Raya naksir dosen baru di kampusnya, dan kebetulan dosen itu juga yang dijodohkan dengannya. Tapi sayang, dia harus memperjuangkan perasaannya, karena suaminya berhati sedingin kutub selatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu Asmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RASA YANG TERSIMPAN
Mereka berdua tiba di rumah orang tua Bagas. Sebenarnya tadi Raya mau membahas soal rumah yang mereka tempati, tetapi karena Bagas memaksa untuk datang ke rumah orangtuanya, Raya memutuskan untuk menunda pembahasan tentang rumah itu.
Di sana sudah lumayan sepi. Hanya ada beberapa kerabat yang masih tinggal. Pesta ulang tahun mama Bagas memang sudah selesai. Melihat hal itu, rasa bersalah Raya kembali. Dia cukup menyesal karena menghindar untuk hadir.
Saat mereka berdua hampir masuk ke dalam rumah, Bagas tiba-tiba menggenggam tangan Raya, dan mengandeng tangan wanita itu, seolah mereka pasangan pada umumnya. Tadinya Raya berniat menepis, tetapi dia berusaha menjaga sikap. Apalagi mereka sedang berada di rumah orang tua Bagas.
"Selamat malam, Ma. Maaf, kami terlambat." Raya berucap sopan saat keduanya berhasil menemukan Tyas di ruang keluarga.
"Sayang, tidak masalah. Tadi Bagas sudah bilang kalau kalian harus menghadiri pesta lain yang kebetulan jamnya sama. Kalian datang ke sini saja sudah membuat mama senang." Tyas bangkit dari duduknya, dan mencium kedua belah pipi menantunya.
Raya cukup senang mendengar pengakuan ibu mertuanya. Dia tidak tahu apa tujuan Bagas berbohong seperti itu, tetapi setidaknya itu bisa sedikit membuatnya tenang. Padahal kalau diingat lagi, Bagas pernah bilang kalau dia tidak suka dengan drama.
"Raya memang tidak enakan, Ma. Tadi dia juga sepanjang jalan memikirkan mama terus. Oh iya, Sayang ... mana hadiah yang kamu pilihkan buat mama? Kasih, gih."
Raya merinding saat Bagas memanggilnya dengan sebutan 'sayang'. Dia gagal mengerti, apa yang membuat lelaki itu mendadak sangat terniat untuk bermain peran di hadapan orangtuanya.
"Eh, iya. Ini, Ma. Aku tadi pilih ini buat hadiah ulang tahun Mama. Semoga Mama suka," ucap Raya sambil menyerahkan paper bag berwarna merah motif keemasan pada ibu mertuanya.
Tyas dengan senang hati menerima hadiah yang diberikan oleh menantunya.
"Terima kasih banyak, Sayang. Apapun yang kamu kasih buat mama, mama pasti akan sangat senang menerimanya. Apalagi kalau kalian segera kasih mama cucu. Rasa bahagia yang mama rasakan akan berlipat-lipat."
Tyas sengaja mengucapkan dua kalimat terakhirnya dengan berbisik. Wanita itu ingin memastikan kalau tidak banyak yang tahu tentang apa yang mereka bahas.
Raya hanya tersenyum, selanjutnya dia melirik ke arah Bagas. Bagaimana mereka akan memberikan cucu, kalau malam pertama mereka saja masih belum terlaksana.
"Ma, Bagas sudah bilang sama mama, bukan? Jangan paksa Raya buat cepat hamil. Kami masih ingin menikmati momen pengantin baru. Belum lagi, Raya masih kuliah. Biarkan dia menikmati masa mudanya dulu, Ma." Bagas memberikan pengertian.
"Jadi kalian menundanya?" tanya Tyas sambil memandangi pasangan pengantin baru itu dengan bergantian.
Bagas, dan Raya berpandangan, selanjutnya mereka mengangguk kompak.
Tyas menghela napas.
"Baiklah, mama akan coba menerima keputusan kalian. Ayo duduk, gabung sama yang lain."
Mereka pun setuju. Keduanya menuju ke sofa, dan duduk di sana. Bergabung dengan kerabat Bagas yang kebetulan belum pulang.
"Istri kamu, Kak?" tanya salah seorang sepupu Bagas. Kebetulan saat pernikahan mereka, sepupunya yang satu itu tidak bisa hadir karena kontrak kerja yang harus diselesaikan.
"Iya. Dia istri aku, Ndre." Bagas menyahut sambil tersenyum.
"Gila, amalan apa yang kamu perbuat, sampe bisa dapet spek bidadari kayak gitu, Kak." Andreas berucap setengah berbisik. Sementara Raya tampak sedang berbincang dengan anggota keluarga lainnya.
Sebagai info tambahan, Bagas dan Raya tidak duduk bersebelahan. Raya memilih duduk bersama saudara perempuan, Bagas berkumpul dengan para lelaki.
Sepupu Bagas ini seorang lelaki. Usianya tiga tahun di atas Raya. Namanya Andreas.
"Aku tidak melakukan apapun. Dia yang pertama mengejarku. Mungkin tips supaya mendapat pasangan cantik dariku kamu harus tampan dulu, Ndre," ledek Bagas seraya terkekeh.
"Sialan kamu, Kak! Kayaknya waktu awal dia bertemu kamu, pas lagi sakit mata. Makanya dia tertarik. Sumpah Kak, aku iri. Kalau ada lagi yang kayak dia, kenalkan ke aku, ya."
"Oke, siap. Asal nanti ada pajaknya."
Bagas masih menyahut dengan candaan. Sementara tatapan matanya tertuju pada Raya yang tampak bercanda tawa dengan para sepupu wanitanya. Tidak tahu harus ada berapa mulut lelaki yang memuja sosok Raya. Rasanya Setiap mendengar mereka memuji, telinganya menjadi panas. Pertanda apa ini?
"Semuanya, karena Bagas dan Raya baru datang, jadi kita bikin acara pesta dansa sederhana sambil minum-minum kecil. Ayo kita ke lantai atas. Semua sudah dipersiapkan."
Entah ide darimana, mendadak Tyas mengumumkan tentang pesta dansa itu. Semua yang hadir bersorak setuju, sementara Bagas dan Raya kembali berpandangan tanpa bereaksi.heboh seperti yang lain.
Seluruh yang ada di ruang keluarga mengikuti langkah Tyas ke lantai atas. Di sana dia disambut oleh suaminya. Ternyata di sana sudah ada dekorasi sedemikian rupa. Ditambah dengan musik santai yang mengalun merdu.
Mereka memilih pasangan masing-masing untuk berdansa, sementara Bagas dan Raya justru mematung. Raya canggung untuk mendekati Bagas terlebih dahulu, begitupula dengan Bagas. Lelaki itu ragu, kalau ajakannya akan diterima oleh Raya.
"Bagas, ayo, Nak. Kamu harusnya berinisiatif, dong. Lihat papamu." Tyas memberikan dorongan.
Barulah Bagas berjalan ke arah Raya. Mereka pun melakukan dansa dengan terpaksa. Tangan Bagas melingkar di pinggang Raya, dan kedua tangan Raya dikalungkan ke leher suaminya. Tatapan mereka bertemu, seiring kaki yang bergerak mengikuti irama.
"Raya, aku akui mata kamu begitu indah. Tidak. Lebih tepatnya, semua yang ada pada dirimu sangat indah. Wajar kalau setiap lelaki yang memandang kamu akan terpana. Mengapa baru sekarang aku menyadarinya, Raya? Di saat aku tidak tahu, apakah pernikahan kita akan berlanjut, atau sebaliknya." Batin Bagas berbicara.
"Mas Bagas, setelah aku sejatuh cinta ini sama kamu, apakah aku bisa benar-benar rela saat melepas mu nanti? Mas, seandainya saja kamu bisa tahu isi hatiku, kamu pasti akan tahu betapa beratnya aku melepaskan kamu. Mengapa bukan aku yang bertemu dengan kamu lebih dulu, Mas?"
Sayangnya banyak pertanyaan itu hanya bisa Raya ucapkan dalam hati. Berat rasanya harus melepaskan seseorang yang dicintai. Raya hanya bisa berpasrah pada takdir. Dia percaya, jodoh tidak akan pernah salah jalan. Kalau mereka memang ditakdirkan untuk bersama, Raya yakin mereka akan dipersatukan lagi suatu hari nanti.
"Raya, apa kamu memiliki hubungan dengan Martin?" tanya Bagas di tengah-tengah acara dansa mereka.
"Memangnya aku terlihat begitu murahan, Mas? Aku memang seperti ini, tetapi aku tidak pernah lupa dengan statusku sebagai istri kamu. Aku bukan tipe orang yang bisa dengan mudah menjalin hubungan dengan seseorang, di saat ada kisah yang belum selesai. Mungkin nanti, saat kamu sudah meninggalkan aku, aku akan menjalin hubungan dengannya."
Raya sengaja menyindir. Dia tidak ada niat untuk menggantikan posisi Bagas dengan siapapun dalam waktu dekat. Raya bahkan belum tahu, apakah dia sanggup membalut lukanya sendirian nanti. Nama Bagas sudah terpatri abadi di dalam relung hatinya yang terdalam.
kinan pantas dpt yg lebih baik darinya😀
ndang gass kinan ...
tp klo bagas pintar hrsnya bagas sadar dgn sikap kinan sprti it berarti dia bkn wanita baik2.kesannya kinan itu jalang beneran yg lg kegatelan minta digaruk ama trenggiling thor....
dosen kok kelakuannya minim akhlak balik aj ke tk lajut sekolah mondok 😁😁😁
mo bagas ngapain aj ma pacarny raya g peduli yg penting dia ttp fokus kuliah d berteman dg spapun.happy slalu saat di dpn bagas.
menurut ak stlh ap yg sdh raya ketahui dr si bibik.mending raya pergi dari rumah itu tp hrs izin bagas dulu.klo memang akn meneruskan pernikahany baikny jauhi bayang2 mantan.apalg it rmh suaminy hasil beli ber2 ama mantany.scr tdk lgsng raya sama aj ikut menzolimi mantan suaminy krn sdh tau.kecuali mantany sdh mengikhlaskany.dr pd nanti dihujat mantan pak su mending raya melipir keluar dr rmh it d cari hunian sendiri entah itu ngekos at ap .yah....emang raya g salah tp tetap dia akn ikut terseret krn kelakuan suaminy yg g punya ketegasan d tanggung jawab pd keputusan yg diambil.aliase pengecut berkedok berbakti nurut sama orang tua .tp yg ad penjahat yg akn menyakiti banyak hati terutama istri d para orang tua bila sdh tau semua yg terjd