NovelToon NovelToon
3M's True Love

3M's True Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:454
Nilai: 5
Nama Author: Phine Femelia

Cerita ini berkisah tentang perjalanan ketiga saudara kembar...Miko, Mike, dan Miki dalam menemukan cinta sejati. Bisakah mereka bertemu di usianya yang sangat muda?
Ikuti kisah mereka bertiga ^^



Harap bijak dalam membaca...
Plagiat dilarang mendekat...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phine Femelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

"Winda sering cerita kalau kamu sudah jarang menerima teleponnya"

"Lalu aku harus gimana? Menerima telepon? Menanggapi dengan baik saja? Kamu berharap aku begitu?"

"Kamu kenapa, Amour? Aku cuma mau tanya"

"Lalu kalau aku membenarkan kamu menyuruh menerima teleponnya?"

Devie berpikir.

"Nanti kita cari waktu yang tepat untuk mulai memberitahu tentang hubungan kita"

Fandi melihat Devie.

"Kamu benar mau memberitahu?"

Devie mengangguk pelan.

"Serius?" tanya Fandi pelan.

"Ya. Aku juga merasa kalau sudah waktunya Winda tahu karena dia semakin bingung kamu sangat berubah" kata Devie pelan.

"Akhirnya" kata Fandi lega.

Fandi merasa senang.

"Akhirnya kamu memikirkan tentang itu" lanjut Fandi dan memeluk Devie.

Devie membalas pelukan Fandi.

"Demi kebaikan bersama" kata Devie.

"Ya. Kamu benar. Nanti aku akan bersama kamu menjelaskan kepada Winda. Aku gak mungkin membiarkan kamu sendiri" kata Fandi dengan mengangguk dan tersenyum senang.

Devie mengangguk. Akhirnya Mike mencari perempuan lain di sekolah tempat dirinya berada dan sudah menemukan. Namanya Bella. Bella cukup gampang didekati bahkan sudah berjalan dua minggu Mike berhasil mengajak jalan terus.

Mike juga semakin senang ketika Sasha mempengaruhi Bella untuk menolak dirinya tapi justru Bella tidak mau mendengarkan dan terus menerima ajakannya. Hal itu mempermudah jalan Mike untuk semakin mendekati Bella sampai hari itu mereka kembali jalan di mall. Bella mengajak Mike ke manapun dan Mike menurut karena dirinya punya sebuah tujuan.

"Lo gak lapar?"

"Gue gak lapar. Lo lapar? Maaf gue gak tahu. Ayo kita makan"

"Gue cuma tanya. Mungkin lo sudah lapar karena sejak tadi kita jalan ke manapun" kata Mike dengan tersenyum.

Mike mengedarkan pandangannya.

"Lo mau ke mana lagi?"

"Sebenarnya gue mau ke tempat jepit. Memangnya lo mau menemani?"

"Kenapa gak? ...tapi sebelum ke sana ada satu hal yang mau gue katakan"

"Apa?"

"Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat apalagi di tempat begini. Kita berdiri di tempat yang banyak orang lalu lalang"

"Sebenarnya apa? Gue jadi penasaran" kata Bella dengan merasa ingin tahu.

Mike tersenyum lucu.

"Lo sabar. Gue juga harus mengatur napas untuk bicara kepada lo" kata Mike pura-pura.

"Kenapa begitu?" tanya Bella dengan merasa heran.

"Perkataan itu penting" kata Mike masih pura-pura.

Bella tersenyum heran.

"Lo lucu ya? Bicara langsung saja"

"Lo mau jadi pacar gue?"

Bella merasa tidak menyangka dan justru mengerjapkan kedua matanya karena masih sedikit terkejut meskipun sebenarnya dia sudah tahu tujuan Mike mendekatinya tapi tidak menyangka secepat ini. Bella yang merasa beruntung Mike bisa naksir dirinya...tanpa melewatkan kesempatan...langsung mengiyakan. Siapa yang tidak tahu Mike? Mike cukup terkenal sebagai siswa terkeren.

"Kena lo. Setelah ini gue akan terus baik sama lo. Setelah seratus persen percaya gue akan minta semuanya dari lo" pikir Mike dengan tersenyum nakal.

Hari terus berlanjut. Sudah hampir dua minggu belum mendapatkan semuanya dari Bella karena Bella segera menolak. Bella bisa dipeluk, dicium dan dicumbu tapi tidak mau lebih dari itu dengan alasan masih takut. Akhirnya Mike berusaha untuk menunggu dengan sabar berharap suatu hari nanti Bella mau dibujuk.

Winda pulang dari bimbingan belajar. Winda begitu lelah. Hari itu memang sudah malam. Pukul 18.30. Dirinya baru sampai di rumah dan melihat mobil Fandi terparkir di halaman rumahnya. Seketika capek Winda hilang digantikan dengan rasa senang.

"Ini mobil Kak Fandi, bukan?" pikir Winda dengan tersenyum.

Winda berpikir agak lama tidak pernah bertemu Fandi akhirnya sekarang datang lagi kesempatan itu.

"Apa Kak Fandi rindu gue sehingga datang ke sini?" pikir Winda dengan merasa senang.

Winda segera berjalan masuk dan tidak mendapati Fandi lalu merasa heran dan memanggil pembantu.

"Amour, ah...sudahlah. Kenapa jadi terus menggoda aku, sih? Apaan kamu?" kata Devie dengan tertawa pelan.

"Bukankah benar? Apa yang menggoda? Itu memang kenyataan. Kamunya saja yang menganggap begitu" kata Fandi dengan tersenyum.

"Ya...tapi..."

"Bi, ada tamu datang, bukan? Kak Fandi?"

"Benar, Non"

Winda tersenyum senang.

"...tapi aku gak kelihatan Kak Fandi. Memangnya di mana?"

"Tadi di sini, Non"

Pembantu bingung dan berpikir. Saling becanda membuat jarak Fandi dan Devie dekat lalu mereka menyadari dan saling melihat. Mereka berhenti tertawa dan saling menatap satu sama lain lalu tanpa sadar wajahnya berdekatan dan Fandi semakin menggenggam tangan Devie. Suasana di sana begitu dingin sehingga membuat Devie butuh sesuatu hal yang membuat hangat.

Secara naluri Fandi sangat ingin mencium Devie tapi ragu. Melihat dari tatapannya tapi merasa suasana begitu mendukung Fandi memegang pipi kiri Devie dan Devie terlihat menikmati lalu melihat bibir Fandi dan melihat tatapan Devie tidak di kedua matanya lagi Fandi coba mencium sudut bibir Devie secara perlahan. Meskipun Devie terkejut tapi Fandi melihat pacarnya itu tidak menolak seperti dulu.

Akhirnya Fandi melepaskan tangan Devie dan memegang kedua pipinya lalu menempelkan keningnya di kening Devie dan Devie merasakan. Di luar dugaan Devie memeluk Fandi dan jantungnya berdetak kencang. Mereka saling mendengarkan napas yang mulai berat sehingga memejamkan kedua mata. Sesaat mereka mengatur napas dan akhirnya Fandi membuka kedua mata dengan pelan.

"Dear" panggil Fandi berbisik.

Devie membuka kedua mata dengan pelan dan menatap Fandi.

"Apa aku boleh?" tanya Fandi berbisik.

Mereka saling menatap intens.

"Aku gak paham caranya" kata Devie dengan merasa malu.

"Aku juga tapi boleh?"

Devie tersenyum dan mengangguk pelan.

"Sungguh?"

"Ya. Aku mengizinkan kamu tapi janji" kata Devie pelan.

Fandi merasa ingin tahu.

"Cuma sebatas ini. Gak lebih lagi. Sudah lebih dari cukup kita sampai kissing" lanjut Devie ragu.

"Ya. Aku janji cuma sebatas ini" kata Fandi pelan.

"Kalau sampai kamu minta lebih lagi gimana?"

"Aku gak akan memaksa"

Devie merasa heran.

"Jadi kemungkinan kamu akan minta?"

"Sekarang aku berpikir gak akan pernah minta tapi gak tahu ke depannya. Kamu jangan takut atau ragu bersama aku karena kalau kamu menolak aku gak memaksa bahkan mengungkit. Apa aku pernah mengungkit ketika kamu menolak?"

"Iya. Seperti sekarang mengungkit lagi" kata Devie pelan.

"Aku minta maaf. Kalau begitu..."

"Gak apa apa. Kissing masih wajar tapi menurutku kalau sudah mencumbu bahkan...lebih dari itu terlalu melebihi batas. Jadi kalau suatu hari kamu minta konsekuensinya apa?"

"Gak. Aku janji. Ketika kamu komitmen gak mau lebih aku harus mendukung apalagi setelah dipikir..."

Fandi berpikir keras.

"...kalau cinta bukan berarti harus melakukan hal itu" lanjut Fandi dengan tersenyum.

Devie tersenyum lega dan merasa kagum lalu semakin punya jarak dekat dengan Fandi dan Fandi mencium bibir Devie dengan pelan. Devie terdiam dan menikmati ciuman itu. 

"Astaga. Begini rasanya? Kenapa aneh sekali?" pikir Devie bingung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!