Pada jaman kuno ada makhluk yang sangat taat kepada sang penguasa langit. Orang yang di angkat ke langit dan tinggal di bersama Sang Dewa. Ketaatannya sangat dalam hingga merasuk kedalam jiwa, hingga sebuah Dom tercipta yang menjadi sumber kekuatan jiwa baginya. Dengan adanya kekuatan Dom di dalam dirinya, Makhluk itu pun merasa setara dengan makhluk langit lainnya dan mulai melawan kekuasaan langit. Sang Dewa pun marah dan mengusir makhluk itu dari surga ke sebuah Dunia bernama Gaia. Sebuah dunia yang tidak memiliki sihir, hanya ada kekuatan jiwa (Dom) yang di berikan oleh Sang Dewa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 - Deklarasi Perang
Didesa Majaren.
Terlihat Dion dan Lisa sedang menaburkan bunga di atas makam penduduk desa Majaren. Lalu mereka berdoa disana.
"Hari ini sudah cukup. Mungkin saatnya kita pergi Lisa." kata Dion.
"Kita mau kemana kak.?" tanya Lisa.
"Mungkin kita akan ke wilayah Clan Siwa. Disana banyak prajurit kekaisaran yang sedang bersantai." sahut Dion.
"Baik kak."
Lalu tiba-tiba, mereka berdua mendengar suara kuda yang bergema cukup kencang di dekat sana.
"Sepertinya ada yang lewat kak." sahut Lisa.
"Kita lihat kesana Lisa." kata Dion sambil berlari ke depan desa Majaren.
Drap Drap Drap
Dan benar saja, sebuah batalion dari kerajaan Riu sedang melewati jalur itu. Batalion yang di pimpin salah satu Jendral kerajaan Riu dengan jumlah pasukan setidaknya ada 30rb prajurit sedang menuju ke Clan Siwa.
"Mereka akan menuju ke Clan Siwa, apa mereka adalah bala bantuan. Aku harus mencegatnya." kata Dion.
Lalu, Jendral kerajaan Riu yang bernama Ito, melihat Dion bersama Lisa sedang menghadang mereka disana.
"Hm ?" sahut Ito, lalu ia pun mengangkat tangan kirinya kepada semua prajurit. Rombongan batalion itu pun langsung berhenti seketika.
"Aku sangat terkejut kak, tiba-tiba berada disini." kata Lisa dengan memegangi kedua tangannya sambil melihat pasukan batalion didepannya.
Lalu, Ito pun bergerak maju dan menghampiri Dion.
"Bocah, jangan bermain disini. cepat menyingkir atau kalian akan di injak-injak oleh kuda kami." teriak Ito.
"Seperti biasa, kalian bahkan meremehkan kami. Dan memandang rendah semua orang." sahut Dion.
"Apa maksudmu. Cepat menyingkir dari disini. Aku tidak ada waktu untuk meladenimu." sahut Ito.
Dion pun hanya terdiam sambil melihat Ito dengan tatapan yang tajam. lalu, Ito pun mengeluarkan pedangnya dan di arahkan ke Dion.
"Kakak." sahut Lisa dengan takut sambil bersembunyi di belakang Dion.
"Bajingan, kau ingin mati ya. Pergi dari sini sebelum aku kehilangan kesabaran." teriak Ito dengan penuh ancaman.
"Hm, Aku tidak akan menyingkir dari sini, dan tidak mengijinkan kalian untuk lewat." kata Dion.
"Haaa.?" sahut Ito dengan terkejut.
Dion pun mengeluarkan Simbol pemimpin Clan, dan di tunjukkan kepada Ito dan semua pasukannya.
"Itu, simbol Pemimpin." kata Ito dengan terkejut
"Apa maksudmu.?" teriak Ito
"Jadi kau tidak mengenali simbol ini ya. Mulai sekarang, Aku pemimpin Clan Siga mendeklarasikan Perang kepada kekaisaran Riu." teriak Dion.
Seketika suasana pun jadi sunyi. Dan tidak berlangsung lama.
"Prff. HUAHAHAHAHAHHAHA." mereka semua pun langsung tertawa terbahak-bahak.
"Mendeklarasikan perang katanya. Hahaha."
"Lucu sekali, lucu sekali."
"Hahaha. Clan Siga sudah musnah.".
"hahahaha. Perutku sampai sakit karena tertawa."
"Bahkan dia hanya membawa gadis kecil untuk bermain perang-perangan. Huahahaha."
Dion yang berdiri disana pun langsung mengepalkan tangannya dengan penuh Emosi. Dalam situasi itu, pasukan kerajaan Riu tidak akan menyangka yang akan terjadi kedepannya.
Lalu Deep. Dion pun tiba-tiba berada di depan Ito sambil menghempaskan pedangnya.
"Haaa" suara Ito terkejut, Sraak. Kepalanya pun langsung terpenggal.
Buuk. kepalanya pun terjatuh ketanah. Seketika suasana disana langsung mencekam. Bahkan semua prajurit yang melihatnya pun hanya terdiam dan melotot kearah tubuh Ito yang masih duduk di atas kudanya tanpa kepala.
"Tidak mungkin, dia adalah seorang Jendral." kata salah satu komandan disana sambil menelan ludah.
Tiba-tiba awan menjadi gelap, dan gemuruh petir terdengar sangat keras. Ctar Ctar Ctar. Tubuh Dion pun melayang keudara, lalu ia mengangkat tangan kirinya.
Semua prajurit masih terdiam karena Shock berat melihat Jenderal nya yang tiba-tiba meninggal. Apalagi melihat Dion yang melayang keudara.
"Di di dia. Sorang Stuart." teriak salah satu prajurit disana.
"TEMBAKKAN PANAH API." teriak salah satu komandan.
Tidak berlangsung lama, ribuan panah api pun di lepaskan ke arah Dion. Lisa yang melihatnya pun langsung membungkuk dan memegangi kepalanya kebawah.
Dalam sekali hempasan tangan Dion, SWOOSH . Semua panah api itu pun terhempas ke samping.
Tiba-tiba, ribuan tombak langit berwarna Emas keluar dari balik awan. DRMMMM. WOSSH.
Semua prajurit pun benar-benar sangat tercengang melihatnya. Bahkan tubuh mereka mulai gemetar ketakutan melihat ribuan tombak di atas mereka.
"Ini adalah balasan untuk penduduk desa Majaren, dan dari semua orang Clan Siga yang sudah kalian bunuh."
"Tidak mungkin."
"Ini mustahil."
"LARIIIIIIIII" teriak prajurit disana sambil berlari kocar kacir. Bahkan ada beberapa prajurit yang di injak-injak oleh teman-temannya karena ingin menyelamatkan diri masing-masing.
Lalu, Dalam sekali hempasan tangan Dion kearah bawah. Ribuan tombak itu pun melesat dengan sangat cepat.
SWOOOSSSH SWOOSH SWOOSH.
"AAAAA." teriakan prajurit yang berlari dibawah sana. Lalu, sebuah Barier terbentuk di sekeliling tubuh Lisa. Wuut.
Ledakan pun terjadi dengan sangat keras disana.
BREDMM BREDMM BREDMM
"Uaaargg." "UHuarg." "Aaaargh." Semua prajurit pun terbunuh dengan mudah di hadapan Dion.
Lisa pun hanya bisa melihat Dion dengan tercengang yang sedang berdiri di atas udara. Bahkan beberapa kali, sebuah cipratan darah menempel di Barier yang melindungi Lisa.
Tombak-tombak itu turun secara berkala, dan dalam beberapa menit, ribuan tombak itu pun sudah habis menghantam tanah.
"Huh huh." suara Dion yang terengah-engah.
Sebuah pemandangan yang sangat mengerikan, sedan terlihat di bawah sana, bahkan tidak ada satu pun orang yang selamat dari hantaman tombak itu.
Semua tubuh prajurit kerajaan Riu hancur berkeping-keping, tanah seketika berubah menjadi merah. Dan darah mengalir kedalam lubang-lubang dari hasil hantaman tombak.
Dion hanya terdiam termenung melihat pemandangan itu. Dan seakan dia merasa bersalah, namun juga sangat marah. Hatinya bergejolak dan bimbang.
Lalu, ia pun turun menghampiri Lisa yang sangat tercengang melihat kejadian itu.
"Tidak apa-apa Lisa. Suatu hari nanti, kau akan melihat hal seperti ini terus menerus. Tidak apa-apa, tidak apa-apa." kata Dion sambil memeluk Lisa.
Lalu, ia menggendong Lisa dan terbang menjauh dari sana.
...
[Istana Kerajaan Alden]
Rachel bersama Philip dan beberapa orang dari kedua belah pihak, sedang mengadakan pertemuan besar disana.
"Jadi, kita mulai dari mana Tuan Putri.?" tanya Philip.
"Yang Mulia. Aku tidak akan berlama-lama membahas ini. Yang pertama, tarik kembali semua pasukan kerajaan Alden, dan minta kepada Aliansi Anda untuk membubarkan pasukannya. Perang ini harus berakhir, dan kami akan berusaha untuk menghadang pasukan Kerajaan Riu agar mereka tidak menyerang kalian lagi." kata Rachel.
"Kami sudah menarik semua pasukan kerajaan. Dan Clan Seiro juga sudah menarik pasukannya. Yang tersisa saat ini adalah Clan Siwa dan Clan Patio. Kedua Clan itu masih berusaha untuk bertahan dan menyerang balik pasukan kerajaan Riu." sahut Philip.
"Mungkin nanti aku akan berbicara pada ketua Clan itu. Lalu yang kedua, Kerajaan Neverland tidak bisa ikut campur dalam pembagian wilayah kekuasaan. Anda harus menerima dengan kekalahan saat ini, dan semua wilayah yang di kuasai oleh kerajaan Riu, akan menjadi wilayah mereka." kata Rachel.
"Apa.?" Braak. Philip pun memukul meja cukup kencang di depan Rachel.
Semua orang pun langsung terkejut dan Teo yang ada di samping Rachel pun langsung melihatnya dengan tatapan tajam.
"Huh huh. Maaf Tuan Putri." sahut Philip dengan menghela nafas karena shock.
"Baiklah. Yang aku katakan barusan adalah sebuah tawaran. Tergantung Anda menyikapinya, jika Anda masih menginginkan perang ini berlanjut. Kami dari kerajaan Neverland tidak akan ikut campur lagi." kata Rachel.
Philip pun hanya mengepalkan tangannya
"Ini semua gara-gara Clan Siwa. Andai saja aku tidak menerima tawaran aliansi mereka, ini tidak akan terjadi." kata Philip dengan penuh penyesalan.
Setelah berfikir cukup lama. Philip akhirnya memberikan jawabannya.
"Baiklah, baik. Ini demi kerajaan Alden yang sudah di ambang kehancuran. Aku terima itu untuk saat ini, tapi Tuan Putri, kami tidak akan diam saja di masa depan. Kerajaan Alden akan mengambil wilayah yang sudah di kuasai mereka."
"Itu terserah Anda di masa depan nanti. Untuk sekarang, Anda harus melepaskan wilayah itu sebelum semuanya berakhir." kata Rachel.
Philip pun hanya terdiam seribu bahasa.
"Lalu, Ada pesan yang dikirimkan oleh Raja Neverland. Pasukan Aliansi, yang sudah menanggung dampak dari perang ini, harus bertanggung jawab dan mengambil sikap masing-masing. Termasuk pembagian wilayah kepada kedua Clan yang berada di dalam Aliansi." kata Rachel.
"Haa.?" sahut Philip dengan sangat terkejut lagi.
"Tentu saja, itu semua adalah keputusan dari Aliansi kalian Yang Mulia. Tapi, jika sesuatu terjadi kedepannya, apalagi terjadi peperangan antar anggota Aliansi kalian. Kerajaan Neverland akan mengambil sikap militer secara langsung." kata Rachel.
Dan Philip hanya terdiam dengan penuh kekesalan dan kemarahan.
...