NovelToon NovelToon
Mengandung Benih Si Culun

Mengandung Benih Si Culun

Status: tamat
Genre:Tamat / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:418.9k
Nilai: 4.6
Nama Author: Reni mardiana

Ayu Lestari, seorang wanita yang harus rela pergi dari rumahnya saat warga mengetahui kehamilannya. Menghabiskan satu Malam dengan pria yang tidak di kenalnya, membawa petaka dan kemalangan pada Ayu, seorang wanita yang harus rela masa depannya terenggut.

Akankah Ayu menemukan siapa ayah bayi yang di kandungnya? bagaimana reaksinya saat mengetahui bahwa pria yang menghamilinya adalah seorang pria yang di kenal culun?

Penasaran kan? yuk ikuti terus kisahnya sampai akhir ya, jangan lupa tambahkan subscribe, like, coment dan vote nya. 🤗🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengobati

Ayu pergi mencari kotak obat membuat Gibran tersenyum malu. Dia mulai memakan makanan buatan sang istri yang rasanya sangat nikmat, padahal itu hanya nasi goreng biasa, tapi benar-benar spesial tiada duanya.

Selepas Ayu kembali mencari kotak P3K. Dia melihat suaminya begitu lahap memakan masakan buatannya, tanpa di sadari senyuman kecil muncul. Namun hanya beberapa detik saja dan kembali memasang wajah datar.

“Pelan-pelan, nggak usah kaya orang kesurupan makannya,” sindir halus Ayu membuat Gibran menoleh ke arah samping sambil mengangguk.

Sambil menunggu Gibran selesai makan. Ayu menyediakan obat-obatan yang akan digunakan untuk membersihkan luka di wajah sang suami.

“Heee ….” Gibran bersendawa kencang saking kenyangnya menikmati masakan sang istri.

“Udah?” tanya Ayu.

“Teri—”

“Minum, habis itu aku obati lukamu,” timpal Ayu tanpa senyuman.

Gibran mengangguk mengikuti perintah Ayu. Melihat sang istri begitu telaten mengobati luka di wajahnya membuatnya tersipu malu.

“Ma-maaf ….” Satu kata itu keluar dari mulut Gibran sambil menatap bola mata indah sang istri yang menyejukkan hati.

“Maaf untuk apa?” tanya Ayu tanpa melihat jika wajah mereka sudah sangat dekat. Sang istri hanya fokus pada luka suaminya yang cukup parah.

“Maaf karena aku, kamu dan Raja selalu menjadi bahan olok-olok orang lain. Luka yang telah aku berikan pasti sangat membekas di hatimu, apalagi kamu telah berjuang susah payah menjaga serta melindungi Raja dari semua orang yang ingin menyakitinya, termasuk Raden.”

“Kejadian di kantor tadi pasti sangat melukai hatimu, sedangkan aku tidak bisa melakukan apa-apa selain diam. Sekali lagi maaf … maaf jika aku hanya bisa menjadi pengecut yang tidak melakukan apa pun untuk membela kalian. Aku juga belum bisa membahagiakan kalian, belum bisa menjadi suami yang baik, ayah yang bertanggung jawab, dan iman yang sempurna untukmu. Maafkan aku ….”

Mata Ayu refleks menatap mata sendu Gibran yang penuh keseriusan. Baru kali ini sang istri bisa menatap wajah suaminya sedekat sekarang tanpa adanya pembatas yang menghalangi mereka.

“Kamu tidak membela kami bukan berarti kamu pengecut, melainkan kamu sudah melakukan yang terbaik menjaga mental juga psikis Raja. Aku tahu pasti kamu sangat marah pada pria itu, tetapi satu sisi kamu menghargai keberadaan Raja yang masih kecil. Buktinya lihat wajahmu sekarang ini, sampai babak belur gini pasti karena meluapkan apa yang sudah kamu tahan, ‘kan?”

Gibran mengangguk kecil. Dia merasa malu lantaran tidak bisa menunjukkan rasa sayangnya terhadap mereka. Akan tetapi, tanpa diperlihatkan Ayu bisa melihat itu dari tatapan tulus yang diberikan sang suami padanya.

“Sudahlah, jangan dibahas. Nggak penting jug—”

“Awwshh ….”

Tangan Gibran refleks memegang tangan Ayu yang ada di wajahnya. Keduanya saling menatap satu sama lain dengan jarak begitu dekat, sehingga menimbulkan suara degup jantung yang bertalu saling bersahutan.

Getaran hati yang kian mengencang membuat wajah mereka mulai memerah menahan rasa malu. Baru sekarang keduanya merasakan hal yang aneh saat bola mata saling bertemu.

Semua itu tidak bertahan lama. Ayu langsung menyudahi apa yang dilakukan, kemudian membereskan obat-obatan ke dalam kotak dalam keadaan salah tingkah.

Gibran hanya tersenyum melihat wanita itu berusaha menghindar darinya, padahal di balik bola mata terdapat sebuah rasa yang mulai tumbuh di antara keduanya.

“A-aku taruh ini dulu ke belakang. Ja-jangan lupa obat itu kamu minum supaya meredakan rasa nyeri di dalam tubuhmu,” ucap Ayu langsung pergi untuk menaruh alat makan bekas nasi goreng ke dapur demi menetralkan perasaannya pada Gibran.

10 menit berlalu, Ayu masuk kembali ke kamar dalam keadaan wajah gelisah. Dia melihat Gibran sedang mengambil selimut di lemari juga bantal yang diletakkan di sofa.

“Ka-kamu mau tidur di sofa?” tanya Ayu melihat Gibran sudah merebahkan diri.

“Iya,” jawab Gibran singkat.

“Tapi kamu ‘kan, lagi sak—”

“Aku gapapa, kok. Udah tidur gih, ini udah larut malam. Istirahatlah, jangan sampai kamu jatuh sakit,” ucap Gibran penuh perhatian.

Ayu mengangguk, lalu naik ke atas ranjang dan merebahkan tubuh sambil menyelimuti tubuh mungilnya.

“Good night, Istriku.” Gibran tersenyum menatapnya dalam posisi badan miring menghadap ke arah ranjang.

Ayu yang mendengar ucapan itu membuat degup hatinya kembali bekerja sangat cepat, “Go-good ni-night to.”

Wanita itu yang sedikit salah tingkah langsung membelakangi Gibran sambil memejamkan kedua mata dan tersenyum malu.

Keduanya tertidur bersamaan dalam perasaan yang sangat bahagia, bahkan jauh lebih bahagia dari sebelumnya.

***

Pagi hari selepas sarapan semuanya bergegas pergi ke ruang keluarga untuk duduk santai lantaran hari ini adalah hari libur.

Di saat Raja sedang asyik mengajak main Gibran dan Wiratma, tiba-tiba saja seseorang masuk ke rumah dalam keadaan emosi tinggi.

“Gibran! Keluar kamu, hahh! Keluar!” teriaknya membuat semua orang terkejut menerka-nerka siapa yang datang.

“Ayah, siapa yang marah-marah? Tidak ada sopan santun. Masuk rumah orang itu harusnya memberi salam, bukan marah teriak-teriak. Memang orang itu pikir ini hutan yang tidak ada penghuninya!” ucap Raja dengan segala kecerewetannya.

Wiratma melirik sang istri yang langsung paham. Raja pergi bersama neneknya demi menghindari keributan yang akan mengganggu memorinya.

Tak lama perginya Raja, muncullah sosok Ghina dengan wajah merah. Emosi juga kebencian di matanya terlihat betul membuat Wiratma terdiam memperhatikan.

“Apalagi yang akan dia lakukan sekarang!” batin Wiratma.

“Dasar keponakan tidak tahu diri! Bisa-bisanya kamu mencabut semua saham dari perusahaanku. Benar-benar kelewatan kamu, Gibran!” pekik Ghina.

“Jika perusahaan Tante tidak ada masalah pun aku tidak akan menarik semua saham di sana!” jawab Gibran yang sudah berdiri menatap lekat wajah Ghina.

“Cepat kembalikan semua saham itu atau aku—”

“Atau apa, Tante, hem? Tante ingin mengancamku, iya? Sebelum Tante mengancamku biar aku peringatkan. Tidak butuh waktu banyak untukku menghancurkan perusahaan itu. Tinggal jentikkan jariku maka perusahaan Gracella akan bangkrut seumur hidup. Tante mau!” timpal Gibran yang sudah jengah atas sifat dan keegoisan adik dari ayahnya.

Darah Ghina mulai mendidih mendengar ucapan dari keponakan itu. Penghinaan yang Gibran berikan telah menanamkan kebencian juga dendam yang cukup mendalam. Sampai-sampai sumpah serapah keluar dari mulut wanita itu sambil melirik Ayu yang sudah berdiri tepat di samping suaminya.

“Ingat baik-baik ini, Gibran! Sampai kapan pun aku tidak akan rela kamu menjatuhkan perusahaanku seperti ini. Dasar licik! Lihat aja nanti, aku sumpahin keluarga kecilmu berantakan. Perusahaanmu hancur lebur tak tersisa dan anakmu sekarat sampai kamu paham artinya kehilangan untuk selamanya!”

Gibran cuma bisa tersenyum menatap Ghina tanpa membalas apa pun. Sifatnya benar-benar tenang menanggapi sumpah serapah yang dianggapnya hanya omong kosong tak bermanfaat.

Akan tetapi berbeda sama Ayu. Dia malah membalas sumpah serapah Ghina sampai tidak berkutik.

“Semoga apa yang Tante ucapkan barusan pada suamiku ataupun tentang anakku tidak berbalik pada kehidupan Tante. Jika sampai itu terjadi maka Tante harus ingat satu hal. Tuhan tidak pernah tidur. Dia maha tahu apa yang umatnya lakukan. Kebenaran pasti akan menjadi pemenangnya, walaupun jalannya selalu buntu. Namun kejahatan seluas apa pun jalannya pasti akan berakhir tragis. Percayalah karma itu ada dan akan datang di saat yang tepat!”

Bersambung.

1
Novita Ae
Luar biasa
Srhy
ghina mulutmu harimaumu
Srhy
paling ga suka klo ada pelakor
Rusmini Rusmini
bagaimana raden bisa tau kalo salsa bukan ayu thor
Rusmini Rusmini
ternyata hanya siasatnya gibran dkk
Rusmini Rusmini
clayton dan raden bpk anak sama2 koplak..../Grimace//Grimace/
Jumi Eko
Luar biasa
Rusmini Rusmini
kalo pilem pasti seru nih
Rusmini Rusmini
aksi balas dendam di mulai
Rusmini Rusmini
kesian amat /Facepalm//Facepalm/
Rusmini Rusmini
untung semua sodara gibran saling membantu kecuali ghina
Rusmini Rusmini
mara karma utk ghina
Rusmini Rusmini
cacing kremi /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Rusmini Rusmini
mulai ada ulet bulu nih .
Rusmini Rusmini
akal akalanya salsa
Rusmini Rusmini
ingin kaya dgn cara instan mimpi kamu nuri
Rusmini Rusmini
tiba tiba banyak masalah di klg wiratma
Rusmini Rusmini
masak anak umur 5 th bisa ngomong kayak gitu...persis org tua
/Slight//Slight/
Rusmini Rusmini
komunikasi yg kurang membuat rmh tgg jd kacau /Smug/
Rusmini Rusmini
ws kasep tinggal aja bu ayu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!