Niat hati, merantau ke luar negeri untuk merubah nasib. Namun karena suatu kejadian, dua pemuda polos nan lugu itu malah terlibat dalam kehidupan asmara enam janda muda. Mampukah mereka lepas dari jeratan janda yang penuh pesona? Atau mereka terjerumus dalam larutnya dunia para janda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empat Janda Bergosip
Masih di hari yang sama tapi di tempat yang berbeda, tepatnya di sebuah bangunan mewah, nampak beberapa laki laki dan wanita sedang menikmati suasana pesta di tepi kolam renang yang cukup luas. Beberapa orang bahkan berada di kolam renang sambil bercanda dan tertawa penuh riang. Hentakan irama musik, semakin menambah meriah suasana. Para wanita dan juga pria nampak larut dalam suasana yang cukup meriah.
Pesta itu didominasi oleh para pria dan wanita muda sekitar usia dua puluh tahun ke atas. Pakaian yang mereka gunakan juga mampu membuat siapapun merasa gerah jika sedang dilanda hasrat yang tinggi. Semua yang hadir dalam pesta itu, wajib memakai baju pantai, dan nampaknya peraturan itu mendapat sambutan hangat bagi para tamu undangan.
Disalah satu sudut ruangan, tak jauh dari kolam renang, terihat empat wanita berstatus janda juga sedang menikmati pesta pakaian pantai tersebut. Ke empat wanita yang akrab dipanggil A mey, A shang, A ling dan A zia nampak semakin cantik dengan pakaian pantai yang hanya menutupi sebagian dua benda penting pada tubuh mereka.
"Ini yang ultah mana? Kok nggak turun turun?" tanya A zia setelah menyesap sedikit minuman berwarna merah dari gelas yang dia pegang.
"Lagi sibuk enak enak mungkin, Tahu sendiri, Martin kan pemain," balas A ling.
"Hahaha ... sok tahu," cibir A zia.
"Ya kan bisa aja, dia ngamar dulu sebelum mulai acaranya," balas A ling menguatkan pendapatnya.
"Mungkin apa yang dikatakan A ling ada benarnya. Tadi aja Martin ngajakin aku," A mey ikut bersuaara.
"Serius, Mey?" tanya A zia dengan wajah terkejutnya, dan A mey mengangguk. "Terus kamu tolak?" A mey mengangguk lagi. Bodoh! Kenapa kamu nolak?"
"Males amat, kamu mau, setelah kamu dipakai Martin terus kamu dibuang gitu saja, bahkan nggak di anggap pernah kenal? Aku sih ogah," jawab A zia.
"Benar, mending kamu tolak, barangnya Martin kecil," hahaha ..." A shang menimpali.
"Yang benar, Shang? Tahu dari mana kamu?"
"Yaelah, kalian kenal dengan Lucia, kan? Dia yang cerita sendiri. Martin memang tampan, kaya raya, badannya bagus. Tapi sayang barangnya kecil. Selama pacaran dengan Lucia, wanita itu tidak pernah puas dengan Martin. Makanya, setiap selesai dengan Martin, Lucia manggil cowok cadangannya, agar bisa dipuasin."
"Hahaha ... parah! Tapi memang di negara kita, standar milik pria memang kecil keciln loh. Nggak kayak orang Eropa atau amerika."
"Hahaha ... bisa aja kamu, Mey. Tapi emang bener sih, punya mantan suamiku aku juga dulu kecil sekitar tiga belas atau enmpat belas centimeter gitu."
"Hahaha ... sama, Ling. Punya mantanku juga segitu," A zia menimpali dan ke empat wanita itu serentak terbahak dengan keras hingga menjadi perhatian para tamu yang ada disana. Tapi ke empat wanita itu cuek saja dan mereka kembali melanjutkan obrolan mereka.
"Eh kira kira punya Tito dan Yoyo gede nggak yah?" ucap A shang tiba tiba.
"Ah iya, benar, punya mereka gede nggak ya?" A mey menimpali.
"Kayaknya punya mereka gede deh? Lihat saja saat mereka memakai celana, tonjolannya jelas banget, kan?" ucap Azia.
"Mana mungkin?" bantah A ling. "Mereka kan orang asia tenggara, paling juga ukurannya sama saja dengan laki laki negara kita."
"Belum tentu," A shang pun kembali bersuara. "Kata temenku yang punya pekerja cowok Indonesia di restorannya, punya cowok itu gede. Lebih gede daripada milik suaminya."
"Temen kamu? Siapa?" tanya A mey
"Shinzei, tahu, kan?" jawab A shang.
"Ah iya, tahu, terus?"
"Nah gara gara karyawan cowok yang dari indonesia memmilki senjata yang gede, dia rela selingkuh tuh, dan menjadikan karyawanya selingkuhahnnya. Gila nggak?"
"Busyet! Ketahuan nggak?"
"Sampai saat ini sih belum. Lagian suaminya juga sepertinya doyan ganti ganti cewek. Jadi kayaknya bakalan adem adem aja tuh."
"Hahaah ... benar benar gila!"
"Terus kalian sendiri gimana? Apa nggak kangen disentuh pria?" pertanyaan A ling sontak menghentikan tawa mereka.
"Ya kangen, Ling, apa lagi aku hampir satu tahun nggak disentuh. Nyiksa banget," balas A mey.
"Sama, aku juga. Bosen main sama alat bantu terus," sambung A Zia.
"Kita satu nasib. Apa lagi kita nggak punya laki laki yang membuat hati kita takjub," A shang menimpali.
"Ada, siapa bilang kita nggak ada pria yang membuat kita takjub," balas A ling dengan senyum penuh arti hingga tiga wanita yang lain penasaran.
"Siapa?"
"Tito dan Yoyo, bukankah mereka berdua menakjubkan!"
Ke empat wanita itu saling pandang, dan tak lama setelahnya senyum mereka pun terkembang.
...@@@@@...
semangat