Di tengah gemuruh ombak kota kecil Cilacap, enam anak muda yang terikat oleh kecintaan mereka pada musik membentuk Dolphin Band sebuah grup yang lahir dari persahabatan dan semangat pantang menyerah. Ayya, Tiara, Puji, Damas, Iqbal, dan Ferdy, tidak hanya mengejar kemenangan, tetapi juga impian untuk menciptakan karya yang menyentuh hati. Terinspirasi oleh kecerdasan dan keceriaan lumba-lumba, mereka bertekad menaklukkan tantangan dengan nada-nada penuh makna. Inilah perjalanan mereka, sebuah kisah tentang musik, persahabatan, dan perjuangan tak kenal lelah untuk mewujudkan mimpi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F3rdy 25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelulusan
Malam setelah konser besar Dolfin Band dengan Kotak Band adalah malam yang tak terlupakan.
Setiap anggota band dipenuhi dengan euforia.
Energi penonton, kolaborasi epik dengan Kotak, dan keberhasilan mereka membawakan lagu-lagu dengan sempurna membuat malam itu seperti mimpi yang tak ingin mereka bangunkan.
Satu per satu anggota Dolfin dijemput oleh orang tua mereka setelah konser.
Wajah-wajah bangga terlihat di setiap sudut, dan mereka semua merasa lega.
Alat-alat band yang telah selesai dipakai langsung dibereskan oleh kru setia yang juga teman-teman sekelas mereka.
Alat musik dan perlengkapan lainnya dimasukkan ke dalam mobil dan dibawa kembali ke basecamp, studio kecil di rumah Ferdy yang menjadi tempat mereka selama ini berlatih.
---
**Hari Minggu, di Basecamp Dolfin Band**
Pagi hari di hari Minggu biasanya mereka gunakan untuk berkumpul di basecamp, entah sekadar nongkrong, latihan ringan, atau kadang hanya berbincang santai.
Namun, pagi ini basecamp terasa sepi. Hanya beberapa kru yang hadir, membantu merapikan studio dan mengatur ulang perlengkapan setelah konser semalam.
"Masih terasa ya euforianya?" kata Rio, salah satu kru yang sedang merapikan kabel gitar.
"Banget. Tadi malam itu gila! Penonton kayak gak berhenti teriak. Gue masih gak percaya kita bisa manggung bareng Kotak," sahut Jaka, yang sedang mengelap drum Iqbal.
"Dan yang lebih keren lagi, Dolfin beneran berhasil bikin penonton pecah! Gue liat Ferdy sama Ayya gak berhenti lompat-lompat, bikin semua orang ikut teriak," tambah Rio sambil tertawa.
Mereka masih sibuk bercengkerama sambil bekerja. Sementara itu, di tempat lain, masing-masing anggota Dolfin Band punya rencana yang berbeda untuk hari itu.
---
**Pagi Hari Senin**
Hari Senin tiba. Meski tubuh mereka masih terasa lelah setelah konser, ada satu hal penting yang tak bisa mereka abaikan, hari ini adalah hari pengumuman kelulusan.
Semua siswa akan berkumpul di sekolah untuk melihat hasil mereka di papan pengumuman.
Ayya dan Tiara, yang telah diterima di perguruan tinggi melalui jalur prestasi, merasa lebih tenang. Meski begitu, mereka tetap ingin melihat hasil kelulusan secara resmi di sekolah.
"Ayah, aku berangkat dulu ya. Ferdy mau jemput," kata Ayya sambil menyambar tas kecilnya.
"Udah siap, sayang?" tanya ayahnya.
Ayya mengangguk. "Siap, Yah."
Tak lama, terdengar suara klakson dari luar rumah. Ayya keluar dan melihat Ferdy dengan mobilnya sudah menunggu di depan gerbang.
"Hey, Ayya! Ayo, buruan!" teriak Ferdy dari jendela mobil.
Ayya segera masuk ke dalam mobil. "Pagi, Fer! Udah jemput Tiara belum?"
"Belum. Kita jemput dia sekarang," jawab Ferdy sambil mengarahkan mobilnya menuju rumah Tiara, yang hanya beda blok dari rumah Ayya.
Ketika sampai di rumah Tiara, Tiara sudah siap dengan ranselnya. "Hei, pagi kalian!" sapa Tiara ceria sambil masuk ke dalam mobil.
"Pagi! Gimana, udah siap liat hasil kelulusan?" tanya Ayya sambil tersenyum.
Tiara tertawa kecil. "Udah, walaupun rasanya masih deg-degan juga, ya. Padahal kita udah diterima kuliah."
Ferdy ikut tertawa. "Yah, formalitas doang. Tapi tetap aja, liat nama kita di papan kelulusan pasti ada rasa puas tersendiri."
Sementara itu, Puji sedang menunggu Damas di rumahnya. Seperti biasa, Damas selalu menjadi yang paling lambat.
Puji sudah mengetuk pintu beberapa kali, namun Damas belum juga keluar.
"Dam! Lo ngapain sih lama banget?" teriak Puji dari luar rumah.
Damas akhirnya muncul dengan rambut yang masih basah. "Sabar, Ji! Gue tadi keasyikan nyari baju yang pas buat hari ini."
Puji melipat tangan, menunggu dengan cemberut. "Gila, Dam, gue kira lo abis mandi basar. Kita udah telat ini...hahah"
Damas tertawa kecil sambil mengunci pintu. "Santai, Ji. Toh pengumumannya nempel di papan mading, gak bakal kabur."
Setelah semua siap, mereka berdua pun berangkat menuju sekolah.
---
**Di Gerbang Sekolah**
Iqbal sudah lebih dulu sampai di sekolah.
Toko milik ayahnya berada tak jauh dari sana, jadi ia seringkali datang lebih awal daripada yang lain. Ketika melihat teman-temannya mulai berdatangan, ia melambaikan tangan.
"Woy! Ayo cepet ke mading, biar gak terlalu penuh," kata Iqbal dengan suara lantang.
Ferdy, Ayya, dan Tiara keluar dari mobil sambil menyapa. "Iqbal, lo semangat banget hari ini. Udah yakin lulus ya?" canda Ferdy.
Iqbal tertawa. "Yakin dong! Gue udah hitung nilai gue berkali-kali. Harusnya aman."
"Yaudah, ayo kita liat hasilnya," kata Ayya sambil menggandeng Tiara menuju papan pengumuman di halaman sekolah.
tak lama kemudian puji dan Damas datang dengan motor berboncengan. " woy guys.... Tunggu, jangan tinggalin?" kata damas, saat sampai di parkiran sekolah.
"heh.... Buruan!!" kata Tiara sambil tetap jalan bareng Ayya, Ferdy, dan Iqbal.
Suasana di halaman sekolah ramai, yang paling ramai Siswa-siswi berkumpul di depan papan pengumuman yang dipenuhi kertas bertuliskan nama-nama mereka.
Beberapa sudah bersorak gembira karena lulus, sementara yang lain masih mencari nama mereka dengan cemas.
Ferdy dan teman-temannya mendekat. Dengan cepat, mereka menemukan nama-nama mereka di papan kelulusan.
"Wah, gue lulus!" teriak Damas sambil berjingkrak-jingkrak. "Ji, liat nama lo, ada di sini!"
Puji memeriksa dan tersenyum lebar. "Syukur! Akhirnya kita lulus juga."
Ayya dan Tiara yang sudah lebih tenang juga ikut merasa lega. "Yup, kita lulus!" kata Tiara sambil bertepuk tangan pelan.
"Yes! Ini artinya kita bebas, guys!" seru Ferdy sambil merentangkan tangannya.
Namun, sebelum mereka bisa merayakan lebih lanjut, tiba-tiba terdengar suara dari speaker sekolah.
"Perhatian kepada seluruh siswa kelas 12, harap berkumpul di aula untuk pengumuman penting dari Kepala Sekolah," kata suara tersebut dengan tegas.
"Apalagi nih?" gumam Iqbal. "Kayaknya ada yang seru."
---
**Di Aula Sekolah**
Setelah semua siswa kelas 12 berkumpul, Kepala Sekolah, Pak Singgih, berdiri di atas panggung aula. Wajahnya tampak serius, tetapi ada senyuman kecil yang terukir di bibirnya.
"Selamat pagi, anak-anak. Pertama-tama, saya ingin mengucapkan selamat kepada kalian semua yang telah lulus. Ini adalah hasil dari kerja keras kalian selama tiga tahun di sini. Namun, saya ingin memberi pengumuman penting. Sabtu depan, kita akan mengadakan pesta kelulusan di sekolah ini."
Seluruh siswa bersorak mendengar berita tersebut.
"Pesta ini bukan hanya untuk merayakan kelulusan kalian, tetapi juga malam kebersamaan antara murid dan guru. Akan ada penampilan spesial dari siswa-siswi yang berbakat. Dan, tentunya, ini adalah kesempatan terakhir kalian untuk bersenang-senang sebelum kita benar-benar berpisah."
Ferdy dan teman-temannya saling bertukar pandang. "Wah, pesta kelulusan! Seru nih!" kata Ayya dengan semangat.
Puji tersenyum lebar. "Gue rasa kita harus kasih penampilan lagi, deh. Mungkin penutup dari Dolfin Band?"
Tiara mengangguk. "Gue setuju. Ini kesempatan terakhir kita tampil di sekolah ini."
Damas tertawa. "Gila, konser dua kali dalam sebulan. Kita bener-bener sibuk sekarang."
"Sibuk tapi seru, Dam," jawab Ferdy. "Ayo, kita persiapkan yang terbaik buat pesta kelulusan ini!"
---
**Setelah Pengumuman**
Setelah pengumuman selesai, siswa-siswi mulai meninggalkan aula dengan perasaan lega dan bahagia.
Di halaman sekolah, Ferdy dan teman-temannya berkumpul lagi.
"Kita harus latih lagu-lagu baru buat pesta nanti. Gak mungkin kita bawain lagu yang sama terus, kan?" kata Iqbal.
Puji mengangguk setuju. "Bener. Gue juga mikir mungkin kita bisa bawain sesuatu yang lebih santai. Biar suasana pesta makin asik."
Ferdy merenung sejenak. "Gimana kalo kita coba sesuatu yang akustik? Gue rasa itu bakal cocok buat acara kayak gini."
Ayya tersenyum lebar. "Setuju! Ayo kita latihan lagi mulai besok."
Mereka semua tertawa bersama, bersemangat mempersiapkan penampilan mereka yang terakhir di sekolah.
Babak baru kehidupan mereka sudah menunggu, namun sebelum itu, mereka ingin memastikan bahwa malam kelulusan mereka akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.
saya Pocipan ingin mengajak kaka untuk bergabung di Gc Bcm
di sini kita adakan Event dan juga belajar bersama dengan mentor senior.
jika kaka bersedia untuk bergabung
wajib follow saya lebih dulu untuk saya undang langsung. Terima Kasih.