Karya terbaru dari Author "Berondong Bayaran CEO Cantik."
Ig : oh_ya_ra
tiktok : link di ig
Ananta Nayra Santoso, tiba-tiba mengandung anak dari sahabatnya sendiri yakni Sean Alejandro Blanco. Semua bermula ketika mereka pergi ke sebuah bar dan mabuk berat. Keduanya sama-sama tak sadar telah melakukan hal tersebut. Mendengar kabar kehamilan Nayra, orang tua mereka yang berselisih selama ini pun kembali cekcok. Nenek keduanya menginginkan mereka menikah, tetapi mereka berdua sudah memiliki kekasih masing-masing. Bagaimana kah kisah selanjutnya?. Ikuti saja cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pratiwi Devyara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepikiran
Nayra benar-benar tak bisa lagi berkonsentrasi, pasca tadi Philo mengabarkan jika dirinya akan pulang dulu untuk beberapa hari.
Memang saat ini perutnya belum membesar. Tetapi ada perasaan bersalah yang tak sedikit dalam diri perempuan itu.
Mungkin ia bisa berbohong tapi tidak dengan hati nuraninya. Ia tak akan tega menyakiti Philo, meski Philo tak selalu ada untuknya selama ini.
"Nay, nggak ke kantin?"
Steffi berbicara pada Nayra yang saat ini tengah terdiam bengong di depan laptop. Steffi mengira jika Nayra tengah fokus mengerjakan sesuatu yang sangat penting.
Maka ia pun membiarkan saja temannya itu dan berlalu menuju lift. Ia pergi ke kantin sendirian
***
"Apa kabar ci Nina."
"Ci Amey, kabar baik."
Nina Chen ibu Sean mengadakan pertemuan dengan ibu Felicia diluar pengetahuan sang anak. Bahkan suaminya Pablo pun dan juga ayah Felicia tak tau soal ini.
Mereka bertemu di sebuah kafe di kawasan sentul, Bogor. Kafe tempat dimana mereka biasanya sering bertemu untuk acara arisan.
"Long time no see ya, makin cantik aja."
Amey memuji Nina dan Nina pun menjadi tersipu malu.
"Tas Hermes nya bagus. Ini yang limited edition itu kan?"
Nina beralih memuji tas milik Amey, hingga Amey yang notabennya adalah ibu tiri Felicia itu pun melambung tinggi.
"Ah ini dikasih ci. Kalau saya mau beli sendiri mah, ogah saya. Duitnya lebih baik buat usaha atau beli ruko baru." jawab Amey.
"Bisnis diatas segalanya ya ci." ujar Nina.
Lalu basa-basi itu pun berlanjut, sampai kemudian mereka berada pada inti pembicaraan.
"Jadi gimana ci, soal anak kita."
Nina mengatakan hal tersebut duluan, agar segera dibicarakan dengan serius.
"Saya sih tergantung dari ci Nina dan keluarga. Kalau kami terus terang siap kapan aja. Kapan Ci Nina dan keluarga mau melamar Feli, tinggal kasih tau aja dan kami akan persiapkan semuanya."
Nina tersenyum mendengar semua itu. Karena ia rasa Sean sudah cukup dewasa untuk menikah dan memiliki anak. Sehingga ia dan keluarganya tak akan terus-menerus ditanya kapan punya cucu, saat acara besar seperti Imlek berlangsung.
"Nanti saya dan keluarga akan segera tentukan tanggalnya ci." ujar Nina.
"Ditunggu kabar baiknya ci." jawab Amey.
Mereka lanjut bergosip soal drama Korea, kemudian loncat membicarakan harga emas serta tanah di sebuah kawasan.
***
"Fel."
"Feli."
Sean berusaha mengejar Felicia di halaman parkir kantor gadis itu. Setelah tadi Felicia menolak diajak bertemu baik-baik.
"Fel."
"Feli."
"Sayang, hei. Tunggu dulu!"
Sean mendapatkan Felicia dan menggenggam tangan gadis itu dengan erat.
"Lepas!. Aku mau pulang." ujar Felicia.
"Fel, jangan kayak anak kecil. Kita ini udah dewasa loh, kan bisa selesaikan baik-baik."
Felicia tiba-tiba menoleh dan memberikan tatapan yang tajam menghujam pada Sean.
"Baik-baik kamu bilang?" tanya nya kemudian.
"Kamu aja ngilang nggak jelas dari semalem. Di telpon belasan kali nggak diangkat, WhatsApp nggak dibalas. Tadi pun sama, kayak gitu juga."
"Tadi aku lagi meeting, semalam aku mabuk sama anak kantor dan atasanku juga. Kamu kan tau level aku masih manager, bukan CEO, apalagi bos yang punya perusahaan. Nggak bisa seenak jidatku aja main hp terus balesin kamu."
Felicia diam dan menyilangkan tangan di dada. Wajah gadis itu terlihat masih saja cemberut.
"Maafin aku ya."
Sean melunak padanya.
"Ya udah." jawab gadis itu kemudian.
"Pulang bareng aku." ajak Sean.
Felicia lalu mengangguk.
"Senyum dulu!" pinta Sean.
"Nggak mau."
Felicia terus merajuk.
"Aku kelitikin nih." ancam Sean.
Mau tak mau Felicia pun akhirnya tersenyum.
"Nah, gitu dong."
Sean mengajaknya berjalan dengan menggandeng tangan gadis itu. Mereka pulang dengan menaiki mobil Sean.
***
Sebelum menemui Felicia.
"Nay, udah pulang?"
Sean mencari tau dimana Nayra dan ingin memastikan sahabatnya itu baik-baik saja.
"Udah, udah dari tadi." jawab Nayra.
"Oh ya udah kalau gitu."
"Kenapa?" tanya Nayra.
"Kalau belum mau gue antar pulang." jawab Sean.
"Kan gue bawa mobil sendiri." ujar Nayra.
"Iya maksudnya gue nanya tuh. Lo kondisinya baik-baik aja atau nggak, bisa nyetir sampe rumah apa nggak. Kalau lo ada apa-apa, semisal lo lagi mual atau apa, nggak bisa bawa mobil sendiri. Gue mau nganterin lo pulang."
Nayra diam sejenak membaca pesan tersebut, kemudian membalas.
"Gue udah sampai rumah dan baik-baik aja." tulisnya.
"Oh ya udah kalau gitu."
"Lo udah balik?" Nayra gantian bertanya.
"Bentar lagi." jawab Sean.
Lalu Nayra tak membalas lagi, sebab ia tertidur setelah itu.
***
Sean saat ini tengah bercanda dengan Felicia di mobil. Ia harus terlihat baik-baik saja di depan kekasihnya itu, meski di dalam hati dan pikiran ia menyimpan sebuah masalah yang besar.
Sebab Felicia tak tau dan tak salah apa-apa. Ia tak harus merasakan energi negatif dari apa yang tengah Sean hadapi saat ini.
Saat mereka tengah tertawa-tawa, tiba-tiba terdengar sebuah notifikasi dari handphone Felicia.
Sejenak gadis itu terdiam menatap layar, tetapi kemudian ia pun jadi begitu gembira.
"Sayang, makasih ya." ujarnya pada Sean sambil tersenyum sumringah.
"Makasih soal apa sayang?" tanya Sean bingung. Sebab pemuda itu merasa tak memberikan surprise apa-apa.
"Makasih karena kamu mau lebih serius sama aku." jawab Felicia.
Sean makin mengerutkan dahi, sebab ia benar-benar tak mengerti.
"Maksudnya?" tanya pria itu kemudian.
"Nggak usah pura-pura nggak tau gitu deh. Tadi kan mama kamu ketemu sama mama tiri aku, buat membahas pernikahan kita."
"What?"
Sean mendadak menginjak rem, sehingga menyebabkan mereka berdua hampir terbentur ke arah dasbor.
"Koq kamu kaget gitu?" tanya Felicia heran.
"Eee, aku."
Sean takut jika salah bicara, Felicia akan ngambek lagi seperti tadi.
"Nggak, aku cuma kaget aja kenapa mama kamu harus ngasih tau itu ke kamu." ucap Sean.
"Maksudnya jadi nggak surprise lagi gitu ke aku?" tanya Felicia sambil masih tersenyum.
"Ya, gitu lah."
Sean benar-benar mencari aman, agar Felicia tak mencurigai apapun.
"Ma, apa-apaan sih?. Kenapa membicarakan pernikahan Sean tanpa izin dulu sama Sean?"
Sean yang kesal namun ditahan tersebut segera mengirim pesan singkat pada sang ibu. Sementara ia masih meladeni Felicia yang terus saja berbicara.
"Kamu senang kan sayang?" tanya gadis itu kemudian.
"I, iya seneng dong. Masa nggak." jawab Sean sambil mencoba memaksakan sebuah senyuman. Padahal ia ingin segera tiba dirumah dan meluapkan seluruh kekesalannya pada sang ibu.
"Nanti kita sangjit dimana?" tanya Felicia.
Sangjit adalah ritual pertunangan dalam keluarga Tionghoa.
"Kamu udah cari gedungnya?. lanjut gadis itu lagi.
"Kalau belum, nanti biar aku yang cari." imbuhnya.
Isi kepala Sean kini jadi makin runyam. Belum lagi selesai urusan Nayra yang tengah hamil, kini muncul lagi masalah sang ibu yang hendak menikahkan dirinya secara mendadak.
Sean benar-benar ingin marah dan memukul seseorang rasanya. Ini benar-benar sudah diluar kendali pemuda itu.
***
mudah2an g terjadi perang bintang y....