Deskripsi: Hazel merasa dunia runtuh saat dia dipecat akibat fitnah dari rekan kerja dan baru saja mendapati kekasihnya berselingkuh. Dalam keputusasaan, dia pulang ke rumah dan menyerahkan segalanya pada orang tuanya, termasuk calon pasangan yang akan dijodohkan untuknya. Namun, saat keluarga dan calon suaminya tiba, Hazel terkejut—yang akan menjadi suaminya adalah mantan bos yang selama ini sangat dibencinya. Dihadapkan pada kenyataan yang tak terduga dan penuh rasa malu, Hazel harus menghadapi pria yang dianggapnya musuh dalam diam. Apakah ini takdir atau justru sebuah peluang baru? Temukan jawabannya dalam novel "Suamiku Mantan Bosku"😗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aping M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Honeymoon
Tiba saatnya di hotel, Lucas dengan sikap lembut namun nada bicara yang dingin mengejutkan Hazel dari tidurnya. Suara halusnya memecah keheningan, "Hazel, bangunlah kita sudah sampai di hotel." Hazel perlahan membuka matanya, masih setengah terlelap, dan menatap sekeliling dengan pandangan yang masih kabur karena baru terbangun. Dia merasa sedikit bingung sejenak sebelum akhirnya menyadari bahwa mereka telah tiba di destinasi mereka, sebuah hotel mewah di Paris.
Lucas menawarkan tangannya untuk membantu Hazel keluar dari mobil, memastikan dia berdiri dengan tegak sebelum melepaskan genggamannya. Keduanya memasuki lobi hotel yang megah, disambut oleh cahaya hangat dan dekorasi yang elegan, menjanjikan kenyamanan dan kemewahan yang akan menjadi bagian dari pengalaman menginap mereka di kota yang indah ini.
Setelah proses check-in, Hazel dan Lucas dibawa ke suite mereka, sebuah ruangan luas dengan jendela-jendela besar yang membuka pemandangan menakjubkan ke arah kota Paris. Kelelahan dari perjalanan yang panjang seakan terlupakan oleh Hazel saat dia terpesona oleh keindahan kamar dan panorama kota di luar sana. Lucas, di sisi lain, masih tenggelam dalam pikirannya tentang pernikahan yang terjadi begitu cepat ini, khususnya tentang fakta bahwa dia kini terikat dengan Hazel, wanita yang pernah bekerja sebagai sekretarisnya.
Renungan Lucas terputus oleh ketukan di pintu suite mereka. Hazel, yang sedang menyegarkan diri di kamar mandi, tidak menyadari kedatangan tamu tak terduga tersebut.
Dengan rasa penasaran, Lucas membuka pintu, dan di sana, berdiri seorang wanita yang membuat situasi menjadi lebih rumit.
“Pak Lucas, mengapa Reina ada di sini?” tanya Hazel dengan nada kebingungan setelah keluar dari kamar mandi, mendapati tamu tidak terduga itu.
“Kenapa? Ada masalah?” Lucas balik bertanya, seakan kehadiran Reina bukanlah masalah yang besar.
“Bukankah kamar disini banyak sayang? Jadi, aku bisa menempatkan salah satunya kan?” Rengek Reina manja, memeluk erat lengan Lucas, hingga menyentuh kedua gundukan besar miliknya.
Hazel memang belum menyukai Lucas, tapi dirinya juga merasa sakit karena kini Lucas sudah menjadi suaminya, setidaknya dia bisa menghargai keberadaannya sebagai istrinya.
Hazel pun hanya bisa menghembuskan napas nya berat. Tidak ada sepatah kata yang muncul dari mulut Lucas, dia hanya terdiam membisu mendengar rengekan manja Reina, yang mengartikan wanita itu bisa bermalam di hotel yang sama dengan Hazel dan Lucas.
Tidak ingin berdebat, Hazel memutuskan untuk pergi dari mereka berdua dan kembali ke kamarnya untuk tidur, karena hari sudah larut malam dan ia sudah sangat lelah atas segala drama yang terjadi dalam hidupnya.
“Maaf” lirih seorang pria pada wanita yang tertidur lelap di ranjangnya, dan mencium kening wanita itu.
Pria itu pun berangsur pergi dan setelahnya Hazel menyadari yang dia dengar tadi apakah sebuah mimpi atau benar, menyadari bahwa sikap Lucas sangatlah dingin padanya, Hazel berpikir apa yang dia dengar hanyalah sebuah mimpi.
Ia pun menghiraukannya dan melanjutkan tidurnya dengan sangat lelap.
…
Hari sudah menjelang pagi ketika Hazel menemukan Lucas terlelap di atas sofa, tubuhnya menggigil kedinginan. Dengan hati yang tergerak oleh rasa iba, Hazel segera mengambil selimut untuk menutupi tubuh Lucas yang terlihat kedinginan.
Sebelumnya, Hazel sempat berpikir buruk, menduga Lucas dan Reina akan menghabiskan malam bersama di kamar yang sama. Namun, nyatanya Lucas masih menunjukkan sisi kemanusiaannya dengan tidak melanggar batas tersebut.
Sebelum Lucas terbangun, Hazel dengan gesit menyiapkan sarapan untuk keduanya, menjalankan tugasnya sebagai istri, meskipun pernikahannya hanya diakui di atas kertas dengan dedikasi yang tidak tergoyahkan.
Ketika sarapan sudah tersaji di atas meja makan, Lucas pun terbangun dari tidurnya.
"Selamat pagi, Pak. Saya sudah menyiapkan sarapan untukmu," sapa Hazel dengan suara lembut.
"Pagi," jawab Lucas secara singkat, lalu duduk di meja makan.
Namun, suasana yang seharusnya damai itu terganggu ketika Reina datang dan dengan tidak sopan mengambil sarapan Hazel. Melihat perlakuan Reina yang kurang ajar, Hazel yang semula menahan emosi, kini merasa darahnya mendidih. Malam sebelumnya ia berhasil menahan diri untuk tidak terlibat pertengkaran, tetapi tampaknya Reina sengaja mencari masalah.
Saat mereka berdua akan melahap makanan, dengan tidak sopan, Reina datang dan mengambil sarapan milik Hazel.
Dengan amarah yang memuncak, Hazel bangkit dari kursinya, merebut kembali roti dari tangan Reina dan dengan kasar memaksa Reina untuk membuka mulutnya, memasukkan roti itu ke dalamnya sampai Reina tersedak.
Uhuk… uhuk…
Reina segera mencari air untuk melegakan tenggorokannya yang tercekik. "Sialan kamu, Hazel! Kamu ingin membunuhku, ya?!" bentak Reina.
Reina mencoba meraih simpati Lucas dengan merengek, "Sayang, Hazel..."
Namun, Lucas sudah kehilangan kesabaran. "Cukup, Reina. Kamu yang memulai, selesaikanlah sendiri. Aku tidak ingin pagiku menjadi buruk karena kamu. Lebih baik, kamu pindah sekarang. Aku sudah memesankan kamar untuk kamu." Seperti itulah kini sikap Lucas pada Reina, meskipun Lucas masih mencintai Reina, tapi terlihat jelas bahwa Lucas enggan berlama lama melihat wajah Reina yang selalu membayangi akan pengkhianatan yang dia lakukan bersama pria lain.
Hazel hanya bisa tersenyum tipis melihat sikap Lucas yang tegas. Sementara Reina tercengang, tidak menyangka Lucas akan bersikap demikian padanya. Reina pun segera mengemas barang-barangnya untuk pergi.
Saat Reina hendak meninggalkan ruangan, Lucas memanggilnya, membuat Reina berpikir Lucas akan menahannya. Namun, harapannya sirna ketika Lucas berkata, "Aku memesankan kamar yang lebih kecil, karena kamu hanya sendirian, kan?"
Reina pergi dengan hati yang kesal, meninggalkan Lucas dan Hazel.
"Apakah wanitamu tidak akan marah karena kamu memperlakukannya seperti itu?" tanya Hazel, penasaran dengan sikap Lucas yang masih tenang menikmati sarapannya.
"Aku sudah memiliki istri. Setidaknya aku masih memiliki perasaan untuk tidak bersikap sembarangan di depan istriku," jawab Lucas dengan nada datar.
Hazel, meskipun masih canggung dengan posisinya sebagai istri Lucas, merasa lega karena dihargai.
"Mau ke mana kita selama satu minggu ini?" tanya Hazel, mencoba mengalihkan topik.
"Terserah kamu saja," jawab Lucas dengan sikap dingin.
"Aku belum pernah ke Paris, jadi aku tidak tahu tempat wisata apa yang bisa kita kunjungi," ujar Hazel, merasa kesal dengan sikap Lucas yang meremehkan.
"Untuk apa kamu terlahir dari keluarga kaya raya, tetapi belum pernah ke Paris sekalipun?" ejek Lucas sambil tertawa kecil.
Hazel semakin kesal, alisnya bertaut. "Aku memang tidak suka bepergian. Aku lebih suka diam di rumah dan belajar untuk menggapai cita-citaku. Tapi, sekarang aku malah harus menikah dengan mantan bos pria angkuh sepertimu."
Lucas, yang telah menyelesaikan sarapannya, menjawab dengan santai, "Belajar? Belajar menerima keadaan, maksudmu? Hahaha."
"Seharusnya kamu juga bersyukur memiliki suami sepertiku. Banyak wanita di luar sana yang menungguku untuk menjadi duda" tambahnya
Hazel terdiam, mendengar Lucas tertawa. Ini adalah kali pertama dia melihat Lucas tersenyum, apalagi tertawa, sejak dia bekerja dengannya. Untuk pertama kalinya sebagai istri Lucas, Hazel menyadari bahwa mungkin, di balik sikap angkuhnya, ada sisi lain dari Lucas yang belum dia ketahui.
‘Apa? Dia tertawa?’ Gumam Hazel dalam hati, sekalipun ia tidak pernah melihat suaminya itu tersenyum apalagi tertawa selama dia bekerja dengannya, tetapi untuk pertama kalinya dia menjadi istri Lucas, dia tau bahwa Lucas tidaklah sekaku yang dia pikirkan.
“Sudah selesai kan makannya? Berikan piringnya” ujar Hazel mengambil kasar piring yang ada di depan Lucas.
Lucas hanya mengangguk, selesai dengan sarapannyya, dan kemudian berdiri dari kursi “Aku akan mandi, kau bersiaplah. 30 menit lagi kita akan pergi”
“Apa? 30 menit? Mau kemana?”
“Aku beritahupun, kau tidak akan tahu, tidak ada toleransi waktu” jawab Lucas.
“30 menit aku bisa apa?!” Mengumpat Hazel.