NovelToon NovelToon
Ninja'S Storm

Ninja'S Storm

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:162
Nilai: 5
Nama Author: After Future

Pohon Neraka Dunia terbelah, membebaskan miliaran jiwa pendosa ke dunia para ninja. Sementara itu di gunung yang berada di bawah kekuasaan Klan Naga Badai, tetua Klan Naga Badai memilih prajurit muda untuk mewarisi gulungan Dewa Badai dan Dewa Bayangan.

Inilah kisah Ren yang memulai perjalanan panjangnya menguasai peninggalan-peninggalan Dewa kuno serta pertempuran tanpa akhir melawan jiwa-jiwa yang terbebas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon After Future, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 18: Situasi Kritis Menghantui

Shin Sora kehilangan semangat juangnya, terkapar dalam darahnya sendiri. Ren, yang berdiri tak jauh darinya, terpaku. Gulungan rahasia Naga Badai yang belum ia kuasai membuat langkahnya terasa berat. Tapi ada sesuatu yang lebih besar dari itu: hatinya penuh keraguan dan rasa bersalah.

Ren tahu semua ini akan terjadi. Ia telah merencanakan langkah-langkah dengan teliti sejak lama, namun kenyataan memiliki cara unik untuk mengguncang rencana. Pertama, ia telah terhubung secara emosional dengan Yukio, membuatnya mengorbankan kartu As yang berharga demi gadis itu. Sebuah langkah yang merusak semua peluang kabur yang telah ia rancang. Dia bisa saja meninggalkan semuanya—menggunakan Dai Sai untuk melarikan diri, atau mencuri gulungan demi keuntungan pribadi. Tapi, Ren tetap bertahan. Mengapa?

Pertanyaan itu menghantui hingga penyesalan mulai menggerogoti hatinya. Hingga suara lirih Sora memecah kebisuannya.

"Ren... Ren... Bertarung atau mati... Pergilah kalau hanya ingin melihat..."

Ren mengangkat kepalanya perlahan. Pandangannya tertuju pada Sora yang terbaring di sana, tubuhnya penuh luka, wajahnya bersimbah darah. Tapi di balik semua itu, ada senyum kecil yang ia kenakan—seperti mencoba mengingatkan Ren akan sesuatu. Saat itu, bayangan masa lalu menyeruak ke dalam ingatannya.

Kilasan pertama: Ren baru tiga hari tinggal di kediaman ketua klan. Karena tidak betah, ia sering kabur dari rumah. Dan yang selalu mengejarnya adalah Sora, gadis satu tahun lebih muda darinya, yang selalu diperintahkan untuk menangkapnya.

Di satu sore yang cerah, Sora berhasil mengejarnya di padang rumput. Ren, yang merasa menang, malah tersandung shuriken berlapis petir yang dilempar Sora. Ia jatuh dengan luka terbuka di kakinya, memekik kesakitan. Tapi sebelum ia sempat marah, Sora mendekat.

“Maafkan aku, Kak Ren,” kata Sora sambil menyobek bagian bawah bajunya untuk membalut luka Ren.

Ren terkejut, “Kenapa kau merusak bajumu untukku?”

Sora menunduk malu, tapi suaranya terdengar tegas. “Karena aku yang salah. Aku hanya ingin kau kembali pulang...”

Saat itu, untuk pertama kalinya, Ren merasa ada kehangatan dalam kata-kata seseorang selain ibunya. Sora yang biasanya galak dan kasar, tiba-tiba terasa seperti keluarga.

Ren bertanya, kenapa selalu Sora yang mencarinya? Kenapa bukan yang lebih tua?

“Karena mereka akan bertindak berlebihan,” jawab Sora singkat, sambil menarik kerahnya dengan paksa.

Sora yang sering marah-marah padanya ternyata menyimpan perhatian yang tulus. Amarah Sora lebih mirip lebah tanpa sengat—keras di luar, tapi lunak di dalam.

Kenangan-kenangan itu berputar cepat di kepala Ren. Ia kembali ke masa kini.

Shin Sora, yang pernah menjadi satu-satunya keluarga baginya di masa itu, kini tergantung di rahang Dori. Darah mendidih dalam tubuh Ren, amarah bercampur rasa bersalah.

“Hentikan!” bentak Ren. Suaranya menggelegar, menggema di sekeliling.

Dori tersentak dan melepaskan gigitannya. Tubuh Sora meluncur jatuh dari ketinggian 20 meter. Tanpa berpikir panjang, Ren bergerak. Dalam kecepatan yang hanya bisa diikuti oleh mata ninja kelas atas, ia menangkap tubuh Sora.

Air mata menetes dari pipi Sora ke tanah. Tubuhnya yang lunglai berada dalam pelukan Ren. Namun sebelum semuanya gelap, Sora tersenyum kecil.

“Mengagumkan... lebih cepat dari waktu itu...” bisiknya pelan.

Saat itu, meski tubuh Sora lemah, ia merasa aman. Namun luka dan kehabisan darah membuatnya perlahan tenggelam dalam kegelapan, pingsan... atau mungkin lebih buruk.

Ren berdiri di antara puing-puing pertempuran, tubuhnya masih gemetar setelah menyelamatkan Sora. Tapi kini ia menghadapi pemandangan yang tak kalah mengintimidasi: dua sosok mengerikan berdiri di kejauhan.

Salah satunya adalah Dori, jenderal musuh yang berwujud ular raksasa dengan sisik keperakan yang memantulkan cahaya seperti pedang. Matanya menyala hijau, penuh kelicikan, dan taringnya masih berlumuran darah.

Di sebelahnya, berdiri Arashi atau Ren lebih suka memanggilnya Dosu si dosa nafsu, jenderal kedua berbentuk kepiting biru raksasa dengan cangkang mengkilap seperti baja. Kaki-kaki raksasanya menghentak tanah, menciptakan retakan-retakan yang menjalar seperti saraf. Kedua makhluk ini tampak tak tergoyahkan, berdiri gagah sebagai simbol kekuatan pasukan musuh.

Ren mengepalkan tangan, kakinya lemas setelah kucing-kucingan dengan Dori dan Dosu.

Ren mencoba menenangkan dirinya. Tapi pikirannya penuh tanda tanya. Kemana ketua klan pergi? Mengapa ia meninggalkan medan pertempuran? Bukankah ini saatnya klan bersatu? Ren tak bisa menemukan jawabannya.

Sementara itu, Dori melingkarkan tubuhnya, perlahan mendekat, seperti seorang pemburu yang menunggu saat tepat untuk menyerang. Di sisi lain, Dosu memaku pandangan pada Ren, dengan capit-capit raksasanya bergetar seolah ingin mencabik-cabik lawannya. Mereka tidak terburu-buru. Mereka tahu Ren adalah seorang ninja yang tangguh, tapi juga tahu kelemahannya: beban emosional yang menggerogoti hatinya.

Ren tahu ini bukan waktu yang tepat untuk bertarung. Kekacauan di medan pertempuran telah mengacaukan pikirannya, dan dengan Sora yang terluka parah, ia tak bisa mengambil risiko gegabah.

Ia menoleh ke tubuh lemah Sora di pelukannya, lalu mendongak ke arah dua jenderal yang seakan menantangnya untuk tetap tinggal.

“Aku butuh waktu,” pikir Ren. Ia menggertakkan gigi dan mengambil keputusan yang sulit: mundur.

"Ini belum selesai," gumamnya pada dirinya sendiri.

Dengan gerakan yang terukur, Ren menyentuh kunainya yang menancap di tanah. Saat kabut mulai menyelimuti mereka, ia memalingkan pandangan terakhirnya pada Dori dan Arashi, mengukir wajah mereka di ingatannya. Ia tahu ia akan kembali. Tapi tidak sekarang.

Dalam hitungan detik, Ren dan Sora telah tiba di rumah Yukio menggunakan jurus serupa Hiraishin No Jutsu.

Sebuah tempat yang ia yakini aman untuk sementara. Rumah itu kecil, dikelilingi taman yang sepi, kontras dengan suasana medan perang yang baru saja ia tinggalkan. Ren meletakkan Sora di kasur yang sebelumnya Ren tempati, matanya menyapu tubuh gadis itu yang penuh luka.

Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya. Di sini, ia akan menyusun rencana.

Ia harus menemukan gulungan rahasia Naga Badai, mencari tahu keberadaan ketua klan, dan memikirkan cara untuk menghadapi dua jenderal musuh yang kini menjadi ancaman besar. Tapi satu hal yang ia tahu pasti: ia akan kembali, lebih siap dari sebelumnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!