggak ya nggak. Udah kamu bawa aja sendiri." ucap Aera.
"Heumm , kamu emang bener-bener beda ya dari cewek lain." ucap Derry dengan tersenyum.
"Kenapa ?" ucap Aera.
"Ya beda aja. Cewek lain mungkin akan lebih agresif di depan aku. Apalagi kalau di kasih uang , pasti akan dengan senang hati menerimanya. Tapi kamu beda dari sekian banyaknya cewek yang aku temui itu." ucap Derry dengan tersenyum sembari memandang wajah cantik Aera yang tampak tersipu.
"Ya udah tapi jangan menatapku seperti itu. " ucap Aera dengan mengalihkan pandangannya lurus ke arah televisi lalu menyandarkan tubuhnya pada sofa dengan nyaman.
Derry tersenyum dan tetap memandang gadis cantik itu dengan tatapannya yang begitu menakutkan. Jauh dari dalam lubuk hatinya , rasanya benar-benar ingin menerkamnya saat itu juga.
Di satu sisi , perasaan aneh yang dirasakan oleh Aera pun semakin tidak menentu. Ia berharap ada angin berlalu untuk menepis rasa itu.
"Kenapa sih! Jangan kayak gitu. " ucap Aera dengan tatapannya yang di buat tajam agar lelaki itu tersadar.
Derry menghela nafasnya , ia tidak mengerti dengan perasaannya saat ini. Gadis cantik di hadapannya itu benar-benar menggemaskan sekali.
"Kamu nggak kangen ya sama aku ? " ucap Derry dengan tersenyum.
"Emm , udah enggak. Kan udah ketemu dari tadi." ucap Aera sembari berusaha keras untuk fokus menatap layar televisi besar itu.
"Gitu ya?" ucap Derry dengan wajahnya yang tampak begitu masam.
Aera akhirnya memberanikan diri untuk memandang kesamping dimana lelaki itu berada.
"Ya nggak usah gitu juga mukanya." ucap Aera sembari menepuk-nepuk pelan pipi mulus lelaki itu.
"Aku kangen sama kamu." ucap Derry dengan meraih tangan Aera dan menautkan jemarinya pada jemari Aera .
"Ya terus ? Aku harus apa?" ucap Aera yang tampak bingung harus bagaimana.
"Aku mau peluk , sebentar aja." ucap Derry yang kemudian tanpa kata-kata lagi ia langsung saja meraih tubuh gadis itu dan memeluknya dengan erat.
Lelaki itu tampak begitu tenang memeluk Aera . Lalu ia mengecup kening gadis itu dengan lembut.
Degup jantung yang tidak beraturan sukses membuat Aera berusaha untuk lebih rileks. Ia benar-benar tidak pandai menyembunyikan perasaan.
"Maaf ya , aku nggak bisa jauh dari kamu setelah ini. Kamu harus ada di samping ku setiap waktu." ucap Derry dengan tenang.
Aera pun tampak berfikir sejenak. Lelaki itu apakah benar-benar sudah jatuh cinta kepadanya ? Jika memang kenyataannya memang benar , ia akan sangat bahagia sekali hari ini.
"Iya nggak apa-apa. Saya sebagai seorang karyawan akan mematuhi perintah atasannya tapi selama itu tidak merugikan saya." ucap Aera dengan tersenyum manis.
"Kenapa kamu ngomong gitu ? Kamu sekarang udah jadi milik aku ya. Jangan lupakan itu." ucap Derry.
"Rasanya masih seperti mimpi." ucap Aera dengan santainya.
"Aku nggak akan macam-macam meskipun sebenarnya aku memang mau." ucap Derry yang entah kenapa membuat Aera mendongakkan kepalanya untuk menatap lelaki itu.
"Kamu ngomong apa ? " ucap Aera dengan heran.
Derry terdiam menatap wajah cantik itu yang begitu dekat. Jarak yang teramat sangat dekat itu benar-benar membuatnya pandangannya pening sekali.
Cup!
Aera membelalakkan matanya dengan sempurna. Ia benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja di lakukan oleh Derry .
Kecupan singkat di bibirnya itu membuat wajah Aera tampak merona. Derry tersenyum melihat wajah gadis itu yang tampak begitu menggemaskan.
Aera memukul dada lelaki itu karena ulahnya yang tiba-tiba menyerang dan membuat otaknya kosong.
Sial sekali , kenapa lelaki justru tersenyum semanis itu ?
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Next......