Kecewa, mungkin itulah yang saat ini di rasakan Donny Adriano Oliver. Bagaimana tidak harapan untuk segera membangun rumah tangga dengan kekasih yang sudah di cintainya selama enam tahun pupus sudah. Bukan karena penghianatan atau hilangnya cinta, tapi karena kekasihnya masih ingin melanjutkan mimpinya.
Mia Anggriani Bachtiar, dia calon istri yang di pilihkan papanya untuknya. Seorang gadis dengan luka masa lalu.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka. Akankah Donny yang masih memberi kesempatan kepada kekasihnya bisa jatuh cinta pada istrinya yang awalnya dia perlakukan seperti adik perempuan yang dia sayangi. atau Mia yang sudah lama menutup hati bisa luluh dan jatuh pada perhatian dan kasih sayang yang Donny berikan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epis. 6 Mie instan lagi
Mia dan Fiona adalah sahabat masa kecil, mereka tumbuh bersama berbagi segala cerita tentang kehidupan. Bersama Mia, Fiona mendapatkan apa yang tidak dia dapatkan dari orang tuanya, mereka sebelumnya tinggal di Bandung sebelum akhinya sebuah tragedi yang dialami Mia dan kemelut keluarga yang di hadapi Fiona membuat keduanya memutuskan meninggalkan kota tempat mereka di lahirkan dan dibesarkan. Mia hanya sesekali kembali untuk mengunjungi makam kedua orang tuanya di Bandung. Sementara Fiona memutuskan untuk tidak lagi menginjakkan kaki di kota itu.
Walaupun mereka seumuran, tapi Fiona bertindak sebagai seorang kakak yang selalu melindungi Mia, karena dia tahu luka yang dialami Mia jauh lebih parah dari rasa sakit yang dia alami.
Mia membangunkan Fiona yang juga ikut tertidur di sofa akibat kelelahan bermain sepanjang hari.
“Kenapa Mi.” ujar Fiona setengah sadar.
“Aku pulang ya.” pamit Mia, bukannya bangun Fiona malah mengambil bantalan sofa dan memeluknya dengat erat
“Fi..”teriak Mia. Fiona lalu bangun walaupun belum membuka matanya. “Mau pulang kemana malam-malam gini?” Tanya Fiona.
“Kerumah Donny lah.” Fiona buru-buru membuka matanya melihat jam yang masih melingkar di pergelangan tangan kirinya.
“Astaga.” Desis Fiona yang sudah mengumpulkan semua kesadarannya. “Aku antar aja,” Fiona menawarkan diri tapi Mia menolak karena tidak ingin Fiona mengetahui dimana dia tinggal, bukan sengaja ingin menyembunyikan dari sahabatnya itu. Mia juga sebenarnya tidak terllalu tahu siapa sebenarnya suaminya itu, yang jelas dia sangat kaya, hanya itu yang Mia tahu.
Mia juga sebenarnya takut pulang larut malam naik taksi. Tapi dia tidak punya pilihan lain.
Mia membuka kenop pintu yang rupanya tidak terkunci, namun sebelum menuju kamar yang dia tempati bersama Donny, Mia mampir kedapur untuk memasak mie instant, untung saja dia tidak lupa membawa kantongan belanjaannya.
Saat asyik menikmati mie instan yang baru saja selesai diseduh, Donny tiba-tiba datang. Tidak ada suara bahkan sekedar menyapa pun tidak pada istrinya. Laki-laki itu hanya melihat jam di tangan kirinya dan sekilas melirik makanan yang di makan Mia lalu pergi setelah mengambil sebotol air dari lemari pendingin.
Mia memiringkan bibirnya kekiri dan kekanan melihat tingkah suaminya yang sangat dingin. Ingin rasanya dia melempar Donny dengan mangkok yang berisi mie panas saking kesalnya.
“Sombong banget.” Gerutunya. Setelah selesai makan, Mia mnegumpulkan semua energinya untuk masuk kedalam kamar dan menghadapi suaminya yang sangat menyebalkan menurutnya. Beruntung sesampainya di kamar Donny sudah tertidur. Mia bergegas ke kamar mandi membersihkan diri lalu melanjutkan tidur. Dengan perut yang kenyang dan tubuh yang sudah bersih, serta suhu ruangan yang sangat nyaman membuat Mia terlelap dengan cepat begiu kepalanya menyentuh bantal.
Jam di atas nakas menunjukkan pukul enam lebih tiga puluh menit pagi saat Mia sudah bersiap-siap untuk kembali melanjutkan aktivitasnya. Mia bekerja di salah satu perusahaan retail terbesar di negeri ini, Mia merupakan salah satu staf Administrasi di sana.
Donny baru saja selesai mandi, tentu saja selama Mia masih menjadi istrinya dan tinggal di kamar yang sama dengannya, Donny selalu memakai jubah mandi padahal sebelumnya dia biasa hanya memakai handuk sebatas pinggang.
“Aku duluan ya Mas.” Pamit Mia pada suaminya . Donny baru mau berbicara tapi Mia sudah hilang di balik pintu. Donny membuang nafas kasar, lagi-lagi istrinya membuatnya kesal.
“Mia tadi sudah sarapan ?” Tanya Donny pada Bu Mira yang bertugas mengatur segala sesuatu yang ada di rumah itu.
Takut-takut Bu Mira menjawab. “Tidak Tuan, waktu Nyonya pergi sarapan belum selesai di buat.”. Jangankan sarapan, menengok ke dapur saja tidak.
Donny kembali menghela nafas. “Mulai besok siapkan sarapannya lebih awal.” Perintah Donny.
“Baik Tuan.” Jawab Bu Mira sambil menundukkan kepalanya. Donny menikmati sarapannya seperti biasa, seorang diri di meja makan yang panjang dengan ipad di tangannya membaca email yang masuk dari para relasi dan bawahannya.
Sudah pukul Sembilan malam lewat, tapi Mia belum juga pulang, setahu Donny Mia akan pulang pukul lima sore, juga tidak ada pekerjaan yang penting di perusahaan hingga harus membuatnya lembur sampai malam.
Donny lalu menghubungi sekertaris Al untuk menanyakan keberadaan Mia. Bukannya apa, dia sudah berjanji pada Papa Johan dan juga Nenek Ida untuk menjaga Mia, jadi selama enam bulan masa pernikahan kontrak mereka Mia adalah tanggung jawabnya. Setelah mendapat jawabannya Donny merasa lega.
Dia lalu turun ke lantai bawah untuk melihat apakah Mia sudah sampai di rumah seperti yang dikatakan Al di telepon tadi.
Tanpa di perintah, AL menyuruh orang untuk mengawasi dan menjaga istri tuannya itu dari kejauhan. Orang suruhannya tadi baru saja melapor bahwa nyonya muda sudah tiba di rumah sesaat sebelum Donny menghubunginya tadi. Oleh sebab itu, Al bisa tahu di mana Mia berada dengan cepat.
Donny lalu terkejut ketika melihat Mia dengan santainya duduk di meja makan sambil menikmati semangkuk mie instan dengan lahapnya. Masih dengan pakain yang dia pakai tadi pagi.
“Kenapa baru pulang jam segini?” Tanya donny akhirnya memulai percakapan.
“Ketiduran di kontrakan.”Jawab Mia santai sambil terus mengunyah makanannya. Donny hanya mengeleng-gelengkan kepalanya sambil melirik makanan yang sedang di makan istrinya.
Donny kemudian berlalu meninggalkan Mia sendiri di meja makan yang sedang sibuk dengan makanannya. Belum beberapa langkah menjauh, Donny berhenti dan berbalik, “Kamu kayaknya suka bsekali makan mie instan.” Tanyanya sedikit sarkas.
“Tidak juga, cuma lagi lapar saja.” Seperti biasa Mia selalu menjawab dengan santai, bahkan dia tidak melihat kearah suaminya itu ketika sedang berbicara dengannya. Donny menggeleng lagi, bukankah dia tinggal bilang saja, apapun yang mau dia makan pelayan di rumah ini pasti akan membuatkan untuknya.
Donny kembali melanjutkan langkahnya. Baru kali ini dia bertemu dengan seseorang yang selalu saja mengacuhkannya, yang berbicara tidak sopan padanya. Kalau saja dia bukan anak dari sahabat Papanya, dia tidak akan menunggu waktu enam bulan untuk menyelesaikan perjanjian mereka.
Donny tidak masuk ke kamar melainkan ke ruang kerjanya. Masih banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan. Dia juga kesal dengan istrinya yang cuek. Donny bukan meminta perhatian sebagai seorang istri. Donny hanya ingin mengajaknya berbincang.
Setelah bertemu beberapa kali, dia bisa melihat kalau Mia gadis yang cukup menyenangkan, mandiri dan tidak manja. Tapi entah mengapa sikapnya berubah menjadi sedikit menyebalkan. Dia selalu saja mengabaikan dirinya.
Sudah dua jam Donny menghabiskan waktunya di ruang kerja. Dia membuka pintu kamar dengan pelan dan mendapati istrinya sudah tertidur dengan sangat nyaman di sana.
Donny mendekatinya, wajah damainya terlihat begitu menggemaskan. Laki-laki itu menggelengkan kepalanya mengingat bagaimana istrinya itu bersikap beberapa hari ini.