NovelToon NovelToon
Dia Bukan Ayah Pengganti

Dia Bukan Ayah Pengganti

Status: tamat
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Dokter / Menikah dengan Kerabat Mantan / Ayah Darurat / Tamat
Popularitas:2.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Puji170

Naya yakin, dunia tidak akan sekejam ini padanya. Satu malam yang buram, satu kesalahan yang tak seharusnya terjadi, kini mengubah hidupnya selamanya. Ia mengira anak dalam kandungannya adalah milik Zayan—lelaki yang selama ini ia cintai. Namun, Zayan menghilang, meninggalkannya tanpa jejak.

Demi menjaga nama baik keluarga, seseorang yang tak pernah ia duga justru muncul—Arsen Alastair. Paman dari lelaki yang ia cintai. Dingin, tak tersentuh, dan nyaris tak berperasaan.

"Paman tidak perlu merasa bertanggung jawab. Aku bisa membesarkan anak ini sendiri!"

Namun, jawaban Arsen menohok.

"Kamu pikir aku mau? Tidak, Naya. Aku terpaksa!"

Bersama seorang pria yang tak pernah ia cintai, Naya terjebak dalam ikatan tanpa rasa. Apakah Arsen hanya sekadar ayah pengganti bagi anaknya? Bagaimana jika keduanya menyadari bahwa anak ini adalah hasil dari kesalahan satu malam mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 DBAP

Naya buru-buru melangkah cepat, mengejar sosok lelaki yang tadi dilihatnya. Tapi langkahnya tak secepat harapannya. Sosok itu sudah lebih dulu menghilang di balik kerumunan.

“Zayan… apa itu kamu?” bisiknya pelan, matanya menyapu setiap wajah yang berlalu. Tak ada jawaban. Tak ada yang menoleh. Tapi hatinya yakin, lelaki itu adalah Zayan.

Napasnya memburu. Sekujur tubuhnya gemetar, bukan karena lelah, tapi karena harapan yang tiba-tiba tumbuh dan kembali layu dalam hitungan detik. Kini, Zayan menghilang lagi. Sama seperti sebelumnya.

Naya menunduk sejenak, kemudian tersenyum kecil sambil mengelus perutnya. “Nak… kita pasti akan bertemu ayahmu. Dan setelah itu, kita pasti bisa jadi keluarga yang bahagia. Paman Arsen yang sekarang menggantikan ayahmu… dia akan bebas dari beban ini. Kita nggak perlu merasa bersalah lagi.”

Kata-katanya lirih tapi penuh keyakinan. Mungkin hari ini belum saatnya. Tapi jika Zayan ada di kota ini, cepat atau lambat mereka akan bertemu kembali.

Dengan napas yang mulai stabil, Naya memutuskan untuk kembali ke toko pakaian. Ia masih harus menyelesaikan belanja, masih harus pulang dan kembali belajar untuk ujian besok.

***

Pukul delapan malam, akhirnya Naya tiba di rumah mewah yang kini ia tinggali. Tubuhnya terasa lelah, tapi pikirannya masih dipenuhi bayang-bayang Zayan. Ia membuka pintu perlahan, berharap bisa langsung masuk ke kamarnya dan beristirahat.

Namun, jantungnya seketika berdegup kencang saat matanya menangkap sosok Arsen tengah duduk di sofa ruang tengah. Lelaki itu menatapnya lekat, dingin dan tajam, seperti seorang ayah yang memergoki anak gadisnya pulang larut malam tanpa izin.

“Pa... Paman,” panggil Naya pelan, gugup. Suaranya nyaris tak terdengar. Ia menunduk, tak sanggup menatap mata Arsen yang menusuk itu.

“Kamu nggak betah di rumah, jadi sibuk cari pelarian di luar sana?” tuduh Arsen datar. Nada suaranya sarat sindiran, namun wajahnya tetap datar, tak menunjukkan emosi.

“Aku... hanya…”

Tatapan Arsen turun ke tangan Naya yang membawa beberapa kantong belanja.

“Berbelanja?” ujarnya sinis. “Sepertinya kamu mulai menikmati peran sebagai Nyonya Alastair.”

Naya menarik napas panjang. Ia harus menahan diri, menahan semua emosi yang bergolak di dalam dadanya. Berbicara dengan Arsen selalu terasa seperti berjalan di atas pecahan kaca, tajam, menyakitkan, dan penuh risiko. Ia tak pernah tahu kata mana yang akan dijadikan jebakan, atau sikap mana yang akan disalahartikan. Tapi malam ini, ia terlalu lelah untuk meladeni pertengkaran.

“Maaf, aku cuma keluar sebentar. Kulkas kosong... dan aku butuh udara,” jawab Naya lirih, tapi jujur.

“Alasan!”

“Paman, aku tidak—”

“Sudahlah. Lagipula, aku juga tidak mau tahu dan tidak butuh alasan darimu. Aku pulang hari ini karena ibumu terus-menerus menanyakan keadaanmu. Jadi tolong, jangan memanfaatkan situasi dan menyeret ibumu supaya aku terlihat lebih peduli padamu. Ingat, pernikahan ini hanya bentuk tanggung jawab. Bukan pernikahan yang akan memberimu suami yang perhatian dan pengertian. Kamu perlu ingat itu, Naya!”

Naya memejamkan mata sejenak. Ia berusaha keras agar ucapan Arsen hanya masuk dari telinga kanan lalu keluar dari telinga kiri, tanpa harus singgah di otaknya yang bisa memengaruhi bayinya. Tapi sayangnya, hormon ibu hamil begitu sensitif. Sekalipun ia mencoba membenarkan kata-kata Arsen, tetap saja rasanya seperti ada duri yang menusuk jantungnya, kecil, tapi menyakitkan.

Ia ingin menangis, tapi ia tahan. Semakin ia tahan, semakin sesak rasanya di dada.

“Kamu bisu sekarang? Tidak bisa jawab?”

“A... Aku mengerti, Paman,” jawab Naya pelan, menunduk.

Arsen menatapnya lama. Napasnya berat, tapi tak sedikit pun ia melunak. Wajahnya tetap kaku, matanya dingin tanpa simpati.

“Bagus kalau begitu,” gumamnya dingin. Ia melepas jas hitamnya dan melemparkannya ke sandaran sofa, lalu berjalan ke arah dapur tanpa menoleh lagi.

Naya tetap berdiri di tempat, memeluk kantong belanjaannya erat. Ia tahu, tak ada yang bisa ia lakukan untuk membuat Arsen bersikap hangat. Kini yang bisa ia lakukan hanyalah mengusap lembut perutnya yang masih datar, lalu berkata lirih, nyaris seperti kutukan, “Nak, kata orang ikatan batin anak dan orang tua itu sangat kuat. Mama tidak mengutuk ayahmu, tapi mama berharap... dia juga merasakan apa yang mama dan kamu rasakan saat ini.”

Arsen yang berada di dapur, sedang membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral, seketika terdiam. Tutup botol masih di tangannya. Ia meneguk air itu dalam satu tarikan panjang, awalnya ia merasa baik-baik saja.

Tapi anehnya, setelah tegukan terakhir, tubuhnya tak tenang seperti biasanya. Justru terasa lebih sesak. Ada sesuatu yang mendesak keluar dari dalam dirinya, dan itu bukan amarah. Bukan rasa jengah. Tapi rasa yang tak ia kenal dengan baik, sedih.

Tanpa aba-aba, setetes air mata jatuh dari sudut matanya. Ia mengedip, bingung. Lalu menyeka pipinya cepat-cepat, seolah menolak keberadaan emosi itu.

Arsen mundur selangkah, bersandar pada pintu kulkas yang dingin. Napasnya mulai tidak beraturan, berat, seolah ada beban besar yang menekan dadanya. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuh, namun ia tetap tak bisa memahami apa yang sedang terjadi.

“Apa yang terjadi padaku…?” gumamnya lirih, nyaris tak terdengar.

Tatapannya jatuh pada bayangan dirinya sendiri di permukaan kulkas yang sedikit mengembun. Matanya merah, dan tanpa ia sadari, air mata kembali jatuh membasahi pipi yang selama ini selalu ia jaga agar tetap kering, tetap kuat.

Ia bukan lelaki yang mudah menangis. Bahkan saat kehilangan kedua orangtuanya sekaligus, ia tetap berdiri tegak, menyembunyikan duka dalam dingin yang ia peluk erat. Tapi sekarang… kenapa ia bisa merasakan rasa sedih bahankan mengeluarkan air mata?

“Kenapa aku merasa seperti ini…” bisiknya nyaris patah, seolah jiwanya ikut goyah.

Di ruang tamu, Naya yang masih berdiri sambil memeluk kantong belanjaan, sontak tersentak saat samar-samar terdengar suara isak tangis. Tanpa pikir panjang, ia melangkah cepat ke arah dapur dan hatinya mencelos begitu melihat Arsen, berdiri bersandar dengan air mata mengalir di wajahnya.

“Pa… Paman, apa yang terjadi?” tanyanya pelan, penuh kekhawatiran.

Arsen tersentak. Ia buru-buru menyeka air matanya, meski tangis itu belum benar-benar berhenti. Dadanya masih terasa sesak, tapi ia mencoba kembali membangun dinding yang runtuh barusan. Saat tangan Naya hampir menyentuh lengannya, Arsen menepisnya kasar.

“Bukan urusan kamu! Pergi! Jangan ikut campur!”

“Tapi, Paman—”

“PERGI!” Suara Arsen melengking tinggi, tajam dan penuh tekanan.

Bentakan itu membuat Naya tersentak, langkahnya terhenti, dan hatinya kembali tergores perih seperti luka lama yang dibuka paksa.

Ia ingin menangis. Ingin melepaskan semua rasa sesak yang mengganjal di dadanya. Tapi entah mengapa, air matanya tak juga jatuh. Hanya matanya yang memanas, hanya dadanya yang bergemuruh. Dan saat ia kembali menatap Arsen... justru air mata lelaki itu yang semakin deras.

“Paman…” suara Naya nyaris seperti bisikan. “Apa yang paman rasakan… sampai menangis seperti itu? Apa ada yang terluka?”

Arsen menggertakkan rahangnya.

1
Mimos Silalahi
👍👍👍
Ati Rohayati
bener aku juga suami A aku A anak anak semua nya O
Kimo Miko
ws pokokke jempol kak👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: terimakasih kakak
total 1 replies
Kimo Miko
wkwkwk..... dito panik dikira nisa mau terbang gak tahunya cuma mau teriak biar beban berkurang. ws ayo lak pulang tanggal pernikahanmu sudah dekat dan juga kasihan kakek meskipun dia salah. kakek melakukan itu karena punya alasan sendiri
Kimo Miko
kejar dito... mana tahan ditinggal nisa. ternyata dito bisa bucin juga
Kimo Miko
lanjut thor ..
Kimo Miko
gak komen thor aku sudah ilfil sama mbokne naya.
Kimo Miko
ada rahasia apa🤔
Kimo Miko
emang ada apa sampai naya terbelalak?
Kimo Miko
coba tes DNA ulang nisa. mungkin ada sabotase waktu kamu tes DNA.
Kimo Miko
waduh... data diri naya belum terungkap malah mamke naya kritis piye coba guys?
Kimo Miko
emang enak.... makanya punya mulut di rem gak asal nyolot. yang kamu sentil adalah orang yang gak bisa disentuh. pelajaran buat kamu dara apalagi kamu lagi koas ... pingin gak lulus?
Kimo Miko
dito itu seorang dokter atau intelejen sih. setiap langkahnya selalu jitu hampir tidak ada yang meleset. coba dito selidiki dan kerjasama dengan kakek salim siapa tahu naya adalah cucu kakek salim yang hilang
𝓗𝓪𝔂𝓾𝓻𝓪𝓹𝓾𝓳𝓲: dia keturunan mafia, tapi malah jadi dokter
total 1 replies
Kimo Miko
semoga saja nisa adikmu adalah naya.
Kimo Miko
ya ya ya... bingungkan? kedua duanya sama pentingnya . gimana thor siapa yang lebih penting?
Kimo Miko
segeralah terkuak thor siapa naya sebenarnya. sekarang roki dan zayan memetik buah yang ditanam. terima hasil kerasmu ya pak dan anak
Kimo Miko
ahhhh ..... serasa dunia milik mereka berdua
Kimo Miko
so sweetnya.....
Kimo Miko
aku suka cara arsen jika mengingatkan naya. jika arsen keliru harus selalu diingatkan. itulah yang namanya rumah tangga 👍
Kimo Miko
waduh sekalinya sakit hati si puput gak tanggung tanggung utk menyingkirkan roki secara halus. dan anak semata wayang yang di gadang gadang juga telah mengecewakaannya . genap sudah perasaan sakit kecewa dan hancur. ayan bersiap siaplah kamu dari titik terendah untuk memulainya jalan hidupmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!