Secret Wedding ( Jimmy & Alisa )

Setelah puas berciuman, Jimmy melepaskan bibirnya, lalu mengusap kepala Alisa dengan lembut.

"Perlakuan Lo bikin gue meleleh anjir."

"Emang nya Lo es, sampe meleleh segala." Celetuk Jimmy sambil terkekeh.

"Lo tuh yang kayak es batu, tapi sekarang kulkas nya lupa di colokin jadi es nya mencair." 

"Selain kulkas sama robot, Lo kasih julukan apa lagi buat gue, Lis?" Tanya Jimmy sambil memainkan ujung rambut Alisa.

"Itu doang sih, soalnya dulu Lo dingin anjir. Tapi kalo sama gue jadi banyak omong, kita kan biang gaduh di kelas." 

"Sekarang kita udah damai ya." Ucap Jimmy membuat Alisa terkekeh lalu mengangguk.

"Dah lama gak berantem ya."

"Ngapain, gak lah males. Mending manja-manjaan sekarang mah, Lo kan bini gue." Jimmy menyandarkan kepala nya di pundak sang istri. 

"Panas, Lo demam Jim?" Alisa meletakan tangan nya di kening Jimmy, terasa panas.

"Kagak, cuma agak panas aja." 

"Itu nama nya demam, Jimmy." Ucap Alisa sambil memutar mata nya jengah.

"Gue ngambil obat dulu."

"Buat apa? Jangan, gak suka gue makan obat, pait." Jawab Jimmy sambil menelungkupkan wajah nya di atas bantal.

"Idih, badan aja tinggi besar, berotot, punya roti sobek, tapi gak suka makan obat. Cemen," ledek Alisa membuat Jimmy menatap istrinya itu dengan tatapan yang aneh.

"Pokoknya gak mau makan obat, titik." 

Alisa tergelak melihat tingkah Jimmy yang terlihat seperti merengek hanya karena tak mau makan obat. Lucu juga ternyata, tapi Alisa takkan menyerah. 

Alisa berjalan sedikit menjauh dari ranjang, niatnya ingin pergi keluar dari kamar untuk meminta obat sekalian mengambil air minum agar demam Jimmy segera turun.

"Eehh mau kemana?"

"Ke bawah, minta obat sama mama." 

"Alisa, gue gak mau minum obat. Gue gapapa, nanti juga sembuh." Pinta Jimmy, tapi Alisa tak mendengarkan ucapan suaminya itu dan tetap keluar. Dia menuruni tangga dan mendapatkan kedua orang tua Jimmy sedang berada di ruang tamu.

"Ma, punya obat demam?"

"Lho, siapa yang demam?" Tanya Larissa dengan satu alis yang terangkat. 

"Jimmy Ma, badan nya panas banget." Jawab Alisa membuat Larisa merasa cemas. 

"Kalau sakit, Jimmy paling anti minum obat sayang. Pasti susah bujukin nya, kamu bisa?"

"Alisa punya cara sendiri biar Jimmy mau makan obat." Jawab Alisa yakin. Dia sangat yakin Jimmy takkan menolak obat itu jika dia memberikan obat dengan cara seperti itu.

"Baiklah, ayo ikut mama." Alisa menurut dan mengekor di belakang mama mertua nya, dia memberikan satu lembar obat penurun demam juga segelas air.

"Ini obat nya, sama minum nya. Semoga aja Jimmy mau minum obat ya, biar cepet sembuh."

"Iya Ma, kalau gitu Alisa ke kamar dulu ya." Larissa mengangguk dan membiarkan menantu nya pergi, dia meniti tangga dengan sangat hati-hati karena takut air yang dia bawa tumpah.

Alisa membuka pintu kamar, dia melihat Jimmy masih berbaring menelungkup seperti tadi. 

"Ayo minum obat dulu, Jim." 

"Gak." Jawab Jimmy tanpa menoleh sedikitpun.

"Minum obat atau gak gue kasih cium satu minggu?" Tanya Alisa membuat Jimmy langsung bangkit dari rebahan nya.

"Mana bisa gitu, Lo tau sendiri gue kecanduan bibir Lo." 

"Yaudah, ayo minum obat nya dulu." Jimmy tetap menggelengkan kepala nya, ancaman pertama tak mempan. Berarti dia harus memakai cara yang kedua. 

Jimmy memalingkan wajahnya saat Alisa menatap nya, gadis itu tersenyum jahat. Dia menyobek bungkusan obat itu dan memasukan obat itu ke dalam mulutnya. 

Dengan cepat, dia menarik wajah Jimmy dan mencium bibir nya, Jimmy terkejut hingga membuat mata nya melotot hampir keluar dari tempatnya, tak biasanya Alisa mencium nya lebih dulu, biasanya selalu dia yang memulai ciuman panas.

Jimmy mulai lengah dan itu kesempatan yang sangat bagus untuk Alisa memasukan obat tadi ke dalam mulut Jimmy. 

Setelah obat itu masuk, Alisa melepaskan ciuman nya dan memberikan Jimmy air minum. 

"Gimana tuan Jimmy? Pait obatnya?" Tanya Alisa sambil terkekeh geli. Sedangkan Jimmy mendelik sebal.

"Bisa ya Lo ngelabuin gue pake ciuman."

"Jelas bisa lah, apapun gue lakuin biar Lo mau minum obat." Jawab Alisa sambil terkekeh.

"Jahat Lo, Lis."

"Jahat dimana nya? Gue cuman nyuruh Lo minum obat biar demam nya cepet turun, kalo Lo sakit Lo gak bakal bisa main basket lagi, terus Lo gak bakal bisa tebar pesona sama cewek-cewek genit di sekolah. Kasian fans Lu nanti," cerocos Alisa panjang lebar, membuat Jimmy tersenyum kecil melihatnya.

"Lo cemburu?"

"Cemburu? Kayak nya iya, soalnya gue punya laki yang doyan pamer sama cewek lain." Jawab Alisa tanpa menatap kearah Jimmy.

"Lucu bener Lo, sini."

"Ngapain? Kagak lah, gak minat gue deket-deket sama Lo." 

Jimmy menarik baju yang di pakai Alisa, membuat gadis itu mau tak mau harus menurut dari pada baju nya sobek akibat tarikan Jimmy.

"Temenin gue tidur." Bisik Jimmy.

"Tidur aja sendiri, gak usah manja."

"Manja sama istri sendiri gapapa kali." Jawab Jimmy, sambil mendorong Alisa hingga membuatnya terbaring.

Jimmy langsung memeluk nya seperti guling, menyembunyikan wajah nya di ceruk leher Alisa, membuat gadis itu memegang karena hembusan nafas hangat terasa menerpa leher nya.

"Geli, Jim." 

"Diem aja, gue mau bikin stempel disini boleh ya?" 

"Ihhh jangan, gue bingung nutupin nya pake apaan nanti."

"Ya itu mah terserah Lo aja." Jawab Jimmy acuh, dia memulai melancarkan aksi nya dengan menjilat leher Alisa, membuat sekujur tubuh gadis itu merasa kepanasan.

"Jimmy, diem ih nakal banget lidah Lo." Jimmy tersenyum smirk, dia mencium leher Alisa dan menyesap nya dengan kuat hingga meninggalkan bekas kemerahan.

"Aaahhh, Jimmy sakit."

"Sakit tapi mendesaah." Celetuk Jimmy seolah tanpa rasa bersalah karena sudah membuat Alisa kesakitan.

"Itu bukan mendesaah anjir."

"Dih, jelas-jelas Lo desaah tadi." Goda Jimmy membuat Alisa malu.

"Bisa diem gak? Atau gue tinggalin?"

"Ihhh iya, yaudah temenin gue tidur ya." Jimmy pun memilih diam dan menduselkan wajahnya kembali di ceruk leher Alisa. 

Tak butuh waktu lama, Alisa bisa merasakan hembusan nafas teratur dari Jimmy, menandakan kalau pria itu sudah benar-benar tertidur.

"Cepet banget tidur nya." Gumam Alisa lalu meraba kening pria itu, demam nya sudah mulai turun. Dia tersenyum lalu mengusap kepala Jimmy dengan lembut, dia pun ikut larut dalam keheningan yang membuatnya mengantuk.

.....

🌻🌻🌻🌻🌻🌻