Mimpi Aqila hanya satu, mendapat kasih sayang keluarganya. Tak ada yang spesial dari dirinya, bahkan orang yang ia sukai terang-terangan memilih adiknya
Pertemuannya tanpa disengaja dengan badboy kampus perlahan memberi warna di hidupnya, dia Naufal Pradana Al-Ghazali laki-laki yang berjanji menjadi pelangi untuknya setelah badai pergi
Namun, siapa yang tau Aqila sigadis periang yang selalu memberikan senyum berbalut luka ternyata mengidap penyakit yang mengancam nyawanya
.
"Naufal itu seperti pelangi dalam hidup Aqila, persis seperti pelangi yang penuh warna dan hanya sebentar, karena besok mungkin Aqila udah pergi"
~~ Aqila Valisha Bramadja
.
.
Jangan lupa like, komen, gift, dan vote...🙏⚘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Davin
Para tamu yang datang dari berbagai kalangan baik rekan bisnis ataupun dokter, hadir menyaksikan pernikahan putra sulung sekaligus penerus rumah sakit Bramadja, Davin Altero Bramadja
Kebahagiaan tercetak jelas dalam setiap anggota keluarga, apalagi Kirana dan Aqila yang memang lebih dekat dengan Davin, terus menggoda mempelai pria yang terkenal dingin dan kaku
"Kak Davin nanti harus senyum, jangan masang muka tembok kayak gitu" ucap Aqila yang sudah cantik dengan kebaya berwarna silver yang senada dengan anggota keluarga Bramadja yang lain, perbedaannya hanya terletak pada ukuran yang lebih panjang karena disesuaikan dengan Aqila yang memakai hijab
"Denger tuh, nanti istrinya malah takut liat muka tembok kayak gitu" Kiran ikut menimpali sambil menahan tawanya
"Pokoknya nanti Kak Davin harus tenang, nggak boleh gugup"
Mereka berdua sudah berperan layaknya seorang ibu yang menasihati putranya
"Terus..."
"Kirana, Aqila, lebih baik kalian diluar sekarang" Ucap Devano, saat melihat sepupunya yang tak henti-hentinya diberikan nasihat padahal mereka sendiri belum pernah menikah, ia saja bosan mendengarnya apalagi Davin yang suka ketenangan
"Semangat kak"
.
"Kak Davin, kayaknya mau buang air besar deh, keringetan mulu" Aqila hampir meledakkan tawanya mendengar ucapan Kirana
"Mungkin Kak Davin gugup, bagaimanapun juga ia disaksikan banyak orang untuk menghalalkan pasangan hidupnya"
"Liat orang nikah gini, gue juga pengen nikah deh"
"Yaudah sana nikah sama Kak Regan" jawab Aqila santai menanggapi permintaan sepupunya
"Kok sama dia sih? Gue kesel banget sama tuh orang, sering banget bongkar aib masa lalu gue" Kirana mengerucutkan bibirnya dan mendekap tangan didepan dada
"Emang lo pikir gue mau nikah sama lo?" suara sahutan dari belakang mereka sontak membuat dua gadis itu menoleh
"Kok dia dateng sih?, perasaan dia nggak ada di list tamu undangan deh" bisik Kirana
"Kak Davin mungkin yang ngundang" jawab Aqila mengedikkan bahunya
"Gue yakin dia tuh tamu tak diundang tapi memaksa hadir"
"Heh, gue denger ya" sewot Regan dari belakang namun tak dihiraukan Kirana
"Eh btw, Aqila lihat deh adik lo" Kirana menunjuk kearah Reyna yang duduk di kursi yang memang disediakan untuk anggota keluarga Bramadja
"Kenapa dia?"
"Manja banget nggak sih gue liatnya, liat tuh Rian, Devano, Darren, bahkan tante Intan sama Om Arya manjain dia banget nggak sih?"
"Tinggal sebut keluarga lo aja apa susahnya sih? Sampai absen nama satu persatu keluarga gue" ucap Aqila, bukannya iri melihat mereka tapi karena hatinya sudah lelah dan cenderung tak peduli
"Tapi bener sih, dia manja banget" Regan ikut-ikutan berbisik dengan memajukan kepalanya
"Tuh kan" Berakhirlah tiga orang itu malah berbisik-bisik tetangga di belakang para tamu undangan yang hadir
"Kesel banget gue liatnya duduk di kursi itu"
"Heh, harusnya mereka yang kesel liat lo berdua, udah disiapin kursi khusus anggota keluarga malah nyempit di kursi tamu" Regan menendang kaki kursi yang diduduki Kirana dengan kakinya
"Tapi ya Aqila..."
"Sttt, ngomongin orang itu dosa loh Kirana" Aqila menaruh jari telunjuknya didepan bibir untuk menyuruh sepupunya itu diam
"Dengerin tuh" Regan ikut-ikutan menyahut membuat Kirana tambah kesal
Setelah acara akad yang diikuti dengan berbagai ritual pernikahan lainnya selesai, para tamu menikmati berbagai hidangan yang sudah disajikan, acara salam-salaman sengaja tak dilakukan karena masih beresiko penyebaran covid-19
Sementara itu di pelaminan, keluarga besar Bramadja melakukan sesi foto, dimulai dari foto kedua mempelai terlebih dahulu dan diikuti semua keluarga
"Kak Davin senyum dong, jangan pasang muka tembok kayak gitu, Kak Naya takut tuh" ucap Kirana dengan suara yang tak bisa dibilang pelan hingga membuat mereka yang mendengarnya tertawa
"Ayo, saatnya foto bersama" sang fotografer memberikan instruksi untuk sesi foto keluarga
Dimulai dari foto bersama keluarga kedua mempelai, hingga foto bersama keluarga besar Bramadja yang sudah menambah anggota baru yakni Naya, istri Davin
Semua keluarga Bramadja tersenyum kearah kamera dengan fotografer yang memberikan instruksi agar mendapatkan hasil terbaik, Aqila berusaha senyum terbaik mungkin padahal sakit kepalanya mulai lagi-lagi datang disaat yang tidak tepat
Dengan reflek ia menggenggam tangan orang yang disebelahnya, saat merasakan keseimbangannya mulai hilang akibat rasa sakit luar biasa
"Maaf kak" Aqila melepas pegangan tangannya saat menyadari Darren menatap kearahnya
"Kamu sakit?" bisik Darren yang dibalas hanya gelengan kepala oleh Aqila
Akhirnya sesi foto selesai, saat Aqila hendak turun dari pelaminan, Kirana menarik tangannya hingga membuat dirinya hampir terjatuh
"Kita foto dulu berdua, sebagai sepupu terbaik" ucapnya mengarahkan kamera handphone kearah mereka
"Chiisss"
Kirana merangkul bahu Aqila dan nampaklah foto mereka berdua di benda pipih itu, Aqila bersyukur karena make up yang digunakan mampu menutup wajah pucatnya
"Ayo sekali lagi"
"Maaf Kirana, kepala gue sakit banget, gue duluan ke kamar ya" ucap Aqila dengan mata memelas
"Sakit kepala lo nggak kenal tempat banget, yaudah ayo gue anterin" Ucap Kirana memegang lengan Aqila
"Nggak apa-apa gue bisa sendiri"
"Jangan ngeyel Aqila" Aqila mengangguk saja karena malas berdebat di kondisi seperti ini
"Kalian berdua mau kemana?" Mama Rani menyapa anak dan keponakannya saat melihat mereka berdua berjalan kearah kamar tamu dilantai bawah
"Kita istirahat ma, soalnya tadi malam nggak bisa tidur"
"Kok bisa?"
"Karena kita udah nggak sabar nunggu hari ini, jadi nggak tidur semaleman" Kilah Kirana
"Baiklah, jangan lupa keluar saat makan siang"
"Baik ma"
Kirana membuka kamar tamu yang ditempati Aqila semalam, saat hendak menutup pintu tubuh Aqila langsung merosot tak sadarkan diri
"Astagfirulloh, Aqila" Kirana mengintip sejenak melalui pintu, masih banyak tamu undangan yang belum pulang dan masing-masing anggota keluarganya terlihat sedang asik berbincang dengan kolega bisnis dan para dokter profesional yang ada disana
Kirana mengurungkan diri untuk keluar memberitau mereka, ia memilih mengangkat tubuh lemah Aqila keatas tempat tidur
"Aqila lo kenapa sih? ayo sadar" Kirana mengusap-usap tangan dingin Aqila, sesaat kemudian ia teringat kalau sepupunya sering membawa minyak kayu putih dalam tasnya
Kirana meraih tas Aqila yang ada diatas meja dan mengeluarkan langsung semua barang-barang yang ada dalam tas itu
"Ngapain juga bawa tisu banyak-banyak kayak gini" ucapnya melihat dua kotak tisu dalam tas Aqila
Saat menemukan apa yang dicarinya, fokus Kirana teralih pada amplop berbentuk logo rumah sakit
"Aqila Valisha Bramadja" Ia membaca nama pasien yang tertulis dibagian depan amplop putih itu dan dengan rasa penasaran yang tinggi Kirana membuka amplop dan mengeluarkan selembar kertas yang membuat air matanya mengalir membacanya