Fitnah keji membuat Selia harus menerima cacian dan hinaan yang begitu menyakitkan. Ia dicerai karena kedapatan tidur dengan kakak iparnya bahkan penjelasannya hanya dianggap omong kosong.
Apa yang dilihat belum tentu itu yang terjadi dan dibalik kejadian itu ada seseorang yang bertepuk tangan penuh kemenangan.
Harta, Tahta, Wanita. Tiga hal sensitif itu lah yang melekat pada diri Selia yang justru menjadi bumerang untuknya. Siapa pun yang menjadi suami Selia ialah yang akan menempati posisi CEO diperusahaan.
"Semakin kamu berusaha memilikiku, semakin aku membencimu!" Selia Salsabila.
"Aku hanya menginginkan Tahta, bukan dirimu!" Hiro Barayav.
Mampukah Selia membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah?
Lalu apakah Hiro berhasil memiliki Selia dan memiliki apa yang dia inginkan?
Simak ceritanya hanya di novel Naik Ranjang : Terjerat Sang Perebut Tahta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33 Kabar Mengejutkan Bagi Harry
Harry menghentikan langkah kakinya saat mendengar pertanyaan Hiro. Membalikan tubuh dan tersenyum sinis pada sang kakak. Harry menarik kerah kemeja Hiro dan melayangkan tatapan penuh permusuhan.
"Lepaskan Selia dan biarkan dia bahagia bersamaku. Kamu hanya bisa menyakitinya dan nggak akan bisa membahagiakannya."
Hiro membalas tatapan Harry tak kalah sengit dengan bibir tersenyum sinis dan tangan melepas paksa tangan Harry dikerah kemejanya.
"Nggak ada alasan bagiku untuk melepaskan Selia. Selia adalah milikku dan selamanya akan menjadi milikku!"
Kepalan tangan Harry semakin kuat siap dilayangkan kewajah sang kakak namun sekuat tenaga ia menahannya.
"Kamu nggak pantas bersamanya, Hiro! Pria yang Selia cintai itu aku. Pria yang dia inginkan itu aku. Dia hanya terpaksa bersamamu dan bertahan denganmu."
Hiro menarik sudut bibirnya dan tertawa. Bagi Hiro Harry terlalu naif. Pria itu tahu Selia sebenarnya adalah miliknya namun tetap saja terus menginginkan Selia kembali padanya.
"Kamu adalah adikku, Harry. Dan aku nggak akan membencimu meski kamu sudah merebut Selia dariku. Kamu memanfaatkan Selia yang amnesia untuk memilikinya dan membuatnya mencintaimu. Aku ucapkan selamat kamu telah berhasil memilikinya meski hanya sebentar."
Bugh!
Harry yang sudah tidak tahan dengan perkataan Hiro melayangkan pukulan kewajah pria itu. Beruntungnya mereka kini diarea parkir rumah sakit sehingga tidak mengganggu operasional rumah sakit.
Hiro mengusap sudut bibirnya yang berdarah dan akan membalas pukulan Harry namun seseorang lebih dulu menghadangnya.
"Stop! Ini rumah sakit. Kalian nggak pantas kelahi disini!" Clara menatap Hiro dan Harry yang masih saling berhadapan dan siap menyerang.
"Minggir Clara!" titah Harry namun wanita itu menggelengkan kepala.
"Nggak Harry. Kamu nggak boleh berantem," kata Clara menatap Harry yang sedang dikuasai amarah pada Hiro.
Pria itu sama sekali tidak mengheraninya dan justru mendorong Clara agar menyingkir dari hadapannya. Harry tidak tahu bila Clara mengikutinya sampai dirumah sakit padahal tadi saat ia tinggal Clara masih berada di Bogor.
Clara tersungkur kelantai membuat lutut dan sikutnya terluka hingga berdarah namun wanita itu buru-buru bangkit dan kembali melerai perkelahian diantara kakak beradik itu.
"Sampai kapan pun aku nggak ikhlas Selia bersama kamu dan disakiti kamu, Hiro. Kamu yang sudah merusak rumah tanggaku. Kamu memfitnah Selia sehingga aku menceraikannya. Kalau saja kamu nggak melakukan itu aku dan Selia pasti sudah bahagia tanpa kamu masa lalu yang sudah menghancurkan hidupnya."
"Wah ... sepertinya kamu harus tahu sesuatu tentang Selia agar kamu bisa mundur dan menyerah memperjuangkan cinta kalian. Selia sekarang sedang hamil padahal saat bersamamu dia sama sekali nggak hamil. Dan itu sudah membuktikan kalau Selia adalah milikku bukan kamu."
Harry mematung ditempat. Kabar yang Hiro sampaikan sangat mengejutkan dirinya bahkan ia tak bisa berkata-kata untuk membalas perkataan sang kakak.
Yang ada di pikiran Harry hanyalah Selia yang tengah hamil seperti yang Hiro katakan.
Sementara Hiro, pria itu tersenyum puas melihat Harry yang terkejut. Menepuk bahu sang putra pria itu kemudian berlalu meninggalkan Harry bersama Clara.
Clara yang mengerti bagaimana perasaan Harry segera menghampiri pria itu dan membawanya duduk dikursi taman.
"Jika kamu ingin bercerita, maka berceritalah. Jika kamu ingin menangis, maka menangislah. Jika kamu ingin bersandar, maka bersandar lah.
Aku siap mendengarkan ceritamu, menenangkanmu yang menangis dan meminjamkan bahuku untuk mu bersandar."
*
*
Jangan lupa dukungannya ya.. 😍😍
smga kedpan nya Harry mnemukan cinta sejatinya. 😊