Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang perempuan setelah berpisah dari orang yang dicintainya. Namun, takdir berkata lain karena ada kisah lain yang muncul setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 12
Hazel baru saja tiba di rumah. Moodnya sedang tidak baik. Kejadian hari ini di sekolah membuatnya sangat kesal.
Entah sejak kapan dia mulai merasa kesal, entah karena perkataan Angga, entah karena Angga yang membela Senja dan baik pada Senja, atau dia kesal pada dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa saat Senja diintimidasi dan dibully oleh teman-temannya.
"Angga. Angga. Angga. Gue harus caritahu soal anak itu. Dia kenal sama gue dan dia berani nantang gue kayak gitu " Gumamnya sembari mengambil ponsel dan mengirim pesan pada seseorang.
Tidak sampai 10 menit, Hazel sudah mendapat balasan dan informasi yang dia butuhkan tentang Angga.
"Angga Luther Arkana." Hazel membaca nama lengkap Angga dan info detail lain terkait kehidupan Angga.
"Jadi dia anak dari Pratama Arkana. Konsultan nomor 1 di negara ini. Pantas aja dia berani menantangku. Tapi, apa sebenarnya hubungannya dengan Senja? Mengapa dia rela melakukan apapun untuk Senja?" Hazel penasaran.
"Shiittt. Kenapa aku seperti ini? Kenapa aku terus memikirkan Senja? Kenapa aku sangat merasa bersalah karena tidak bisa menahan teman-temanku? Kenapa hatiku sakit saat melihat dia menangis dan dipermalukan? " Lagi-lagi Hazel bergumam sendiri di dalam kamar.
"Benar juga. Aku harus memastikan ini semua. Agar aku tidak lagi gelisah dan uring-uringan seperti ini. Aku juga harus ikut kegiatan itu." Sekali lagi Hazel bergumam sendiri.
.
.
"Teman-teman, ada beberapa penyampaian yang harus saya sampaikan. Jadi untuk semua yang sudah mendaftar untuk mengikuti kegiatan Malam Keakraban agar sepulang sekolah nanti segera berkumpul di aula besar untuk penyampaian resmi." Ketua Kelas memberi pengumuman.
Begitu sekolah usai, semua murid segera bergegas untuk menuju ke aula besar.
"Bye Hazel. Kita ke aula dulu ya." Ujar Dimas.
"Gue ikut." Ucap Hazel.
Virgin, Dimas dan Boby secara serempak melihat ke arah Hazel.
"Yeeeaaaaayyy." Ketiganya bersorak bahagia.
Keempatnya kemudian melangkahkan kaki ke aula besar. Senja tentu saja sudah ada di sana. Diapun terkejut ketika melihat Hazel juga bergabung.
.
.
Malam ini Senja sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang akan dia butuhkan selama kegiatan di sana.
"Apalagi ya? Baju, celana, jaket, dalaman, keperluan mandi, tumbler, sepatu, sendal, camilan, senter, tali," Senja memastikan barang-barang yang dibawanya sudah sesuai daftar yang diberikan.
Setelah semua barang diyakini sudah sesuai, akhirnya Senja beristirahat karena esok paginya mereka harus berangkat.
"Semoga aja semua berjalan dengan baik." Senja berharap.
.
.
"Kamu beneran mau ikut kegiatan ini Zel?" Tanya Mama Elena memastikan.
"Iya Ma. Dari sekolah katanya wajib."
"Kamu ngga harus ikut kok kalo kamu ngga mau. Mama bisa bicara dengan Kepala Sekolah."
"Ngga Ma. Hazel mau ikut." Ucap Hazel mantap.
"Ya sudah. Semua yang kamu butuhkan akan Mama siapkan. Kamu istirahatlah. Mama akan antar kamu esok."
"Iya Ma. Oh ya Ma. Terkait permintaan Hazel soal guru les. Mama sesuaikan saja dengan yang Mama mau."
"Loh... Kok, " Elena heran.
"Iya Ma. Hazel yakin mama udah dengar kejadian kemarin di sekolah. Hazel rasa udah ngga mau lagi berurusan dengan anak seperti dia."
"Ya. Mama sudah dengar kok. Mama belum tahu kebenarannya seperti apa. Sekalian esok juga mama mau cek CCTV. Karena kata Kepala Sekolah, semua karena anak itu." Elena jujur.
"Ya sudah. Kalau gitu, Hazel pamit ke kamar ya Ma. Good night." Ucap Hazel sembari mencium pipi Mamanya.
"night darling."
"Ada apa ya dengan anak itu? Semoga saja dia bisa menikmati kegiatan itu dengan baik." Mama Elena berharap.
.
.
Setelah berpamitan dengan kedua orangtuanya, Senja kemudian pergi menuju ke sekolahnya. Menggunakan kaos oblong berwarna hitam, celana jeans baggy dan sneakers berwarna putih, sambil menenteng ransel kecilnya, Senja terlihat lebih cantik dan menawan.
"Hei." Sapa Angga ketika mereka bertemu di jalan.
"Halo kak. Selamat pagi." Jawab Senja dengan senyuman manisnya.
"Ayo bareng." Ajak Angga.
Senja ingin menolak, namun dia merasa tidak enak.
"Makasih kak." Senja segera masuk ke dalam mobil Angga dan mereka segera ke sekolah.
"Senja, mana ponsel kamu?" Tanya Angga.
"Ini kak." Senja menunjukan ponselnya.
Dengan segera Angga mengambil ponsel Senja dan menulis nomor ponselnya.
"Buat jaga-jaga di sana kalo ada yang jahilin kamu. Jangan sungkan buat telepon aku." Angga mengingatkan.
"Siap kak." Senja tersenyum senang. Setidaknya ada Angga yang akan menjaganya selama di sana.
Sesampainya di sekolah, Hazel melihat Senja dan Angga turun dari mobil yang sama. Seketika kekesalannya kembali memuncak. Entah apa yang telah dia rencanakan, namun dia sangat kesal melihat mereka bersama.
Tanpa dia sadari, Elena memperhatikannya dan kemudian mulai mengerti mengapa anaknya terlihat aneh.
Semua murid sekolah sudah berkumpul dan bus-bus besar juga sudah bersiap mengantar mereka menuju ke tempat kegiatan yang berada cukup jauh dari kota. Total seluruh siswa yang ikut berjumlah 145 orang dari kelas 1 sampai kelas 3. Ditambah 25 orang guru.
Setelah briefing, mereka kemudian menaiki bus yang ada sesuai kelas masing-masing.
Senja melangkah masuk ke dalam bus. Perasaannya sudah mulai tidak enak. Dia berharap dia bisa berada satu bus dengan Angga.
Di dalam bus, terlihat masing-masing murid sudah duduk dengan teman yang mereka mau. Senja memilih untuk duduk sendiri di kursi bagian belakang. Dia sadar bahwa tidak ada seorangpun yang mau duduk dengannya.
"Eh guys, maaf ya. Gue ngga bisa duduk dengan siapapun. Gue harus tidur soalnya." Boby memberi pengumuman dan memilih satu deret kursi untuk dia pakai tidur.
Virgin sudah menunggu Hazel dan mempersiapkan tempat untuk Hazel. Sedangkan Hazel masih berbicara dengan Kepala Sekolah dan juga mama Elena di luar. Dimas juga masih pergi ke kamar mandi dan baru kembali. Keduanya adalah orang terakhir yang menaiki bus.
"Eh Virgin, gue sama lo ya?" Ucap Dimas yang langsung duduk di samping Virgin.
"Eh. Ngga ngga ngga." Virgin berusaha menolak.
"Apaan sih lo Dim." Virgin kesal.
"Ooooh. Lo pengen duduk sama Hazel ya? Zel. Zel. Duduk sini aja." Panggil Dimas.
"Udahlah Dim. Gue di belakang aja." Hazel menolak.
Mendengar itu, Virgin semakin kesal.
Hazel terus berjalan ke arah belakang dan di sana didapati satu kursi kosong yang tertinggal adalah kursi di sebelah Senja. Tanpa berkata apapun, dia segera duduk di samping Senja.
Melihat itu, Senja memalingkan muka ke arah jendela. Dia kesal. Untung saja tidak ada lagi bangku kosong. Kalau saja ada, dia pasti sudah pindah. Dia terpaksa tetap duduk.
Anak-anak murid lain yang melihat hal itu hanya bisa berbisik satu sama lain. Termasuk Virgin yang sangat kesal. Keinginannya untuk duduk berdua dengan Hazel, buyar sudah.
"Mari kita berangkat." Ucap Pak Sopir yang segera menutup pintu bus.
Bus mulai melaju dan terdengar beberapa murid sambil bernyanyi dan bergurau di dalamnya. Perjalanan menuju ke tempat kegiatan sekitar 4 jam lamanya.
Sudah hampir 1 jam perjalanan. Senja dan Hazel sama sekali belum berbicara sepatah katapun. Senja memilih untuk memakai headset dan menyenderkan kepalanya ke jendela kemudian menutup matanya. Dia berusaha untuk tidur.
Demikian juga Hazel yang memilih untuk menutup matanya agar bisa tertidur. Tanpa dia sadari, jantungnya berdegup tidak karuan. Entah sejak kapan, namun sampai saat ini dia masih merasakan itu.
Beberapa saat perjalanan, Senja dan Hazel sama-sama tertidur. Hazel tersadar lebih dulu karena dia merasa ada yang menindih pundaknya.
Suasana di dalam bus juga hening. Sepertinya semua memilih untuk tidur.
Benar saja. Begitu dia membuka mata, dia melihat bahwa Senja sudah sangat terlelap di bahunya dengan nyaman. Hazel seketika mematung. Dia bingung apa yang harus dia lakukan.
Akhirnya dia memilih untuk membiarkan Senja bersandar di bahunya dengan lelap. Siluet cahaya matahari dari luar menambah kecantikan Senja yang sedang tidur.
"Sangat cantik sekali." Ucap Hazel dalam hati sambil melihat wajah Senja yang memang sangat cantik.
Dia terbuai dan entah mengapa, dia sangat menyukai pemandangan yang saat ini dilihatnya.
.
.
BERSAMBUNG...
Semangat berkarya yaa... 💕
dikasih space kak