ISTRI KEDUA DOSENKU

"Mamah...." Yudha terkesiap melihat kedatangan mamahnya yang tiba-tiba. Tak ada kabar dan tak ada rencana tapi jelas sang mamah memiliki tujuan.

"Mana menantu mamah?" tanya wanita paruh baya itu dengan melangkah masuk dan menyapu pandang seluruh ruangan.

"Mah....." seru Silvi yang sedang menuruni tangga dan mendekati mamah mertuanya.

"Akhirnya mamah datang juga, Silvi kangen mah," keduanya saling berpelukan. Sempat melirik Yudha namun Yudha abai akan tatapan Silvi yang penuh arti.

"Mamah juga merindukanmu sayang, semakin cantik saja kamu nak." Pujian yang membuat Silvi seperti menari di atas awan.

Kini ketiganya duduk di ruang keluarga, Yudha sejak tadi hanya diam memperhatikan. Sesekali menatap jam dinding dan membuka ponselnya mengirim pesan yang tak kunjung di baca.

"Mana istri mudamu Yudha? kenapa sejak menikah tak pernah kamu kenalkan pada Mamah Papah?" tanya mamah dengan tatapan tak suka.

"Jadi Mamah sudah tau mas Yudha menikah lagi?" Silvi terkejut mendengar pertanyaan ibu mertuanya tentang Kinayu. Jika sudah tau putranya menikah lagi kenapa tidak di larang dan hanya diam saja.

"Tau sayang, Yudha minta ijin pada Mamah. Dia menikah lagi hanya untuk memiliki keturunan." Mamah merasa tidak enak pada Silvi, beliau menggenggam tangan Silvi dan berusaha memberikan pengertian.

"Percayalah Yudha hanya mencintai kamu! dan kamu lah menantu terbaik Mamah."

Yudha jengah melihat drama di depannya, sedangkan Kinayu tak kunjung pulang.

"Dasar nenek-nenek! awas saja aku tidak akan membiarkan rencana kalian berhasil. Kalian jahat denganku aku akan lebih licik dari yang kalian tau! Dan aku mau tau, jika Kinayu benar-benar mampu memberikan cucu pertama di keluarga Prasetya apakah kalian masih akan bersikap acuh pada wanita jalaang itu! jika iya, akan aku pastikan kalian kehilangan keduanya!"

"Silvi sedih loh Mah, Silvi sakit hati banget. Kenapa nggak ada yang minta ijin dulu sama Silvi? padahal seandainya mas Yudha mau jujur dan minta ijin pada Silvi, Silvi akan mencoba ikhlas mah. Karena Silvi sadar diri jika tidak bisa memberi keturunan."

Melihat wajah sedih Silvi, Mamah merasa sangat bersalah. Apa lagi Silvi sudah mengikhlaskan, sedangkan beliau tau semua tidak mudah dan butuh kesabaran yang tinggi.

"Sayang maafkan Mamah, Papah dan Yudha ya. Kami sangat menyayangi kamu, anggaplah dia hanya selir yang di butuhkan untuk di perah bukan untuk disayang."

"Mah.." Yudha tak terima dengan perkataan Mamah, dia seakan lupa jika dirinya pun sering menyakiti hati Kinayu dengan segala perkataan yang kasar.

Silvi tersenyum samar di pelukan mertuanya, bahkan air mata yang tadi sempat keluar hanya sebagai pendukung dalam memperlancar perannya.

"Apa ada yang salah dengan ucapan Mamah? bukannya kamu juga menganggap dia seperti itu? Yudha, Mamah dan Papah sudah diam kamu menikah lagi, karena kami yang menghargai usahamu untuk memberikan kami cucu. Tapi bukan berarti kamu bertindak semaunya. Kamu harus ingat atas dasar apa kamu menikahinya, dan siapa ratu sebenarnya di dalam pernikahanmu!"

Yudha segera beranjak dari sofa, berdebat dengan Mamah dan juga melihat lakon yang Silvi perankan membuatnya muak. Kedua perempuan yang sulit Yudha taklukkan saat berdebat. Mamah yang tak bisa ia lawan dan Silvi yang selalu keras kepala. Dan hanya Kinayu lah wanita satu-satunya yang menerima.

Langkah Yudha terhenti saat melihat Kinayu datang dengan menundukkan kepala tanpa menoleh dan tanpa sadar jika di ruangan tersebut ada Mamah. Yudha melihat ada yang tidak beres dengan istri keduanya segera menghampiri tetapi suara mamah bak petir yang menyambar.

"Ini menantuku yang baru? sungguh tidak sopan!" ketusnya hingga langkah Kinayu terhenti saat suara orang yang baru ia pertama dia dengar begitu menyayat hatinya yang sedang tidak baik-baik saja.

Kinayu menatap wanita paruh baya yang melangkah mendekati dengan tatapan tajam membuat nyalinya menciut.

"Maaf...." teringat dengan kata-kata beliau, Kinayu menyimpulkan jika ini adalah Mamah mertuanya. Kinayu dengan sopan meraih tangan beliau tapi secepatnya di tepis dengan kencang.

"Lancang! siapa yang menyuruhmu menyentuh tanganku?"

"Mah, jangan terlalu kasar. Dia juga istriku!" Yudha ingin mendekat tetapi dengan cepat Silvi menahannya.

Kinayu hanya diam dengan hati yang berantakan. Dia tak menyangka ternyata ia pun tak di terima baik oleh mertuanya. Sedangkan semenjak berpacaran dengan Satria hubungan dirinya dengan ibu Satria sangat baik. Sering sekali Kinayu dia ajak oleh Satria menelpon kedua orang tuanya dan mengobrol via video call.

"Ingat akan statusmu di sini, kamu hanya istri kedua yang di nikahi putraku untuk memberi keturunan karena menantu kesayanganku tidak bisa menghasilkan. Tapi bukan berarti kamu bisa besar kepala, hormati Silvi karena dia lah nyonya rumah sebenarnya."

Mamah melangkah mengitari Kinayu yang kini menundukkan kepala, dia masih kuat, dia masih mampu, bahkan hatinya masih bisa menerima.

Mamah kembali berdiri di depan Kinayu, menatap wajah sendu tanpa ada rasa iba sedikitpun.

"Kamu cantik, masih muda, dan aku dengar kamu pintar. Tapi nasibmu sungguh malang, dirimu hanya seharga rupiah! dan tubuh serta rahimmu pun sudah di beli kontan oleh putraku! jadi cepat beri aku cucu jika tidak kembalikan uang yang telah putraku berikan pada orang tuamu!"

deg

Bagai belati yang menembus hati, tubuh Kinayu seakan lemas dan tiada daya. Tak ada perlawanan tapi dirinya serasa tak mampu lagi menahan. Hingga air mata yang sejak tadi masih bisa bertahan kini sudah tak terbendung lagi.

Yudha pun tak menyangka sang Mamah bisa mengatakan itu pada Kinayu. Dia tidak heran jika orang tuanya tau asal usul Kinayu dengan mudah karena sang Papah yang memiliki banyak akses apa lagi Kinayu berkuliah di kampus milik keluarganya. Tentu saja semua akan mudah.

Sedangkan Silvi yang mendapatkan fakta baru jika suaminya menikah dari hasil jual beli tampak begitu puas, setidaknya saingannya tak terlalu berat karena tiada hati yang bermain di hubungan mereka. Bahkan Silvi saat ini tersenyum licik melihat Kinayu yang mendapat tekanan dari mertuanya.

"Mah, sudah cukup kasian dia. Bagaimana bisa hamil jika mendapatkan tekanan. Biarkan dia beristirahat, sepertinya setelah seharian tak di rumah dia tampak lelah." Dengan manis Silvi membujuk sang mertua bak protagonis yang ditindas dan memiliki kesabaran tanpa batas.

"Kamu dengar! Silvi begitu baik denganmu, awas kalo kamu berani mencari perhatian lebih pada Yudha dan membuat Silvi sakit hati! sudah cukup pengorbanannya menerimamu sebagai madunya!" sentak Mamah.

Melihat perlakuan Mamahnya yang kurang baik, Yudha segara menarik Kinayu dan meminta wanita itu berdiri di belakang tubuhnya.

"Aku suaminya, aku yang lebih berhak atas istri-istriku mah. Maaf jika kedatangan Mamah hanya untuk menekan salah satu istriku, silahkan mamah pulang. Dan tunggu kabar baiknya di rumah!" tegas Yudha kemudian membawa Kinayu masuk ke kemar.

...🍀🍀🍀...

Assalamualaikum......cover ganti ya readers 🤗🤗🤗