Pernahkah kalian melihat Mertua dan Menantu bersitegang??
Itu hal biasa, Banyaknya Mertua yang hanya bisa menindas menantu dan tidak Suka kepada menantunya, berbeda dengan mertua dari Almira, Rahayu dan Sintia. Dan Rafa
Mertua yang memperlakukan anak menantunya seperti anak sendiri bahkan sangat menyayangi ketiganya. Mertua yang sangat jarang ditemui karena sangat langkah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Sintia menatap Haru pemandangan di hadapannya, dia beruntung mendapatkan suami seperti Sultan dan memiliki mertua yang sangat baik dan ipar yang menyayanginya, walau dia tidak pernah dapat kasih sayang dari orangtua tapi dia mendapatkannya setelah menikah.
"Maaf bu, pak, kita akan segera dioperasi, mari ikut kami segera ". Ucap Suster datang membawa dua kursi roda untuk orangtua Sintia.
Sultan bergegas menggendong sang ayah mertua turun dari ranjang menuju kursi roda setelah mengambil selang inpusnya begitupun dnegan ibu mertuanya.
"Kami yang akan mendorong mereka keruang operasi suster, suster bisa menunjukkan jalannya". Ucap Sultan tersenyum begitupun dnegan Sintia.
"Ayo ayah, ibu, kita antar nenek untuk periksa". Girang Fatur membantu mendorong kursi roda sang nenek.
Dewi hanya bisa menangis Haru, dan bersalah karena anak-anak dan cucu yang mereka sia-sia kan dan tidak mereka anggap selama ini malah menolong dan memperlakukan mereka dengan sangat baik.
"Jangan pikirkan apapun, kami akan menunggu kalian disini, jangan khawatir setelahnya". Ucap Sintia mendorong pelan kursi roda orangtuanya.
"Istriku benar, jangan terlalu banyak berpikir, kami akan menerima kalian setelah ini, jangan sampai kalian merasa terbebani dengan apapun, fokus kesehatan, kami yang akan menanggung biayanya".
Akhirnya mereka sampai diruang operasi yang bersebelahan, setelah kedua orangtua mereka masuk, Sintia kembali ke kamar kedua orangtuanya untuk mengambil barang mereka yang tertinggal karena mereka akan pindah dari kamar itu, 2 koper besar dan satu ras besar telah mereka bawah dari kamar itu.
"Kak, seperti nya kita harus menghubungi bunda, kita tidak mungkin bisa ikut liburan itu". Ucap Sintia dengan Ragu, dia takut jika keluarga suaminya kecewa padanya.
"Iya dek, aku akan menghubungi bunda dan yang lainnya agar tidak ada yang merasa kecewa, kasihan ayu". Ucap Sultan dengan pelan.
"Maaf yah kak, acara liburan keluarga malah jadi batal begini". Sintia menunduk dan merasa bersalah.
"Sudahlah dek, liburan itu bisa kapan-kapan saja, orangtua mu lebih membutuhkan kita dibandingkan liburan itu, mereka pasti mengerti keadaan kita jika kita menjelaskannya, sudah tidak usah sedih lagi, kita harusnya bersyukur karena mereka mau berubah dan berusaha menyayangi kita". Sultan mengelus kepala istri dengan penuh pengertian
"Terima kasih, telpon bunda gih, takutnya mereka malah menunggu kabar kita". Ucap Sintia dengan senyuman.
Sultan mengangguk kemudian memanggil di grup keluarga sehingga keluarganya bisa mendengar apa yang dia katakan begitu juga sang istri . setelah melakukan percakapan, Sultan memandang sang Istri yang kini menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
Liburan itu mereka sepakat untuk undur sampai orangtuanya Sintia sembuh dan bisa keluar dari rumah sakit, karena mereka akan mengajak keduanya untuk liburan bersama karena mereka bisa merasakan pemandangan dan udara yang sejuk, bagus untuk pemulihan.
Mereka bahkan tidak menyalahkan kedua orangtuanya seperti besan lain yang pernah menyakiti hati menantu dan anaknya, malah mereka mendukung anaknya untuk berbuat kebaikan pada orangtua
"Jadi mereka akan kesini?? Tanya Sintia dengan senyum mengambang.
"Iya mereka akan segera kesini katanya, bunda akan menemani kamu dirumah sakit dan Fatur akan dititipkan pada kak Sufyan, jadi kamu bisa fokus mengurus papa dan mama nanti selama mereka sakit".
Sintia mengangguk dan tersenyum haru, tak ada kata yang bisa menggambarkan bahwa betapa beruntungnya dia memiliki keluarga suaminya. Cinta dan kasih sayang serta perhatian yang sangat melimpah.
Percakapan mereka terhenti karena mereka mendengar langkah kaki yang tergesa-gesa, entah siapa pemilik langkah itu tapi begitu melihatnya wajah keduanya merah padam karena menahan amarah dan kekesalan.
"Mau apa kalian kesini". Ucap Sintia dengan dingin.
Tatapan matanya sangat tidak bersahabat, dia bahkan memandang ketiga kakaknya dengan tatapan penuh amarah seakan dia akan memakan kakaknya itu hidup-hidup.
"Tidak usah banyak bicara, ini semua gara-gara kau, kau tidak mengizinkan mereka tinggal bersamamu, dan sekarang mereka masuk rumah sakit". Kesal Saddam kepada sang adik agar adanya bisa luluh dan kasihan kepada mereka.
"Kalianlah yang diam, kenapa kalian datang kemari, takut jika orangtua itu tidak bisa lagi kalian suruh untuk mengemis dijalan begitu". Teriak Sintia penuh kemarahan.
Dia menatap penuh kebencian kepada ketiga kakaknya itu, dia akan memberi pelajaran pada mereka setelah ini sedangkan semua saudara Sintia tersentak kaget dan terkejut mendengar teriakan Sintia apalagi jika Sintia tahu apa yang mereka lakukan pada kedua orangtua mereka.
"Jangan menuduh sembarangan Sintia, kamu jangan sok tahu"? Gugup Saddam dengan ketakutan.
"Tidak udah banyak bicara, kalian pikir aku tidak tahu apa yang kalian lakukan pada papa dan mama saat pulang dari rumahku, kalian menjadikannya pengemis dijalan dan setelah mendapatkan uang yang cukup banyak kalian semua mengambilnya tanpa tahu jika orangtua kalian ini kelaparan". Sintia berteriak kehilangan kendali.
Dia sampai tidak sadar jika ada anaknya berada di dekat mereka karena emosi dan amarah kepada ketiga kakaknya itu.
"Jangan keterlaluan Sintia kami kakakmu, sekalipun kami melakukannya kamu mau apa?? Tantang Saddam menatap bengis sang adik yang kurang ajar.
Sultan yang sejak tadi diam mendudukkan anaknya dan memintanya menutup matanya dan memasang handset pada anaknya, setelah menyelesaikan urusan anaknya tanpa berkata dia langsung melayangkan pukulan yang sangat keras sehingga Saddam terjatuh dengan wajah yang berdarah.
Tidak hanya itu Dia juga memukul kedua kakak laki-laki Sintia yang lainnya tanpa ampun, pemilik sabun hitam itu menggunakan keahliannya menghajar ketiganya tanpa ampun menyebabkan istri-istri mereka histeris. Sehingga pihak keamanan rumah sakit melerainya.
"Apa yang kau lakukan apda suamiku sialan, akan ku buat kau masuk penjara". Teriak Istri Saddam dengan murka.
Sultan menatap balik wajah istri Saddam dengan wajah bengis dan penuh amarah membuat Istri Saddam ketakutan.
"Hentikan pak, apa yang kalian lakukan ini rumah sakit". Ucap Security saat melerai mereka.
"Manusia gila ini memukul suami-suami kami, lihatlah wajah mereka". Ucapnya lagi menunjuk wajah Sultan.
"Benar begitu pak". Tanyanya pada Sultan yang masih bersikap santai.
Bukannya menjawab pertanyaan security itu, tapi dia malah balik bertanya.
"Apa bapak-bapak sekalian punya orangtua??, kalian menyayangi orangtua kalian?? Tanyanya menatap Ketiga security itu dengan tenang.
"Tentu kami menyayangi mereka, memang ada apa pak??
"Apa yang anda lakukan jika seandainya ada saudara anda yang telah diberikan segalanya oleh orangtua tapi malah orangtua kalian dijadikan pengemis dan setelah uang hasilnya ada mereka meninggalkan orangtua kalian tanpa makan dan minum sehingga masuk rumah sakit". Tanyanya lagi.
"Aku akan membunuh saudara sialan itu, bisa-bisanya memperlakukan orangtua seperti itu". Geram mereka bersamaan
"Nah itulah yang saya lakukan sekarang, bapak sudah dapat jawabannya". Sultan menjawabnya dengan santai melirik mereka yang kini pucat pasi