Bercerita tentang seorang anak yang bernama mugi yang terlahir sebagai rakyat jelata dan menjadi seseorang penyihir hebat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muchlis sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bulan Merah.
Keter terhuyung mundur, darah segar mengalir dari mulutnya. Masayuki, dengan pedang esnya yang berkilauan, berdiri di hadapannya. Seluruh siswa bersorak sorai, merayakan kemenangan Masayuki. Mila, dengan senyum tipis, berkata, "Rasakan itu, Keter. Kau akan merasakan kematian."
Keter, dengan napas yang tersengal-sengal, menjawab, "Kau benar, aku akan mati." Dia menutup matanya, seolah-olah menerima takdirnya. Masayuki, dengan ekspresi dingin, melepas pedangnya dari dada Keter. "Selamat tinggal, Keter."
Kepala Sekolah Azumi, dengan wajah penuh kemenangan, berkata, "Terima kasih, Mila, Ayano, dan Masayuki. Dengan ini, aku umumkan seluruh siswa yang berasal dari Sendai Tatsuno gagal, dan tidak diluluskan. Mereka akan dikirim kembali ke desa mereka."
Keter, yang masih hidup dan hanya berpura-pura mati, terkenang kejadian saat ujian masuk ke sekolah Sendai Tatsuno. Mugi melihat seorang gadis menangis karena gagal ujian dan tidak bisa masuk sekolah Sendai Tatsuno. Anak gadis itu berkata kepada ibunya, "Maafkan aku, Ibu. Maafkan aku, aku gagal." Mugi hanya bisa terdiam dan termenung melihat gadis itu menangis.
Kembali ke induk sekolah sihir, Keter, yang mengingat kejadian itu, seketika tertawa tiada henti. Seluruh siswa, Masayuki, Mila, dan Kepala Sekolah Azumi terkejut melihat kejadian itu. Keter berkata kepada Kepala Sekolah Azumi, "Kepala Sekolah Azumi, aku di sini mengancam mu. Jika kau tidak meluluskan siswa dari Sendai Tatsuno, maka aku akan menghancurkan seluruh induk sekolah berserta murid dan dewan gurunya."
Masayuki, yang melihat Keter baik-baik saja, kembali melancarkan serangan. Tetapi Keter menahan serangan itu hanya dengan tangan kosongnya. "Jangan kau pikir bisa membunuh ku dengan mudah. Apa kau pikir kau sudah menang karena bisa menusuk jantung ku?" kata Keter. Dia menatap tajam Kepala Sekolah Azumi dan berkata, "Tujuan para siswa memasuki sekolah ini untuk belajar. Jika ujian diadakan di sekolah ini untuk memasuki sekolah ini, dan hanya mengumpulkan murid yang cerdas, lalu apa gunanya mereka belajar? Bukannya mereka sudah cerdas, mereka yang bodoh akan tetap bodoh, dan yang cerdas akan tetap cerdas. Hilangkan sistem seperti itu, itu hanya akan memundurkan kemajuan ibu kota ini."
Keter pun menghilang dari lapangan tersebut.
Setelah kejadian itu, seluruh siswa dari sekolah Sendai Tatsuno diluluskan dan bersekolah di induk sekolah sihir. Sore hari pun tiba, Mugi pulang sekolah bersama Zahra. Zahra berkata kepada Mugi, "Apa kepala mu terbentur saat pergi ke lapangan ujian? Kau berubah menjadi sosok Keter dan melakukan hal yang mengancam nyawa mu. Untung saja kau tidak mati."
Mugi membalas perkataan Zahra, "Tidak ada yang aneh dengan otak ku. Lagi pula aku ini sangat kuat bukan?"
Zahra pun langsung membalas perkataan Mugi, "Benar, lagian otak mu sudah miring sejak awal."
Mugi dengan ekspresi datarnya berkata, "Hah? Lagi pula aku tidak mati juga kan? Lagi pula aku tidak menyangka, kakak dari Mila orang yang begitu serius dan dewasa."
Zahra sedikit tersenyum dan membalas perkataan Mugi, "Lah? Bukankah kamu juga menyembunyikan sisi serius mu?"
Mugi pun sedikit tersenyum mendengar perkataan Zahra.
Di sisi lain, Masayuki menemui ketua kelompok dari organisasi bayangan. Masayuki berkata, "Keter itu cukup kuat. Aku saja begitu terkejut melihat kemampuan dirinya."
Ketua dari kelompok bayangan itu sedikit tertawa dan membalas perkataan Masayuki, "Begitu ya. Aku jadi bersemangat untuk bertarung dengannya, dan menghabisi seluruh pasukan Black Number miliknya."
Masayuki sedikit tertawa dan menghentikan tawanya. Ketua dari bayangan yang melihat itu bertanya, "Ada apa, Masayuki?"
Masayuki pun menjawabnya, "Bagaimana ya mengatakannya, aku juga begitu bersemangat untuk melawan mereka semua."
Ketua dari bayangan itu pun langsung berkata, "Itu akan terjadi, aku yakin kan itu. Karena bencana yang terjadi 1000 tahun sekali akan terjadi."
Masayuki sedikit kebingungan dengan perkataan dari ketua bayangan dan bertanya, "Bencana? Apa itu?"
Ketua bayangan itu tersenyum dan memandang ke arah bulan. "Karena aku lah vampire itu. Aku sudah hidup beribu-ribu tahun, dan sudah menghadapi bencana bulan merah itu berkali-kali. Dan sekarang mangsa ku adalah Black Number."
Masayuki pun mendekati ketua dari bayangan itu dan menepuk bahunya dan berkata, "Baiklah, kalau begitu, aku akan membantu mu."
Pagi harinya di desa Sendai Tatsuno, Melly sedang menangis di sebuah ruangan kamar kecil. Seorang perempuan datang menemui Melly, seseorang itu berkata, "Sabar lah Melly, mungkin saja dia jodoh mu."
Melly dengan isak tangisnya membalas perkataan perempuan tersebut, "Ta-tapi ini sebuah paksaan."
Seorang perempuan itu berkata lagi, "Apa kau akan membiarkan seluruh nyawa yang ada di desa ini terbuang begitu saja? Gettan mengancam jika kau tidak menikahi dirinya, dia akan menghancurkan desa kita ini."
Melly pun hanya diam saja, dan teringat dengan Mugi. Melly berkata dengan suara hatinya, "Haruto, kau pasti datang menyelamatkan aku kan."
Di ibu kota, Mugi berjalan menuju sekolah bersama Zahra. Sembari berjalan, Mugi membuka pembicaraan. "Tidak seperti biasanya kau datang sepagi ini."
Zahra pun membalas perkataan Mugi, "Lalu kenapa engkau juga datang sepagi ini?"
Mugi seketika itu terkejut, lalu menjawab perkataan Zahra, "Katanya bakal ada papan peringkat tentang ujian itu. Meski sedikit aneh, kan kesatria kuno nya dibunuh oleh Keter."
Zahra sedikit menghela nafas dan berkata, "Aku juga sedikit bingung. Katanya itu dinilai dari pengendalian energi sihir, dan sihir yang kita miliki."
Mugi dengan ekspresi datarnya hanya menjawab, "Begitu ya."
Di sepanjang jalan mereka tidak berbicara sama sekali. Mugi melihat sekelilingnya, orang-orang yang lewat melihat ke arah Zahra. Mugi pun melihat ke arah Zahra yang sedang berjalan dan berkata dengan suara hatinya, "Luar biasa, orang-orang yang lewat langsung menoleh kepada dirinya."
Zahra yang sadar dirinya dilihat oleh Mugi langsung berkata, "Ada apa?"
Mugi sedikit terkejut dan berkata, "Tidak, tidak!"
Dan mereka pun melanjutkan perjalanan menuju sekolah. Sesampainya di sekolah, disana hanya ada mereka berdua saja. Mereka melihat papan pengumuman dimana disana tertulis papan peringkat hasil ujian. Zahra yang melihat itu berkata, "Kau peringkat terakhir."
Mugi dengan entengnya menjawab, "Iya, bagus lah. Aku juga tidak ingin terlihat begitu mencolok." Dengan suara hatinya, Mugi berkata kembali, "Ini sudah jelas asal buat, karena hanya murid dari Sendai Tatsuno yang berada di peringkat bawah."