Muda, cantik dan seksi, tidak melulu membuat hidup seseorang baik. Buktinya Berta harus melakukan banyak hal gila agar bertahan hidup, mulai dari pura pura kesurupan, jadi wanita murahan sampai wanita tidak punya adab.
Tapi takdir mempertemukan dirinya dengan Wildan, Pengacara muda, tampan dan sukses tapi terjerat dengan kehidupan tiga keponakannya yang harus dia besarkan.
Simak kegilaan mereka bersama yok!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khorik istiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Survival itu ada dimana pun kamu berada~
Klek...
Begitu pintu terbuka vas bunga melayang ke arahnya. Beruntungnya arah vas tersebut meleset dan mengenai tembok.
Pyar... Langsung pecah karena menghantam dinding yang kokoh. Pecahan vas bunga itu ada yang jatuh, ada juga yang melayang. Nahas, pecahan yang melayang ada yang mengenai pelipis Besta.
Kulit yang tergores itu awalnya tidak terasa, tapi setelah ada darah yang mengalir , rasa perih dirasakan Berta.
Berta meringis kesakitan, saat tangan kanannya meraba pelipisnya, tangan Berta disertai lengket karena darah. Baunya anyir .
"Dasar anak kurang ajar, tidak tahu diri!" Bibi Berta melotot kearahnya. Tangannya menuding ke arah Berta.
Sejauh ini, ini yang paling jauh. Baru ini Berta merasakan kemarahan yang sampai melukai fisiknya. Sebentar... Sebelumnya Berta pernah terkena gamparan. Tapi ya tidak sampai berdarah.
Berta tidak terlalu kaget, sifat manusia itu akan terungkap di saat terdesak.
"Sudah dibesarkan, masih saja tidak tau terimakasih."
Berta masih diam saja.
Paman Berta hanya diam saja. Tidak membela istrinya, juga tidak membela Berta.
Adik Ibunya itu tipe suami takut istri, makanya dia hanya diam saja.
"Sudahlah Bu, sudah terjadi... mau bagaimana lagi." Kenn, anak tertua Paman dan Bibi nya itu mencoba meredakan amarah Bibinya.
"Kakak membela anak kurang ajar itu?" Summer sang adik tak terima .
"Bukan membela, memang sudah terjadi, kan tidak bisa diperbaiki."
Berta yang menyaksikan obrolan mereka pun tertawa.
"Ha...."
"Kau tertawa?" Summer tambah kesal dibuatnya.
"Hahahaha....." Berta semakin tertawa keras. Ha... dia terjebak diantara keluarga gila.
Pamannya yang tidak pernah bisa melindunginya. Sepupu laki lakinya yang terus menggoda dan bernafsu kepadanya. Sepupu perempuan yang terus merusaknya dan Bibi nya yang terus berusaha menjualnya.
Apakah benar lebih baik tinggal di dalam hutan. Di sini pun rasanya setiap hari seperti sebuah survival.
"Dasar perempuan Gila!" Seru Summer .
Bibinya pun sudah kelewat narah, jadi dia mendatangi Berta dan menjambak rambutnya.
Kenn berusaha memisahkan keduanya. "Sudahlah Bu, ini tidak akan menyelesaikan masalah."
Memang benar, marah marah dan meluapkan semua amarahnya tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi tetap saja, merisak Berta membuat hatinya senang bukan main.
Kepala Berta berdenyut kesakitan. Rambutnya rontok parah. Dia sudah pernah begini, jadi ini bukan hal yang akan membuatnya kaget. Alih alih menangis, Berta justru yang sudah lepas segera menaiki tangga menuju kamarnya.
"Mau kemana kau? HEIII..." Berta di teriakin Bibinya.
Berta berlalu lalang tanpa menoleh ke belakang.
Dia berjalan menuju kamar yang ada di ujung pojokan.
Sejak Summer mencapai usia dewasa, kamar Berta pun di ambilnya. Dulu mereka beralasan kalau Summer suka sakit sakitan dan membutuhkan kamar yang bagus pencahayaan nya. Awalnya Berta menawarkan untuk menempati kamar itu berdua. Tapi sejak Sonic sang kakak di kirim ke luar negeri, Berta langsung di usir dari kamarnya.
Sudah sudah 10 tahun sejak kakaknya di kirim ke luar negeri. Kakaknya bahkan sudah bekerja di luar negeri selama 5 tahun. Mereka menjadi terasing dan tidak dekat satu sama lain.
Berta kesepian, tapi lebih dari itu dia menderita. Sendirian.
Berta mulai mengemasi barang barang nya. Lebih baik dia tidak tinggal disini. Persetan dengan rumah peninggalan kedua orang tuanya. Saat ini dia tidak berdaya. Jangankan memiliki kuasa, uang saja pas Pasan.
Sejak Berta kuliah, dia sudah bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhannya. Dia lebih baik tidak minta uang kepada Paman Frank dan Bibi Dorta.
Berta bisa lulus tepat waktu dan nilai yang memuaskan. Dengan ijasahnya saat ini, dia ingin mencari pekerjaan yang lebih baik lagi.
Setelah berkemas Berta menyembunyikan tas nya.
"Kalau aku keluar dari sini mereka tidak akan rela melihat hewan korban yang mereka pelihara kabur kan?"
Berta berniat lari diam diam. Dia merebahkan dirinya di kasur.
Kamarnya kecil dan pengap, tapi bersih dan rapi. Satu satunya surga di rumahnya adalah sudut pojokan yang dulunya adalah gudang.
"Pa..Ma... Aku rindu..." Berta menitikkan air matanya. Sampai akhirnya dia terpejam.
***
Berta bangun pukul 5. Dia mulai mengerjakan pekerjaannya mulai dari menyapu, mengepel, mencuci dan bahkan memasak. Dia kemudian sarapan lebih dulu dan mandi.
Selesai mandi dan bersiap, Berta turun. Di meja makan dia melihat keluarga tersebut tengah menikmati hidangan sarapan yang dia masak.
Bibi Dorta yang melihat ke arah Berta. Dia tahu kalau keponakan nya itu akan pergi bekerja, tapi melihatnya terlalu rapi hari ini itu mencurigakan.
"Mau kemana kau?"
Berta hanya melirik saja, dia enggan menjawab pertanyaan nenek lampir tersebut.
"Kerja." Singkat padat dan jelas. Berta ingin menghindari konflik di pagi hari ini.
"Aku antar ya?" Kenn langsung menawarkan diri.
Berta jijik melihat tatapan Kenn. Ada alasan mengapa Berta jijik dengan Kenn. Dulu sekali, sewaktu Berta pulang kerja dan kelelahan lalu lupa mengunci kamarnya, Kenn pernah masuk dan menggerayangi tubuhnya. Beruntung Berta langsung bangun dan menampar wajah Kenn. Berta tak mengungkapkan pengalaman yang menjijikkan itu ke keluarganya. Dia hanya akan dicap perempuan jalangg yang menggoda anaknya .
"No, Thanks." Berta langsung menolak.
"Kakak kenapa sih? Gak usah baik sama perempuan bar bar itu." Summer kesal dengan tingkah kakaknya .
Dorta pun melirik anaknya .
"Yah hanya menawarkan kebaikan saja." Kenn berkilah. Dorta beranggapan bahwa Kenn terlalu baik. Dia hanya tidak tahu kalau anaknya menyembunyikan kebusukannya.
Berta segera keluar rumah. Dia pergi ke Garden samping, tempat dia melemparkan tasnya. Sebetulnya di rumah itu memiliki sejumlah pembantu, tukang kebun dan sopir. Tapi Dorta sudah memecat mereka semua karena mereka terlalu pelit , juga agar tidak ketahuan aksi jahatnya selama ini .
Berta yang sudah mengambil tasnya membersihkan kotoran tanah menempel.
Tak banyak yang Berta bawa, hanya beberapa baju dan keperluan nya saja. Tapi tetap saja tas itu terlihat besar. Berta segera kabur dari rumah tersebut.
Berta tahu, bibi itu akan mencarinya. Yah mungkin tiket kencan butanya sudah di siapkan lagi.
Padahal Bibi Dorta memiliki anak perempuan sendiri. Alih alih menyodorkan anaknya, dia malah melemparkan Berta ke kawanan bajingan yang mengerikan.
Berta yakin, suatu saat karma pasti akan berlaku. Hanya... yah tidak tahu kapan itu akan terjadi .
di tunggu kelanjutannya ya 😊
semangat 💪🏼👏🏼