ISTRI KEDUA DOSENKU

ISTRI KEDUA DOSENKU

Bab 01

"Bagaimana Kinayu, sudah tiga semester kamu nunggak membayar kuliah. Bapak sudah tidak bisa membantu banyak. Jika saya membiarkan terus seperti ini, yang lain akan iri sama kamu."

"Lalu saya harus bagaimana Pak? Orang tua saya benar-benar tidak ada uang, kami sedang mengalami kesulitan ekonomi. Apa tidak bisa di beri waktu satu bulan lagi Pak, saya akan mencari pekerjaan kerja untuk membayarnya." Dengan tatapan sendu Kinayu memohon agar tetap di ijinkan untuk berkuliah seperti biasa.

"Tidak bisa Kinayu, untuk sementara kamu kami liburkan dulu sampai kamu bisa kembali membayar. Maaf sekali jika saya harus memberimu keputusan ini. Karena saya pun sudah di tanyakan oleh pihak keuangan kampus. Dan sudah tak bisa lagi menutupi semuanya."

Kinayu menarik nafas dalam, dia beranjak dari kursinya setelah pihak kampus memintanya untuk pulang. Raut kesedihan tercetak nyata, ia hanya bisa pasrah seandainya cita-citanya meraih sukses harus terhenti sejenak.

Gadis cantik asal Jawa dengan nama lengkap Kinayu Primaningtyas adalah anak pertama dari dua bersaudara. Putri dari Bapak Prima dan Ibu Tyas. Seorang pengusaha furniture yang merintis dari nol hingga di kenal di pasaran dan mampu menembus pasaran internasional.

Tapi siapa sangka, karena kecerobohan Pak Prima bekerja sama dengan sahabatnya yang baru bertemu kembali setelah bertahun-tahun tidak ada kabar. Ternyata berujung kebangkrutan. Pak Prima merugi hingga berhutang kasana kemari untuk menutupi kerugian karena modal yang ia titipkan di bawa kabur hingga barang-barangnya habis tak tersisa.

Kinayu berjalan menuju parkiran untuk mengambil motor dan berniat segera pulang. Saat ini ia ingin segera masuk kamar dan menangis sejadi-jadinya. Dia perempuan yang ceria dan banyak di senangi teman karena masuk ke dalam deretan mahasiswi berprestasi. Tak banyak gaya, ramah dan tak pelit ilmu.

Belum sampai di parkiran, kedua sahabatnya berlari mengejar dan menghentikan langkah kakinya.

"Ada apa?" Kinayu menatap kedua sahabatnya, Arum dan Novi yang kini sedang mengatur nafas karena sejak tadi mereka lelah mencari Kinayu yang tiba-tiba menghilangkan.

"Mau kemana?" tanya Arum yang sudah mampu menguasai diri.

"Pulang."

"Loh kok pulang?" tanyanya lagi.

"Iya Kin, habis ini kita ada dosen baru yang katanya super tampan dan masih muda. Ya walaupun sudah beristri, tapi nggak apa-apa lah lumayan buat cuci mata," sambung Novi.

"Aku tuh udah di suruh pulang, masak iya mau masuk kelas cuma pengen liat itu dosen baru. Nggak lah...."

"Siapa yang nyuruh pulang?" tanya keduanya kompak.

"Aku udah nunggak 3 semester, Pak Wahyu udah nggak bisa bantu aku lagi. Udah kalian masuk kelas sana. Aku mau balik, mau tidur, capek, pusing!"

"Tapi Kin...."

"Udah kalian nggak usah mikirin aku, berdoa aja ada Dewi Fortuna yang singgah di bumi dan membantu semua kesulitan yang keluarga ku hadapi. Ya udah ya aku pulang!"

Tanpa mendengarkan seruan kedua sahabatnya Kinayu memutuskan untuk segera mengambil motornya, motor kesayangan pemberian dari Bapak saat dia berulang tahun ke 17, yang tak akan ia jual sesusah apapun hidupnya.

"Kinayu!" seruan dari orang yang sangat familiar di hidupnya. Dua tahun berpacaran hingga kini mereka saling mencintai walaupun di tengah kesibukan masing-masing yang tidak bisa membuat mereka selalu berduaan seperti pasangan muda mudi lainnya.

"Satria," sapa Kinayu dengan senyum yang ia paksakan. Sedih saat ingat ia semakin sulit untuk bertemu karena harus break kuliah.

"Kamu mau kemana?"

"Pulang."

"Loh...kenapa? aku baru sampe masak kamu pulang. Sakit?" Satria menempelkan punggung tangannya di kening Kinayu.

"Aku nggak sakit," Kinayu meraih tangan Satria kemudian tersenyum manis padanya. "Aku emang harus pulang, Pak Wahyu udah minta aku buat cuti dulu sampe semua tunggakan aku ke bayar."

"Sayang, apa nggak bisa di pertahankan lagi? ayo kita cari sama-sama, kita cari kerja paruh waktu. Yang penting biaya kuliah kamu terbayar."

"Aku nggak mau ngerepotin kamu, lagian udah nggak di kasih waktu lagi dari pihak kampus. Nggak apa-apa, jangan khawatirkan aku. Aku bisa tetap belajar walaupun nggak masuk kuliah."

Satria menarik nafas dalam, kemudian ia mengecup kening Kinayu dengan sayang. "Maaf aku nggak bisa banyak bantu kamu, aku di sini merantau. Dan kiriman dari ayah aku hanya cukup untuk biaya kuliah, kos dan biaya hidup aku sehari-hari."

"Iya aku ngerti, kamu nggak usah merasa bersalah begini. Ya sudah sana masuk, aku mau pulang dulu ya. Bye...."

Kinayu naik ke motornya kemudian segera meninggalkan kampus tercinta. Air mata yang sejak tadi ia tahan sudah tak terbendung lagi. Hingga sampai dirumah matanya sembab dengan hidung memerah.

"Assalamualaikum Bu...."

"Wa'allaikumsalam, loh kok sudah pulang nduk?"

"Iya Bu, Kinayu di suruh pulang sama pihak kampus," Kinayu duduk di kursi meja makan, mengambil tempe goreng yang tersedia di atas meja dan memakannya.

"Maafkan Bapak ya nak, karna bapak kamu harus putus kuliah."

"Nggak apa-apa Bu, Kinayu masih bisa lanjutin kalo sudah terbayar lunas. Besok Kinayu akan cari kerja. Bapak mana Bu?"

"Bapak pergi mencari pinjaman uang, rumah kita juga terpaksa di jual. Pabrik dan kantor sudah di sita, sekarang bapakmu sedang di kejar-kejar oleh pihak konsumen yang sudah memberikan uang banyak tapi gagal di kerjakan. Jika tidak segera mendapatkannya bapak akan di tuntut."

Kinayu mengalihkan pandangannya saat melihat air mata ibu menetes. Ia tidak tega melihat ibunya bersedih. Sudah lama mereka bertahan dengan menggali lubang tutup lubang tapi bukannya hutang mengecil malah justru semakin lebar dan banyak dimana-mana.

"Sekolah Bagus bagaimana Bu?"

"Bagus terpaksa putus sekolah, mungkin bisa lanjut tapi di kampung. Dan itu juga mencari gratisan nak."

Bagus, adik dari Kinayu yang duduk di bangku SMA kelas XII. Sebentar lagi akan ujian tapi harus putus sekolah. Sesak dada Kinayu membayangkan wajah kekecewaan sang adik.

"Lalu kita pindah ke kampung semua?"

"Tergantung bapak, jika bapak dapat pinjaman kita akan pulang kampung. Tapi jika tidak, bantu ibu untuk menebus bapakmu nanti jika menjadi tahanan ya."

Luruh sudah air mata Kinayu, tak terbayang semua akan hancur bersamaan. Mau mencari kemana uang ratusan juta dalam waktu sehari, bahkan di beri waktu setahun pun belum tentu akan mendapatkannya dengan mudah. Kecuali jika ada orang yang berbaik hati memberi karna sudah kebanyakan uang.

Hingga malam menjelang Bapak belum juga pulang, Kinayu, Bagus dan juga Ibu menunggu dengan perasaan cemas. Tepat pukul 10 malam bapak pulang dengan pespa butut kesayangannya, hasil dari buka kotak saat pengantin baru dengan ibu.

"Assalamualaikum...."

"Wa'allaikumsalam...." seru mereka berbarengan.

"Minum dulu Pak," mendengar suara motor bapak Kinayu segera mengambilkan segelas air putih.

"Makasih nak."

"Pak, mau makan?" tanya Ibu, di lihat dari raut wajah bapak, sudah dapat di duga jika Bapak tak mendapat pinjaman.

" Bapak sudah kenyang Bu, tadi bapak di ajak makan oleh orang yang baik hati."

"Siapa Pak?" tanya ibu penasaran.

"Orang yang akan membantu kita."

"Alhamdulillah....." Ibu, Kinayu dan Bagus, bernafas lega. Kemungkinan bapak akan selamat dari hutang dan tagihan di depan mata.

"Tapi....." ucapan bapak terputus, raut sedih semakin terlihat. Membuat ketiganya tegang menunggu ucapan bapak selanjutnya.

"Bapak terpaksa menjual Kinayu untuk membayar semua hutang dan ganti rugi yang harus di bayarkan besok."

jeguer

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

keren

2024-11-24

0

Yati Denis

Yati Denis

bagus

2024-11-19

0

Anonymous

Anonymous

keren

2024-11-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!