Hijrah Cinta Annisa
Karena Tak semua Kata, Bisa mewakili rasa, Maka biarlah hati ini menentukan Pilihannya, Diantara Suka,Duka, dan Air Mata.
***
Aku yang di tolak oleh calon suamiku, tepat di hari pernikahan kami, demi wanita masa lalu yang tiba tiba datang untuk memintanya kembali.
Namun Disaat Bersamaan Aku dipertemukan dengan jodoh yang tidak ku duga sebelumnya, Meminang ku, dan Menikahi Ku di waktu yang sama.
Ya. Dia Seorang CEO Emran Company, CEO dingin dan Arogan.
Akankah Cinta bersemi diantara kami.
Nantikan Kisahnya hanya di HIJRAH CINTA ANNISA !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Hamil
...Air mata akan berbicara, Saat mulut tak mampu lagi menjelaskan sebuah kata....
...🍁...
Tamara tidak tinggal diam, dia kembali melancarkan aksinya untuk menggoyahkan keyakinan Zyan untuk menikahi Annisa.
Tamara sangat tidak rela jika harus kehilangan Zyan yang sangat dia cintai, pernah meninggalkan Zyan untuk beberapa saat membuat Tamara sadar jika dirinya sangat membutuhkan Zyan.
" Tidak. Tidak bisa Zyan !" Ucap Tamara lirih
"Tidakkah kau merasakan, aku masih sangat mencintaimu " Ucapnya penuh harap.
Tamara berjalan mendekat ke arah Zyan yang berdiri membelakanginya.
Tanpa aba-aba Tamara Mendekap, dan melingkarkan tangannya pada tubuh kekar Zyan, Zyan yang hanya terus saja mengabaikan dirinya.
"Tamara !" Ucap Zyan dengan nada memekik. Berusaha melepaskan tangan milik Tamara dari pinggangnya. Zyan merasa sangat risih dengan sikap yang di tunjukan oleh wanita yang sudah dia anggap sebagai mantan.
Semakin Zyan berusaha untuk melepaskan, semakin kuat tamatan untuk melingkarkan.
"Aku tidak mau" Ucap Tamara dengan Isak tangis yang semakin menjadi.
"Kau sudah gila, aku tidak habis pikir kau mempermalukan dirimu sendiri seperti ini" Ucap Zyan ketus
"Aku memang gila Zyan, Aku gila karena cintamu !" Ucap Tamara lantang.
"Pergilah !" Pinta Zyan
"Pergilah sebelum ada yang melihatmu disini " Pinta Zyan lagi.
"Aku tidak ingin ada yang melihatmu , terlebih papa dan mama!" Ucap Zyan dingin.
Tamara hanya menggelengkan kepala, menolak ucapan Zyan yang baru saja dia dengar.
Sejenak suasana hening, dengan posisi yang masih sama seperti sebelumnya, Zyan tidak menolak pelukan Tamara namun dirinya juga tidak membalas pelukan tersebut.
Zyan hanya masih gamang dengan pertemuan antara dirinya dan Tamara. Sejenak suasana menjadi hening, dengan Kedua sejoli masih dalam posisi yang sama.
"Zyan " Panggil Tamara lirih.
Zyan hanya bergeming, dan enggan memberikan jawaban.
"Aku Hamil " Ucap Tamara lirih, dengan menyandarkan kepalanya di punggung kekar Zyan.
Mendengar hal itu, Zyan begitu terkejut, dan seketika membulatkan kedua bola matanya. Menarik keras pergelangan tangan Tamara..
"Tidak ! Tidak mungkin !" Ucap Zyan ragu.
"Kau pasti sedang berbohong, kau pasti sedang mengarang cerita kan !" Ucap Zyan keras dengan membalik tubuhnya seketika.
Hingga tautan tangan Tamara terlepas begitu saja, hampir saja Tamara terhuyung karena memang Tamara yang mengenakan sepatu heels, namun dengan sigap dia bisa menyeimbangkan tubuhnya.
Zyan menatap tajam pada Tamara yang berdiri tepat di hadapannya, keduanya kini saling berhadap-hadapan.
"Aku tidak mungkin melakukanya, aku sangat yakin itu ! " ketus Zyan yang merasa Tamara semakin nekat.
"Kita melakukanya Zyan malam itu, tepat dua bulan dimana sebelum aku meninggalkanmu " Ucap Tamara dengan tatapan nanar.
"Tidak !, Kau pasti sedang berbohong" Elak Zyan dengan suara lantang.
"Ini pasti hanya akal-akalan mu saja " ketus Zyan
Tamara hanya menggelengkan kepala. Menatap nanar pada sosok yang dia cintai.
"Aku sangat yakin, meski saat itu aku sedang mabuk, tapi tidak mungkin aku melakukanya!" Ucap Zyan lantang.
Tamara tidak kehabisan akal "Zyan , bagaimana orang mabuk bisa mengingat dengan baik kejadian sebelumnya" sergah Tamara yang masih berusaha mempertahankan argumen nya.
Zyan semakin dibuat meradang dengan ucapan Tamara. "Cih. Apa kau pikir aku akan percaya begitu saja" Ucap Zyan dengan wajah sinis.
"Zyan!" Bentak Tamara dengan suara keras.
Lagi lagi Zyan hanya menatap Tamara dengan tatapan nyalang, menatap tidak percaya pada wanita yang pernah sangat dia cintai.
"Kau benar-benar pembohong" ucap Zyan ketus.
Tamara hanya menggelengkan kepala dengan tatapan nanar, mengharap belas kasihan Zyan.
"Pulanglah, Sebelum aku benar-benar muak melihatmu !" Ketus Zyan dengan suara dingin.
"Pulanglah !" ucap nya lagi.
Namun alih-alih mendengar instruksi yang di katakan oleh Zyan, Tamara justru melangkah maju dan mendekat pada Zyan.
"Apa maumu ?" Tanya Zyan dengan sinis.
Tamara hanya semakin berjalan maju, mengikis jarak diantara dirinya dan Zyan.
Zyan merasa sangat risih dengan tingkah Tamara yang dirasa sudah melampaui batas.
"Stop ! Tetap di sana " pinta Zyan dengan suara lantang
Tidak juga menghiraukan ucapan Zyan, Tamara tetap berjalan maju, semakin dekat dan semakin mendekat pada Zyan
Buka Tamara jika dirinya tidak bermain licik.
Tanpa permisi dan dengan gerakan cepat Tamara meraih tengkuk Zyan dan meraup bibir seksi Zyan, menyatukan bibir keduanya. Tamara melakukanya dengan sedikit memaksa karena Zyan tidak merespon tindakannya.
Zyan mencengkeram erat bahu Tamara dan sekuat tenaga berusaha melepaskan tautan diantara keduanya.
Brak !
Pintu ruangan yang terbuka secara riba-tiba, Membuat keduanya terhenyak kaget.
Dadi balik pintu yang telah terbuka, menampakkan sosok pak Malik yang berdiri dengan wajah sudah merah padam. wajah garang yang sudah sejak kapan dia rasakan.
Disusul Bu Ranti yang berdiri di belakang suaminya
"Zyan!" Teriak pak Malik dengan keras
Tatapan tajam yang pak Malik perlihatkan pada putra semata wayangnya dengan wanita sialan yang ada di sampingnya.
"Cih menjijikkan " Ucap pak Malik sinis dengan tatapan lekat pada Tamara yang berdiri di belakang Zyan
"Sudah cukup bermain main ?" ucap pak Malik dengan ketus, mengarahkan pandanganya pada sang putra.
"Pa !, ini tidak seperti yang papa dan mama lihat" ucap Zyan terbata, mencoba memberi penjelasan pada kedua orang tuanya.
Sementara di belakan pak Malik, Bu Rani merasa sangat malu, merasa gagal mendidik sang putra, dia hanya mampu menundukkan wajahnya, sesekali menatap nanar pada sang putra, dengan wanita yang begitu sangat dia tentang.
Berkali kali Bu Rani memperingati Zyan untuk meninggalkan Tamara, namun nyatanya Zyan masih saja menjalin hubungan dengannya.
"Pah , Mah, Zyan bisa jelaskan !" Ucapnya lagi.
Pak Malik hanya menatap dua orang di hadapannya secara bergantian.
Sementara Zyan yang merasa bersalah dengan sikap nya yang seolah menjadi penghianat bagi orang tuanya, Tamara justru menampakkan senyum kemenangan, tidak sedikitpun ada guratan kesedihan, bersalah, atau rasa takut disana. Santai , itulah ekspresi yang di perlihatkan oleh Tamara.
Tidak rugi dirinya nekat mencium Zyan , yang pada akhirnya hal itu menjadi pemantik kemarahan kedua orang tua Zyan.
Sudah lama sejujurnya Tamara ingin memberi pelajaran pada kedua orang tua Zyan yang selalu merendahkan dirinya, dan dengan terang-terangan menolak dirinya.
"Papa sudah mendengar semua !" Ucap pak Malik dingin.
Zyan hanya menggelengkan kepala, mendekat pada sang ayah yang berdiri dengan tatapan tajam.
"Pa tapi yang dia katakan tidak benar !" Ucap Zyan dengan menunjuk Tamara yang berdiri di belakangnya.
Sejenak suasana menjadi hening.
"Zyan mama tidak pernah mendidik mu menjadi laki-laki yang kurang ajar" Ucap Bu Rani lirih dengan sesekali menyeka air mata yang seketika mengalir.
Zyan semakin di buat kalut mendengar ucapan sang ibu yang terasa begitu menyakitkan.
"Namun hari ini kamu menunjukkan pada mama, bahwa memang mama bukan orang tua yang baik" Ucap Bu Rani
"Dosa apa Zyan yang ibu lakukan sampai kamu harus menghamili anak orang " Ucap Bu Rani lagi dengan suara bergetar.
Zyan tertunduk lemas, memegangi lutut sang ibu dengan begitu erat.
Merasa tidak rela jika ibunya merasa sakit hati atau terluka.
***