NovelToon NovelToon
My Husband Om-Om

My Husband Om-Om

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO
Popularitas:39.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Lautan Biru

Ayana Malika Ifana, harus rela menjadi pekerja terselubung demi membayar uang sekolah, dirinya bekerja disebuah perusahaan sebagai cleaning servis karena usianya yang belum genap 17 tahun, jadi dirinya dipekerjakan diam-diam oleh tetangganya yang bekerja bebagai kepala bagian, dan karena membutuhkan uang AMI panggilan nama singkatan miliknya, rela menjadi pekerja terselubung untuk mendapatkan uang.


Dan dirinya juga harus terjebak dengan pria yang dia panggil OM, pria itu yang sudah membuat dirinya kehilangan semua mimpinya.


Bagaimana Ayana Malika Ifana, bisa melalui ujian hidupnya, dan dipertemukan dengan pria yang sudah matang untuk usianya yang belum genap 17 tahun.


Yukk ah, kepoin ceritanya, hanya di NovelToon, jika terdapat cerita yang sama maka itu adalah plagiat, karena saya hanya membuat karya ini hanya di NovelToon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencoba hal baru.

"Ami pulang.." Ami melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah gadis itu langsung masuk ke kamar tanpa melihat adanya Raya sang bunda yang menyambutnya, dan itu membuat Ami bernapas lega.

Dengan melihat penampilan Ami yang seperti ini, pasti bundanya akan marah dan kahawatir. Jas yang di pinjamkan oleh Ando pun sudah Ami kembalikan, karena dia takut tidak bisa bertemu dengan pria itu dan tidak bisa mengembalikan jasnya kembali.

Mengingat itu Ami menjadi sedih, dirinya baru bekerja dua Minggu sudah di pecat dan hutang pada pak Teguh belum Ami membalikan.

"Ya Tuhan." Ami merebahkan tubuhnya di atas kasur milikinya, setelah mengganti pakaian yang robek tadi.

"Mau cari kerja kemana lagi aku."

Dengan setatusnya yang masih pelajar dirinya pasti kesulitan untuk mencari pekerjaan yang gajinya lumayan.

Sedangkan Ami butuh uang untuk membayar sekolahnya yang tidak sedikit, di tambah uang pak Teguh yang di pinjamkan.

"Aarghh, pala gue pusing." Ami mengusak rambutnya menggunakan tangan, dirinya tidak tahu harus mencari pekerjaan kemana lagi.

Hari semakin sore dan gelap, Ami memilih untuk pergi ke dapur. Bundanya saja jam segini belum pulang pasti belum ada makanan juga, dan Ami berniat untuk memasak.

Ami melihat ke dapur dan tidak ada apa-apa hanya ada mie dan telur, membuatnya mengehela napas.

"Bunda, maafkan Ami." Ucapnya dengan hati pedih, kehidupannya tidak lagi seperti dulu, ketika sang ayah masih hidup. Meskipun hanya seorang buruh bangunan tapi ayah Ami mampu mencukupi kebutuhan mereka, bahkan Ami bisa makan enak walaupun seminggu empat kali. Dan sekarang ekonominya semakin sulit karena harus menyicil membayar hutang, kalau tidak pasti rumah ini yang akan disita dan Ami tidak mau itu terjadi.

"Bunda pulang." Raya masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi makan untuk meminum air.

"Bunda.." Ami keluar dari dapur membawa dua mangkuk mie dan telur yang dia masak tadi untuk makan malam mereka.

"Sayang kamu masak apa?" Tanya Raya setelah menaruh gelas sisa minimnya tadi.

"Mie sama telur, yang ada di dapur." Ucap Ami tersenyum tipis.

Raya yang melihatnya hatinya merasa perih. "Maaf nak, bunda belum belanja, jadi tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak." Raya menatap Ami penuh rasa kasihan.

"Tidak apa bunda, ini juga sudah lebih dari cukup, ayo kita makan." Ami menyodorkan satu mangkuk mi kuah dengan telur yang dia masak tadi.

"Terima kasih nak." Raya menerimanya dengan senyum, tapi hatinya terasa remuk.

Raya pulang malam karena mencari pekerjaan tambahan, uangnya belum terkumpul untuk membayar cicilan bulan ini, maka dari itu dirinya memilih mencari uang tambahan agar cepat terkumpul untuk mencicil hutang yang mereka pinjam.

Raya juga tidak ingin melihat putrinya banting tulang untuk membayar sekolahnya, tapi apa boleh buat jika uang nya saja hanya cukup untuk membayar hutang setiap bulan, dan makan sehari-hari itupun seadanya.

"Nak, bagaimana sekolah dan pekerjaan kamu hari ini?" Tanya Raya seperti biasa, setiap makan Raya pasti akan menanyakan kegiatan Ami.

"Sekolah Ami, seperti biasa bunda hanya saja tadi ada acara sekolah," Ucap Ami sambil menyuapkan mie kedalam mulutnya.

"Pekerjaan kamu?" Tanya Raya lagi, karena Ami diam setelah menjawab kegiatan sekolahnya.

"Sama, Ami masih menjadi tukang mengepel." Ucapanya sambil menyengir.

Raya hanya geleng kepala dan tersenyum mendengar jawaban Ami.

Ami menatap sendu mie yang ada dalam mangkuk nya, dirinya tidak mungkin bilang kalau sudah dipecat, dan Ami akan bercerita jika dia sudah memiliki pekerjaan baru.

.

.

Teng...teng..teng..

Bel sekolah berbunyi semua siswa-siswi mulai masuk ke kelasnya masing-masing.

Ami yang baru datang langsung berlari masuk kedalam kelas. Dirinya tidak lagi memiliki sepeda, karena sepedanya yang tertabrak mobil sudah tidak bisa di perbaiki. Pagi tadi Ami sengaja kembali ke tempat di mana dirinya mengalami kecelakaan, dan ternyata sepeda nya tergeletak di pinggir jalan seperti barang rongsokan yang tidak berguna.

Membawanya ke bengkel, dan bengkel sepeda pun tak sanggup memperbaikinya, dan malah disuruh menjualnya karena sudah seperti barang rongsok.

Ami juga beralasan pada bundanya jika sepedanya sedang diperbaiki di bengkel kerena bocor. Dan raya untungnya percaya.

"Ya ampun Mi, wajah kamu berkeringat." Olive memberikan tisu wajah milikinya pada Ami yang berkeringat. "Kamu abis ikut lomba lari." Tanya Olive lagi yang melihat napas Ami ngos-ngosan.

"Hah, mana ada gue lomba lari, gue lari dari rumah ke sekolah Ol." Jawab Ami dengan mengibaskan tangannya di wajahnya yang terasa gerah.

"Lari? sepeda kamu kemana?" Tanya Olive lagi membantu mengipasi wajah Ami dengan buku miliknya.

"Udah jadi duit nih, dua ratus ribu." Ami menunjukkan uang lembaran merah di kantung bajunya.

"Kenapa kamu jual Mi, kan itu kendaraan kamu satu-satunya." Olive manatap Ami tak percaya.

"Ceritanya panjang Ol, nanti deh gue ceritain, sekarang tuh ada Bu Siska udah masuk."

Olive hanya diam dan menunggu Ami bercerita nanti ketika beristirahat.

"Jadi kamu dipecat dari perusahaan tempat kamu kerja." Ucap Olive kaget, dirinya merasa kasihan melihat sahabatnya.

"Ck, apes gue kenapa bisa ketemu pria itu dan parahnya lagi bos di kantor itu." Ami mengusap wajahnya kasar, dan menyedot minuman seharga seribuan itu.

Keduanya duduk di bangku taman sekolah yang cukup sejuk dan rindang, Ami sengaja duduk disana dan Olive mengikuti karena ingin mendengar cerita sahabatnya itu.

"Gue mau cari kerja lagi Ol, tapi gak tau mau cari kemana?" Ucap Ami dengan wajah putus asa.

Dimana ada pekerjaan yang menerima anak pelajar seperti dirinya.

"Nanti aku bantu cari deh, sepertinya kemaren aku lihat ada lowongan pekerjaan di sebuah cafe." Ucap Olive yang mengingat cafe yang kemarin dia datangi sedang mencari pekerja.

"Serius Ol," Tanya Ami dengan wajah berbinar.

"Iya, nanti kita coba tanya kesana siapa tahu bisa menerima kamu." Olive tersenyum senang melihat wajah Ami kembali ceria.

"Aaaaa, makasih Olive sayang." Ami memeluk sahabatnya itu dengan perasaan senang, semoga saja dirinya bisa mendapatkan pekerjaan kembali.

"Sama-sama, kita kan sahabat." Olive membalas pelukan Ami.

Olive memang dari keluarga yang lumayan berkecukupan, dan Olive pun sekolah karena beasiswa di sekolah itu, dan Ami begitu beruntung memiliki sahabat seperti Ami, meskipun tidak menolongnya dengan finansial tapi Olive adalah sahabatnya yang mengerti dirinya.

Jika berusaha pasti akan ada jalan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, begitu pun dnegan Ayana Malika Ifana yang rela melakukan pekerjaan apapun demi menyelesaikan sekolahnya, dan Ayana atau Ami itu memiliki semangat yang tinggi demi mencapai apa yang dia inginkan.

Tidak ada salahnya, jika dia mencoba hal baru untuk kembali memulai pekerjaannya demi menghasilkan uang yang halal, dan Ami tidak akan pernah malu untuk melakukannya.

1
Mur Wati
tonjok aja si nesya mi buat hilang kan emosi 🤣
Mur Wati
emang iya gitu koq baru tau sih😡
Mur Wati
Nathan seperti dirimu papa allan waktu sama mama indira coba di ingat 🤔
Mur Wati
ngatain diri sendiri si Nesya
Mur Wati
udah tau anaknya gak mau tetep aja maksa anak tunangan 🤦🤦 gimana sih papa allan
Mur Wati
ngarep bgt yg cewek
Mur Wati
nah kan orang terpaksa
Mur Wati
idih kebiasaan cewek pemaksa selalu ngadu biiar di belain
Mur Wati
gampang bgt panggil sayang yg ada jg peang
Mur Wati
coba aja ndo kalo berani 😃
Voronica Subini
Luar biasa
haifa gemes
Bagus
haifa gemes
Buruk
haifa gemes
Mampir thor
Mimi Sanah
hahahaha Rosita 😁😁😁😁
Mimi Sanah
amin ❤️
Iqbal Affandi
Luar biasa
Iqbal Affandi
Buruk
Damai Damaiyanti
nata the coco vs go rio rio
Lisna
sangat baik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!