“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan, empat tahun kemudian, di sebuah klub malam Kota Froz, ia di pertemuan dengan seorang wartawan yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi empat tahun yang lalu, dan wartawan itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Dengan kamu pergi begitu saja apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Di Negara Rush
“Lee, yang akan datang, aku sibuk!" Abraham langsung beranjak pergi setelah mengatakan ini, tidak lagi ingin bicara apalagi bernegosiasi.
Nyonya Liam menghela nafas, “Pa, apa tidak sebaiknya kita percepat rencana pertunangan Abraham dan Jessika,” kata wanita yang ngebet ingin memiliki cucu ini. Banyak ketakutan dihatinya, selain Abraham yang belum memberikan cucu Ameera pun belum kunjung menikah semakin memperbesar kekhawatiran wanita ini, ditambah olok-olokan dari Keluarga besar Liam yang selalu mempermalukannya.
“Kau atur saja, aku sibuk untuk mengurusi masalah itu. Yang harus dipastikan, Abraham datang di acara Mr Jose, jangan ada perwakilan lagi karena ini salah satu bentuk mempererat hubungan bisnis kami."
“Mama akan coba membujuknya.”
“Jangan cuma membujuk, kamu harus bisa meyakinkan Abraham hadir. Aku tidak mau tau, Abraham harus datang menggantikan ku di sana, jangan sampai dia mengacaukan kerja samaku dan Mr Jose, seperti yang sudah-sudah,” Tuan Liam tidak terlalu peduli dengan urusan cucu, dia juga tidak peduli Abraham mau menikah dengan siapapun. Bisnis yang paling utama baginya, yang lain nomor sekian.
"Iya pa."
Abraham pergi ke kamar Nenek Rossela, jika bukan karena wanita tua ini Abraham tidak akan pernah datang ke kediaman Liam.
“Ada apa? Lee mengatakan, kamu semakin bergantung pada minuman keras itu sedangkan kesehatanmu semakin buruk, beban apa yang kamu pikirkan, Ab?” Nenek Rossela yang kini hanya bisa beraktivitas dibantu kursi roda, bertanya kala melihat cucu kesayangan yang begitu rapuh, tidak ada sedikitpun semangat hidup di wajah tampan itu, yang ada hanya awan hitam membuatnya tampak menyedihkan dimata, Nenek Rossela.
“Lee, mengadu padamu?” Abraham mendekat lalu memeluk wanita yang sudah sangat keriput itu.
“Dia mengkhawatirkan mu begitu juga Nenek. Abraham, sudah lima tahun berlalu. Aku tidak akan pernah memintamu untuk melupakannya aku hanya memintamu untuk kembali hidup seperti dulu. Jangan membuat wanita yang sebentar lagi mati ini sedih.”
Abraham menguraikan pelukannya, “Apa yang kamu bicarakan, Nenek akan berumur panjang.”
Nenek Rosella mengusap rambut Abraham, “Hiduplah dengan baik,” katanya dengan suara lirih.
Abraham meletakkan kepalanya di pangkuan Nenek Rossela, “Apa selama ini aku tidak hidup dengan baik?”
“Cucuku selalu menjalin hidupnya dengan sangat baik, aku berharap selalu seperti ini."
Abraham memejamkan matanya, “Nek, aku ingin tidur sebentar.”
“Ya, tidurlah Nak." Nenek Rossela kembali mengusap lembut rambut cucu kesayangan.
Tidak ada yang tau apa yang dirasakan lelaki itu selama 5 tahun ini, tapi Nenek Rossela bisa merasakannya, merasakan kesedihan yang dalam pada diri lelaki angkuh dan keras itu.
****
Di belahan bumi yang berbeda, tepatnya di Negara Rush. Butiran salju mengiringi aktifitas malam yang masih dilakukan sebagian penduduk Negara kecil yang nyaris tertinggal itu. Hawa dingin pun menyeruak sampai ke tulang. Demi pekerjaan, cuaca seperti apapun tidak akan membuat mereka bermalas-malasan.
Di Kota Froz, yang merupakan Ibukota Negara Rush berdiri seonggok gedung usang yang dijadikan Kantor berita. Disana, seorang Wartawan wanita tengah sibuk mengulik berita yang tengah hangat diperbincangkan akhir-akhir ini, terlihat mantel tebal nyaris menutupi semua badan kecilnya, melindungi dari tiupan hawa dingin.
Dengan fokus wanita itu mengumpulkan segala informasi yang didapat dari berbagai sumber, mencocokkan segala info memastikan jika itu benar-benar fakta. Ini adalah rutinitas keseharian wanita itu, mencari dan mengumpulkan segala berita di Negara Rush. Matanya menyipit dan keningnya tiba-tiba berkerut saat ia melihat satu foto yang tidak asing di matanya.
Dreeeet……
Wanita ini terlonjak kaget dan fokusnya langsung teralihkan saat getaran ponsel dari saku mantelnya menyapa, tak lama ia mengulas senyum saat melihat kontak nama si penelpon, “Halo!”
(“Bibi, apa kamu tidak bisa pulang cepat? Anakmu ini sangat menyebalkan, ini sudah jam delapan malam tapi dia tidak mau mandi,") suara kesal dari seorang anak remaja perempuan membuat wanita itu kembali mengulas senyum.
“Baiklah, apa lagi yang membuatmu kesal selain dia tidak mau mandi?”
("Mama, aku hanya membalas pesan dari lelaki yang coba mengodanya, tapi dia sudah sekesal ini! Bukankah dia yang sesungguhnya menyebalkan!" ini suara bocah laki-laki yang mengambil alih, "Tetap saja kamu yang lebih menyebalkan!" "Aku hanya melindungimu dari godaan lelaki itu!" "Aku jelas lebih tua dari kamu, kamu mandi saja masih dibantu bagaimana bisa melindungiku!")
Wanita ini tertawa kecil, rasa lelah setelah seharian bekerja memudar kala mendengar keributan kecil dari anak remaja dan bocah kecil laki-laki di sebrang sana, "Ok! Cukup, tidak boleh ada perdebatan lagi mama akan segera pulang."
("Horeeee....mama pulang, apa aku perlu menjemputmu?")
"Tidak perlu sayang, tunggu saja mama dirumah."
("Ok, berhati-hatilah di jalan, jika ada yang mengganggumu jangan ragu untuk mengadu padaku!")
("Ok!")
Setelah mengakhiri panggilan yang bisa mengobati rasa lelah di badannya, wanita ini mengemasi barang-barang.
"Ale, kamu mau pulang!" panggil lelaki bermata sipit dan badan tinggi.
Ale.....Alea....Ya, ini satu orang yang sama, wanita itu adalah Alea Kim, yang 5 tahun lalu dikabarkan mati dan hilang. Disaat semua orang menganggapnya benar-benar musnah dari muka bumi, wanita ini justru tengah menjalani hidup yang cukup baik di Negara Rush, tidak ada satu orang pun yang tau jika Alea bersemayam di Negara kecil itu.
"Iya, ini sudah malam aku harus segera pulang," sahut Alea, yang masih mengemasi barang-barangnya.
"Aku akan mengantarmu pulang."
"Tidak perlu Juno, aku...."
"Aku akan tetap mengantarmu pulang, ini sudah malam di luar sedang turun salju, tidak aman jika harus pulang sendirian."
Ale berpikir sejenak, mengingat akhir-akhir ini sering terjadi tindak kriminal khusunya dimalam hari, ia jadi ragu jika harus pulang seorang diri, hingga, "Baiklah!" ia menyetujui tawaran baik dari lelaki yang bernama Juno, rekan kerjanya selama 2 tahun ini.
***
"Ale!" panggil Juno, yang tengah mengemudi.
"Iya!"
"Sebaiknya kamu tolak permintaan Pak Ricard, untuk mengumpulkan informasi mengenai desas-desus istri, Mr Jack."
"Kenapa?"
"Aku khawatir padamu, orang-orang di balik Nyonya Saroon, bukan orang sembarangan. Minggu depan, aku di tugaskan ke Negara besar Pions, aku cemas karena tidak bisa menemanimu."
"Kamu terlalu berlebihan. Aku baik-baik saja aku juga tau apa yang harus aku lakukan, kamu tidak perlu khawatir." Sahut Alea dengan senyum yang meyakinkan. Tapi tiba-tiba wajahnya suram saat mendengar lalu mengingat Negara Pions. Itu tempatnya berasal, 5 tahun yang lalu dia pergi dari sana melupakan dan meninggalkan semua yang ada di Negara itu. Tapi hanya karena Juno menyebut Negara itu, Alea jadi kembali mengingat semuanya. Mengingat apa yang telah ia lalui dan mengingat kejadian 5 tahun yang lalu hingga ia sampai pergi dan menetap di Negara Rush. Tidak ada yang baik semua kenangan di sana sangat buruk! Melupakan adalah yang terbaik.
Makasih sudah up banyak2 thor 🥰
Di tunggu kelanjutannya 💃💃