Melodi sunyi berdendang indah di keheningan malam. Detak bisu memecah kesunyian dalam langkah-langkah sepi. Dalam diam, kata-kata berseru keras dalam hati.
Jihan malam ini berniat ingin memberikan kejutan kepada suaminya karena beberapa hari tidak pulang ke rumah disebabkan ada kerjaan di luar kota.
Tapi kenyataannya, Jihan lah yang mendapatkan kejutan. Jantungnya meletup-letup, darah panas mendidih mengalir sampai ke ubun-ubun. Jihan tak mampu bersuara, hanya tetesan air mata yang mewakili perasaannya.
Tepat di depan matanya, suaminya tidur bersama seorang wanita tanpa busana dalam satu selimut sambil berpelukan.
Apa yang akan terjadi?
Ikuti terus jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Liburan
ROAAAR!
ROAAAR!
Singa jantan menyerang Farhan yang berada di balik kandang besi. Semakin Farhan berteriak, semakin ganas singa jantan menerjang kandang besi.
Singa jantan nampak kesulitan membuka jeruji besi. Singa jantan kembali mengumpulkan tenaga dengan menghabiskan daging segar yang ada di luar kandang kecil.
Kali ini singa betina yang ada di atas berhasil memasukkan tangannya ke dalam kandang besi. Farhan menunduk, beberapa helai rambutnya tertarik. Farhan mengusap kepalanya yang sakit. Farhan mendongak, singa betina terus memaksa masuk ke dalam kandang.
Farhan terkesiap, saat melihat singa jantan berhasil membuka pintu kandang. Farhan gemetar ketakutan. Farhan memohon kepada singa agar tidak memakannya. Singa jantan mengaum dan dengan cepat melompat menerkam Farhan.
DOR!
DOR!
DOR!
Tiga tembakan berhasil membuat kedua singa itu terlelap. Farhan pingsan sampai terkencing-kencing di celana. Kedua pengawal Leena masuk ke dalam kandang dan mengangkat singa yang menindih Farhan. Leher Farhan terluka karena gigitan singa.
Leena tertawa terbahak-bahak sembari mengangkat kakinya. Leena merasa puas melihat Farhan yang hampir mati dimangsa singa. Leena sebenarnya bisa saja membiarkan Farhan mati. Tapi Leena ingin membuat Farhan menderita, sengsara dan merasakan sakitnya kehidupan.
Siapa Farhan? Mengapa Leena begitu dendam? Dia adalah mantan suami Leena. Suami yang selalu saja menyiksanya. Selama setahun pernikahan mereka, Leena selalu saja mendapat KDRT tanpa alasan yang jelas.
Setelah bercerai, Leena bertemu dengan dukun sakti. Dukun itu lah yang membuat Leena berubah. Leena menjadi orang yang berani membantah dan melawan keluarganya. Dukun itu pula yang membuat Farhan bertekuk lutut kepada Leena. Leena membalas dendam dan sakit hatinya.
Setiap hari Farhan dijadikan umpan singa. Tidak sekali dua kali nyawa Farhan terancam. Farhan terluka parah tapi nyawanya selalu bisa diselamatkan. Farhan menjadi stres, trauma berat, hidupnya tidak ada artinya. Leena akan membuat Farhan mati secara perlahan dalam kesakitan dan keputusasaan.
Setelah puas melihat Farhan pingsan ketakutan, Leena masuk ke dalam rumah besar miliknya. Leena membeli rumah itu dengan menggunakan uang Farhan. Di ruang tamu sudah menunggu si dukun sakti.
"Bos, sudah lama Anda tidak kemari," sapa dukun.
Leena mengambil foto Jihan dan juga segitiga berenda milik Jihan dari dalam tasnya. Leena melemparnya ke atas meja.
"Siapa dia?" tanya dukun.
"Mantan istri Sulthan. Buat Sulthan membencinya. Jangan biarkan Sulthan kembali kepadanya."
"Beres Bos."
Dukun itu mengambil foto dan segitiga berenda Jihan. Dia masuk ke dalam ruangan yang letaknya ada di belakang rumah. Ruangan terpisah yang khusus dibuat Leena untuknya.
Dukun menaruh foto dan segitiga berenda milik Jihan di atas nampan stainless. Dukun itu membakar kemenyan di dalam buhur yang terbuat dari tanah liat.
Dukun itu komat kamit membaca mantra. Dia mengasapi kerisnya dengan aroma kemenyan. Dia kemudian memindahkan buhur itu ke atas nampan stainless. Foto Jihan dimasukkan ke dalam segitiga berenda hitam dan ditusuk beberapa kali dengan keris. Dukun itu juga menancapkan foto Sulthan di atas buhur.
...----------------...
Di sebuah pulau yang indah, dihiasi hamparan pasir putih, dikelilingi dengan pohon kelapa yang melambai-lambai tertiup hembusan angin laut. Jihan, Arsen, Alan dan Erwin menikmati liburan yang diberikan Bu Mira.
Mereka berempat dengan santainya memancing di depan villa mereka sambil menikmati lukisan alam Yang Maha Kuasa. Sungguh indah memang pemandangannya. Dari kejauhan terpampang jelas pegunungan yang menghijau.
Setelah puas memancing, mereka mengelilingi pulau dengan menggunakan kapal kecil yang sudah disiapkan untuk mereka. Mereka singgah di suatu tempat. Mereka membeli cendramata dari penduduk setempat untuk dibawa pulang.
Penduduk di sana sangat menyambut hangat kehadiran mereka. Jihan juga membeli buah-buahan yang terbilang murah dibandingkan di kota. Erwin juga membeli beberapa cemilan khas setempat untuk mereka bawa ke villa.
Mereka mendapatkan undangan makan dari Kepala Desa di sana. Kebetulan Kepala Desa melaksanakan syukuran kelahiran cucunya. Jihan, Arsen, Alan dan Erwin bergabung dengan tamu undangan lainnya. Mereka duduk sambil menikmati hidangan. Tidak lupa mereka juga memberikan amplop berisi uang sebagai hadiah syukuran untuk si kecil.
Mereka akhirnya berpamitan dengan Kepala Desa. Jihan merasa ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan. Jihan menoleh ke arah belakang, kiri, kanan. Tapi Jihan tidak melihat siapa-siapa.
Alan, Arsen dan Erwin terlebih dahulu naik ke atas kapal sambil menyusun barang-barang yang mereka beli. Sedangkan Jihan langkahnya terhenti karena ada seorang anak kecil yang berlari memberikan sekuntum bunga mawar kepadanya.
"Kaka cantik, ini untukmu," kata anak perempuan itu.
"Ih cantik banget. Makasih ya," Jihan mengusap kepala anak perempuan itu.
Jihan mencium aroma dari mawar merah itu. Sungguh wangi.
"Kaka cantik, sini bentar deh," anak itu menarik Jihan menjauh.
Jihan sebenarnya sudah menolak ajakan anak itu, tapi mimik wajahnya yang sedih membuat Jihan tidak tega. Jihan tidak sempat minta izin kepada kakaknya dan juga Arsen.
Jihan berhenti sejenak. Pandangan matanya berbayang. Jihan melihat anak perempuan itu ada dua. Jihan memukul-mukul ringan pelipis kanannya. Pandangannya memudar, Jihan hampir saja terjatuh.
Sulthan dengan cepat menangkap tubuh Jihan. Sulthan memberikan permen dan juga uang kepada anak perempuan itu.
"Terima kasih Adik manis. Akhirnya Kaka menemukan istri Kaka yang telah hilang."
Anak perempuan itu berlari kegirangan dengan membawa permen dan uang di tangan.
Sulthan mengangkat Jihan dan menaruhnya di bak belakang motor roda tiganya. Sulthan melaju dengan trikenya.
Sementara itu Arsen mencari Jihan yang tidak kunjung datang. Arsen mencoba menghubungi Jihan dengan ponselnya. Ponsel Jihan berdering dan diangkat. Tapi bukan suara Jihan melainkan suara Erwin.
"Sen, hp Jihan ketinggalan," Erwin mengangkat tinggi ponsel Jihan ke arah Arsen.
"Win, Jihan menghilang," kata Arsen.
Alan dan Erwin kembali turun ke daratan. Mereka
berpencar masuk kembali ke perkampungan mencari Jihan. Alan kembali ke rumah Kepala Desa mencari Jihan. Semua yang ada di sana tidak melihat Jihan kembali. Alan pun mencari Jihan ke tempat lain.
Sama halnya dengan Alan, Arsen dan Erwin pun tidak menemukan Jihan. Arsen tidak putus asa, dia terus menyusuri jalan. Arsen kembali ke jalan menuju kapal mereka. Tidak jauh dari sana Arsen melihat sendal jepit yang dipakai Jihan terjatuh di tanah.
Arsen menghubungi Alan dan Erwin untuk menyuruh mereka kembali ke kapal. Arsen menunjukkan sendal Jihan kepada mereka.
"Ini sendal Jihan. Pasti terjadi sesuatu," Alan panik.
"Di sini ada jejak roda tiga Kak," Erwin berjongkok sambil memegang tanah.
"Gak mungkin bemo, becak atau bajaj kan?" tanya Arsen.
Alan melihat beberapa anak muda duduk di pos ronda. Alan menghampiri mereka.
"Permisi Dek,"
"Iya Kak," jawab mereka.
"Apa kalian tadi melihat orang membawa gadis menggunakan motor roda tiga?" tanya Alan.
"Ada. Saya liat laki-laki menggendong gadis yang pingsan. Dia bilang mau membawanya ke puskesmas," jawab salah seorang dari mereka.
"Apa kalian kenal orang itu?" tanya Alan lagi.
"Dia sama seperti Kaka, pengunjung," jawabnya.
"Apa di sini ada penginapan?"
"Gak ada. Cuman ada villa di sana saja."
Alan mengucapkan terima kasih dan permisi kepada mereka. Alan mengaktifkan alat pelacak yang dia taruh di jam tangan Jihan.
"Kembali ke villa."
Alan naik ke dalam kapal, disusul Erwin dan Arsen.
🌑 Masih di wilayah yang sama Villa yang berbeda.
Di sebuah kamar, Jihan terbaring. Sulthan berada di atas Jihan dan membisikkan sesuatu.
"Aku tidak akan pernah melepaskanmu."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...