Namanya Kanaka Harvey, dia anak keduanya Letta dan Devano, sejak awal bermimpi jadi pembalap, tapi apa daya takdir menuntunnya untuk masuk ke perusahaan peninggalan kakeknya. Terkenal dingin dan tak tertarik dengan perempuan manapun, nyatanya Kanaka justru terperangkap pada pesona bawahannya di kantor yang bernama Rere (Renata Debora) , cewek itu terkenal jutek dan galak sama siapapun. Kanaka yang tak pernah berpacaran itu begitu posesif dan overprotective terhadap Rere.
IG : 16_rens
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : Kecolok belum sih?!
Pulang dari rumah ibu, Rere mengajak Kanaka untuk mampir ke supermarket, ia ingin membeli beberapa makanan beku untuk persediaan di rumah mereka.
Sebelum turun dari mobil, Kanaka menahan tangan Rere sebelum Rere membuka pintu.
"Kenapa?" tanya Rere.
"Bentar." Kanaka mengambil dompet dari saku celananya dan menarik salah satu kartu ATM dan menyerahkannya kepada Rere.
"Aku males kalo setiap pergi mesti buka dompet, kamu aja yang bayar-bayat, pin nya tanggal pernikahan kita." Setelah mengatakan itu Kanaka keluar dari mobil.
Rere menatap kartu yang ada di tangannya itu dengan perasaan terharu, harusnya sekarang sudah boleh kan dia menerima kartu tersebut, toh mereka sudah resmi menikah.
Tok... Tok.... karena Rere belum turun juga Kanaka mengetuk kaca di samping Rere, dengan pelan Rere membuka pintunya dan turun.
"Kenapa sih begitu banget ngeliatin akunya?" tanya Kanaka sambil mengeryit.
"Salut aku sama Mimo Pipo bisa mendidik kamu dan saudara kamu seluar biasa ini," puji Rere sambil berjalan mengikuti langkah Kanaka.
"Kenapa bicara begitu?" tanya Kanaka.
"Ya ngeliat kamu bisa sedewasa dan bertanggung jawab seperti ini sama aku."
"Mereka itu orang tua yang mendidik kami dengan disiplin dan juga santai, apapun yang kami mau asal kami bertanggung jawab pasti mereka bakal ijinin, kayak aku yang pengen jadi pembalap, Mimo aja nggak komen aneh-aneh, sebenarnya wajar sih, soalnya Pipo juga memberi kebebasan sama Mimo saat Mimo total mau jadi ibu rumah tangga aja."
"Bahagia yang Ka ada ditengah-tengah keluarga kamu," bisik Rere pelan.
"Kamu dan ibu kan sekarang sudah jadi bagian keluargaku, jadi jangan sungkan kalo ingin mengutarakan sesuatu."
Sampai di rak makanan beku Rere memilih beberapa makanan beku yang hanya tinggal memanaskan di oven saat mereka mau makan, tak lupa telur dan juga mie instan.
"Sekalian sabun Yang."
"He em, mau disamain atau bedain sama yang aku pakai?" tanya Rere.
"Samain juga nggak papa, mandinya juga di kamar mandi yang sama," sahut Kanaka tak sesuai dengan konteks pembicaraan.
"Eh.... Yang, kamu nggak beli ini?" tanya Kanaka saat mereka melewati rak yang memajang beraneka macam merk keperluan Rere setiap bulannya itu.
"Udah selesai sih, lagian di rumah masih banyak," jawab Rere tanpa sadar.
Kanaka tersenyum kegirangan. 'Wah bini gue mau ngibul nih, tamunya udah pergi kok nggak info-info, dikira gue nggak penasaran apa ya sama rasanya!'
"Udah semua kan, nggak ada yang ketinggalan?" tanya Kanaka sok cool, padahal dia ingin cepat-cepat menggiring Rere masuk ke kamar mereka.
"Udah sih, tapi kita nggak sekalian makan malam disini Ka?" tanya Rere menahan langkah sang suami setelah mereka membayar belanjaan mereka di kasir.
'Gue lebih berminat makan lo!' sahut Kanaka dalam hati.
"Nggak usah Yang, takut Mimo kirim makanan ntar," jawab Kanaka.
"Oh iya juga ya, nanti misal Mimo nggak kirim pun kita ada beras sama lauk beku." Rere mengangguk sambil membuntuti Kanaka yang sedang mendorong troli yang berisi belanjaan mereka.
"Ka.... Sayang, bentar deh mau beli roti dulu." Rere berhenti lagi di depan toko roti.
Kanaka menggeram, rasanya ingin mengangkat Rere lalu memasukkannya ke dalam salah satu kantong plastik yang ada di troli mereka.
Sesuatu yang di bawah sana sudah berkedut sejak tadi, setengah mati Kanaka menahan diri, eh si bini malah asyik ingin cuci mata.
Dua minggu lho guys Kanaka belum menyentuh Rere, sebabnya kan haram kalau mereka melakukan hubungan saat Rere seperti itu kan?
"Aduh Yang, perutku sakit banget, ayok buruan pulang," pekik Kanaka membuat Rere panik.
"Ayo ke toilet dulu Yang," ajak Rere.
"Nggak mau, kotor, aku mau di rumah aja," sahut Kanaka sambil melangkah lebar.
Rere berlari kecil demi bisa mengimbangi langkah lebar Kanaka, dalam hati sana Kanaka tertawa sendiri, Rere kena dikibulin olehnya.
Buru-buru Kanaka meletakkan semua belanjaan di bangku belakang, memastikan Rere sudah duduk dengan aman, lalu wuss.... mobil melaju menuju rumah.
Meski pun tidak terkesan buru-buru tapi bisa dibilang Kanaka menancap gas lumayan dalam, sungguh adek kecilnya tidak bisa dikondisikan.
Kalian tentu tahu rasanya kan? Sudah menikah, tidur di ranjang yang sama, bahkan sering berpelukan tapi tak bisa melakukan aktivitas yang diinginkan, sungguh begitu menyiksa.
Begitu sampai rumah pun, Kanaka buru-buru membuka pagar dan pintu rumah, memasukkan mobil dan mengangkat semua belanjaan dari dalam mobil.
Rere menatapnya dengan prihatin, mengira Kanaka beneran sedang sakit perut. "Udah Yang tinggalin aja, biar aku yang masukin," kata Rere sambil mengusap tangan Kanaka dengan lembut.
Bukannya menuruti perkataan Rere, tangan kanan Kanaka meraih tangan Rere, sedang tangan kirinya menenteng plastik belanjaan.
Sengaja sampai di dalam rumah, Kanaka tidak menyalakan lampu sama sekali, dengan alasan andai ada tamu yang mencari mereka akan menyangka kalau mereka sedang tidak ada di rumah.
Kanaka menutup pintu di belakangnya, dan meletakkan belanjaan itu dengan sembarangan, lalu memepet Rere ke tembok di belakangnya.
"Sudah bersih kan? Jadi sudah bisa melaksanakan kewajiban ke suami?" bisik Kanaka sambil membelai pipi Rere dengan lembut.
Bulu kuduk Rere meremang mendapat perlakuan itu, sejauh ini kan sentuhannya dengan sang suami hanya sebatas bibir ketemu bibir, dan sekarang Kanaka mau meminta haknya.
Astaga Rere bingung mesti ngapain, dia kan bodoh kalau urusan seperti ini, jadi dia memilih memejamkan mata saat Kanaka kembalikan mencecap bibir tipisnya.
Bahkan Rere hanya bisa pasrah dan mengalungkan tangannya ke leher Kanaka saat sang suami menggendongnya ala bridal style ke dalam kamar mereka.
Dengan lembut Kanaka meletakkan tubuh Rere ke atas tempat tidur, Rere bahkan masih setia memejamkan mata saat Kanaka melepas satu persatu baju yang melekat di badannya.
Tanpa bisa dicegah mata Rere membuka perlahan dan melihat penampakan Kanaka yang luar biasa seksi seperti ini, bahkan otak Rere berkhianat dengan begitu mengagumi pesona Kanaka yang sudah begitu menjeratnya.
Rere kembali memejamkan mata saat tangan Kanaka mulai bergerilya kesana kemari, lebih baik diam menikmati dan pasrah atas apa yang akan Kanaka lakukan kepadanya.
"Aku berjanji untuk pelan-pelan, aku harap ini tak begitu sakit ya sayang," bisik Kanaka pelan.
Rere mengangguk pelan sambil mendistraksi pikirannya agar ia tak merasakan sakit apabila Kanaka menembus yang di bawah sana.
Rere tahu sebentar lagi Kanaka akan mengambil haknya, dan saat itu terjadi, dengan teriakan melengking Rere mencoba mendorong Kanaka agar menjauh dari dirinya.
"Udah Ka, udah, ini sakit banget!"
"Udah kecolok belum sih Yang?!" tanya Kanaka bloon.
______
Hayo ngaku siapa yang nungguin ini sejak kemarin?
Akhirnya ya kedua bocah itu sudah benar-benar menjadi satu. Hehehehe.
Terimakasih ya guys yang sudah terus mengikuti cerita ini, yang terus penasaran, yang terus jatuh cinta sama Rere dan Kanaka.
Terimakasih buat support kalian, buat aku semangat terus buat nulis, semoga aku bisa menjadi lebih baik.
cerita nya bagus tapi jadi ngeh setiap bab gini mulu