"Ketika cinta dan kesetiaan diuji oleh kebenaran dan darah, hanya hati yang tahu siapa yang benar-benar layak dicintai." - Kenzie William Franklyn.
•••
Vanellye Arch Equeenza, atau Ellyenza. Perempuan nakal dengan masa lalu kelam, hidup dalam keluarga Parvyez yang penuh konflik. Tanpa mengetahui dirinya bukan anak kandung, Ellyenza dijodohkan dengan Kenzie, ketua OSIS yang juga memimpin geng "The Sovereign Four." Saat rahasia masa lalunya terungkap—bahwa ia sebenarnya anak dari Sweetly, sahabat yang dikhianati ibunya, Stella—Ellyenza harus menghadapi kenyataan pahit tentang jati dirinya. Cinta, dendam, dan pengkhianatan beradu, saat Ellyenza berjuang memilih antara masa lalu yang penuh luka dan masa depan yang tidak pasti.
Akan seperti apakah cerita ini berakhir? mari nantikan terus kelanjutan untuk kisah Kenzie dan Ellyenza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meka Gethrieen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ZIELL - 11 Cupu
..."Seperti apa pun kenangan, itu juga merupakan bagian dari takdir."...
...- Kevin Xulingga Alaso -...
...•••...
Kevin berlutut dihadapan Ellyenza. Air matanya mulai turun membasahi ke dua pipinya.
"Ell, aku minta maaf.. maaf untuk semuanya. Aku salah.." Ia mulai terisak, menangisi setiap kesalahan yang telah diperbuat olehnya. "I really didn't know it would turn out like this.."
"Lo tau jelas bagaimana hubungan gue sama nyokap, Kev. Gue masih gak percaya kalo ternyata lo bisa percaya sama kata-katanya.."
Kevin bangkit dari berlututnya.
"Terus aku harus apa Ell?! Dia mama kamu, mama kamu sendiri! She says she will make sure you live well! Bagaimana mungkin aku nggak percaya kalau sampai sekarang aja bahkan kamu juga masih hidup dengan baik?!!"
Ke dua mata Ellyenza melebar kala ucapan itu terlontar.
Plak!
Dengan amarah yang menggebu-gebu ia mencengkram kuat kerah kemeja laki-laki tersebut. Dan kemudian berkata, "Hidup baik? kata lo?"
Bugh!
"Sialan!"
Bugh!
"Brengsek! Bajingan!!"
Bugh!
"Ell, cukup.."
Ellyenza hendak melayangkan pukulannya sekali lagi, namun ketika melihat keadaan Kevin dan mendengar perkataannya seketika itu juga ia langsung tersadar.
Perempuan itu reflek melepaskan cengkramannya. Ia sadar sudah keterlaluan. Amarah terlalu menguasainya hingga membuatnya tanpa sadar bertindak seperti itu.
Meskipun Kevin tidak melawannya, namun ia masih tetap ingin hidup. Karena walaupun Ellyenza perempuan, pukulannya juga tidaklah main-main.
"Harusnya lo nggak berkata kaya gitu, Kev. Lo tau apa, hah?! Lo bilang selama ini gue masih hidup dengan baik?! Lo liat! Buka mata lo! Bagian dari mananya yang lo bilang kalo selama ini gue hidup dengan baik, hah?!!" Tekannya seraya mencengkram kembali kerah kemeja laki-laki itu.
"Lo tau apa, Kevin? Lo gak pernah tau usaha gue buat terus bertahan hidup selama ini.. lo gak tau apa-apa! Hiks.." Ucapnya mulai terisak.
Mendengar tangisan Ellyenza yang terasa pilu, Kevin juga ikut menangis. Laki-laki itu membawa Ellyenza ke dalam dekapannya, mengelus rambut itu dengan lembut.
"Gue gak pernah bener-bener hidup dengan baik dan merasa bahagia setelah kepergian lo, Kev. Setelah hari itu! Hiks.." Kevin tak membalasnya, ia membiarkan Ellyenza untuk mengatakan semuanya.
"Lo salah besar! Gue depresi berat Kev selama masa kehamilan! Nyokap berulang kali minta gue buat gugurin kandungan.. tapi gue gak akan pernah bisa bunuh darah daging gue sendiri! Hiks.. satu-satunya orang yang perduli sama gue saat itu cuman abang Kai."
Ellyenza melepaskan pelukannya secara paksa dan mengusap air matanya kasar. Ia kemudian mendudukkan dirinya dipinggiran kasur. Dengan tatapan kosong ia menerawang jauh ke dalam ingatan masa lalunya dan tersenyum miris kala teringat keadaan dirinya saat itu.
"Lo tau? Waktu itu.. gue berhenti sekolah selama satu tahun demi bisa pertahanin anak dalam kandungan gue saat itu. Gue berkali-kali berantem sama nyokap karena sering gak nurutin permintaannya. Berulang kali gue dihina, dicaci-maki, direndahin dan dianggap gak berguna.. sama ibu kandung gue sendiri."
"Kadang gue mikir, gue salah. Ya, gue emang salahkan? Ibu mana juga yang mau anaknya hamil diluar pernikahan? Apalagi umur gue waktu itu masih 14 tahun." Ada kekehan pelan sebelum melanjutkannya, "Tapi apa dia pernah mikir? Kalo dia juga salah? Selama ini.. gue cuman butuh kasih sayangnya."
"Ell.." Kevin mendekat yang kemudian bersimpuh dihadapan Ellyenza sambil kedua tangannya menggenggam tangan putih nan halus tersebut.
Ellyenza balas menatap tatapan tersebut dengan penuh luka dan kekecewaan yang dirasakan olehnya selama ini.
"Sembilan bulan gue mengandung. Selama itu juga gue berusaha menjaga dan pertahanin anak itu, lo tau apa alesannya?" Kevin menggeleng, kepalanya kemudian tertunduk kala ia mulai terisak dan genggaman pada tangan Ellyenza pun kian mengerat.
"Karena gue percaya.. saat itu, lo pasti bakalan kembali dan semuanya akan baik-baik aja. Dengan bodohnya gue berharap banget sama lo waktu itu. Tapi ternyata bahkan setelah gue lahiran pun, gue bukan cuman kehilangan harapan besar itu.. tapi juga anak gue!!" Teriaknya diakhir kalimat.
"Anak itu.. nyokap bilang, kalo kandungan gue udah keguguran dari sebelum proses persalinan padahal jelas-jelas gue denger suara tangisan bayi saat itu!! Gue gak percaya! Dan gak akan pernah!"
"Ell, udah.." Ellyenza menggeleng, ia belum puas. "Udah Ell.." Kevin tidak sanggup mendengarnya. Ternyata selama ini ia telah dibohongi dan bukan hanya Ellyenza yang jadi korbannya, tetapi juga dia sendiri.
"Gue gak percaya, Kev. Gue gak percaya.. hiks.." dengan sigapnya Kevin langsung merengkuh tubuh rapuh itu.
"Ssttt.. udah, aku percaya kamu. Kita cari sama-sama aja, oke?! Aku bakalan buat keadilan untuk kamu."
Dan keduanya pun akhirnya menangis bersama, membiarkan semuanya selesai saat itu juga.
...•••...
Ellyenza telah sampai dihalaman besar mansion milik keluarganya dengan Kevin yang telah mengantarkannya. Pria itu tidak bisa mengantarnya hingga ke depan pintu masuk mansion, karena tiba-tiba saja ada urusan mendadak yang mengharuskannya tidak bisa bertamu ke dalam rumah besar milik keluarga Parvyez tersebut.
Ellyenza menatap malas pada bangunan megah nan mewah dihadapannya itu. Tanpa mengetuk, ia langsung saja membuka pintu rumah besar tersebut dan melangkah masuk dengan kedua earphone yang terpasang dikedua telinganya. Ia melangkah begitu saja tanpa memperdulikan ke empat orang yang kini tengah berada diruang tamu dengan tiga diantaranya merupakan orang tua dan kakak laki-lakinya.
"Ellyenza."
Satu panggilan dari seorang wanita paruh baya yang merupakan ibunya tersebut tak digubris sama sekali olehnya.
"Ellyenza."
Perempuan itu masih melangkah dengan santainya tanpa menghiraukan panggilan tersebut sedikit pun.
"Ellyenza!!"
Langkahnya baru terhenti, perempuan itu menghela nafas berat. Masih enggan untuk berbalik badan.
"Ellyenza! Mama manggil kamu! Tolong hormatin dia.." kali ini kakak laki-lakinya yang angkat suara. Jika sudah seperti ini, maka Ellyenza tidak bisa untuk tidak menurutinya.
Karena kakak laki-lakinya itulah yang paling menyayangi dirinya diantara semua anggota keluarga rumah besarnya ini dari dulu. Jika ia bisa membantah dan enggan untuk menuruti semua perintah serta keinginan kedua orang tuanya itu, maka lain halnya dengan sang kakak tersebut.
Ya! Kakak laki-lakinya adalah salah satu kelemahannya, ia tahu itu dengan jelas.
Dengan berat hati Ellyenza menuruni beberapa anak tangga dan berjalan menghampiri kehadapan sang ibu. Tanpa menyadari kehadiran orang asing yang kini juga sedang berdiri diantara anggota keluarganya.
Plak!
"Ma!" Ucap ketiganya serempak kala sang nyonya besar mulai menampakkan kemarahannya.
"Anak kurang ajar!! Mama panggilin kamu dari tadi, bukannya jawab malah pergi gitu aja. Gak tau sopan santun kamu, hah?! Dari mana aja kamu? Udah kaya ****** aja pulang pagi tanpa kabar. Kamu fikir, kamu siapa? Selebritis terkenal yang udah menghasilkan banyak uang? Lulus aja belum tapi kelakuan kaya orang sibuk yang banyak kerjaan." Cecar wanita paruh baya itu dengan pertanyaannya.
"Ma, udah.. Ell baru pulang. Kita bisa tanyain baik-baik ke dia." Tutur sang kakak mencoba melerai pertengkaran yang akan terjadi sebentar lagi itu.
"Diam kamu Kai! Kamu sama papa samanya! Selalu aja belain dia!" Balas wanita paruh baya itu marah seraya menunjuk-nunjuk kearah suaminya dan laki-laki tersebut.
Ellyenza yang mendapatkan perlakuan seperti itu hanya memejamkan kedua matanya lelah. Yang kemudian terkekeh pelan seraya berkata, "Kenapa? Mama peduli?" Ujarnya seraya bersedekap dada dengan santai.
Menunggu apa yang akan dikatakan oleh ibunya tersebut selanjutnya.
"Ell.."
"Anak kurang aj-" belum selesai wanita paruh baya itu mengatakannya, Ellyenza sudah lebih dulu memajukan dirinya selangkah dihadapan wanita paruh baya tersebut untuk memasrahkan dirinya tentang perlakuan apapun yang akan ia terima selanjutnya.
Tapi sikap Ellyenza baru saja itu membuat wanita paruh baya tersebut terdiam seribu bahasa.
"Aku ketemu Kevin." Cetusnya sambil menatap kearah lain.
"Cupu..?"
...To be continue...