NovelToon NovelToon
Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Diam-Diam Cinta / Harem / Angst / Bad Boy
Popularitas:24.4k
Nilai: 5
Nama Author: mooty moo

"Kak Akesh, bisa nggak pura-pura aja nggak tahu? Biar kita bisa bersikap kaya biasanya."
"Nggak bisa. Gua jijik sama lo. Ngejauh lo, dasar kelainan!" Aku didorong hingga tersungkur ke tanah.
Duniaku, Nalaya seakan runtuh. Orang yang begitu aku cintai, yang selama ini menjadi tempat ‘terangku’ dari gelapnya dunia, kini menjauh. Mungkin menghilang.
Akesh Pranadipa, kenapa mencintaimu begitu sakit? Apakah karena kita kakak adik meski tak ada ikatan darah? Aku tak bisa menjauh.
Bagaimana bisa ada luka yang semakin membuatmu sakit malah membuatmu mabuk? Kak Akesh, mulai sekarang aku akan menimpa luka dengan luka lainnya. Aku pun ingin tahu sampai mana batasku. Siapa tahu dalam proses perjalanan ini, hatimu goyah. Ya, siapa tahu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mooty moo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 - Elang yang Mengincar Mangsanya

Pukul dua belas malam lewat lima, Rachel memasuki apartemennya. Ia sangat capek usai rapat BEM.

Kondisi apartemennya gelap, ia pikir tak ada orang. Namun setelah beberapa langkah berjalan, lampu menyala dan seorang pria tiba-tiba muncul membawa kue tart.

Pria yang mengenakan topi kerucut itu perlahan mendekati Rachel, sembari menyanyi.

"Happy birthday to Rachel."

Kalimat itu ia ulang-ulang hingga sang kekasih meniup lilin yang tertancap di kue itu. Tentu saja setelah make a wish.

Pria itu adalah Akesh yang sedang memberikan kejutan ulang tahun untuk sang kekasih. Ia memeluk gadisnya erat. Pria yang memakai topi ulang tahun itu pun memakaikan topi serupa ke kepala Rachel.

"Sayang mandi dulu gih, baru ntar aku kasih kamu kado ulang tahun."

"Makasih ya Sayang, aku kira kamu lupa."

Setelah itu, sang gadis mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Sementara sang pria memotong kue tart dan meletakkan sepotong di piring kecil.

Ia menyiapkan kue itu untuk sang gadis, kemudian sisanya disimpan di kulkas.

Dua puluh menit setelahnya, Rachel keluar dari kamar mandi mengenakan handuk piyama. Sebuah handuk kecil melilit rambutnya yang basah sehabis keramas.

Rachel berjalan menuju meja makan, tempat Akesh duduk. Ia melihat ada sekotak kado kecil dan sepotong kue di atas sana.

"Coba buka deh, ini kado buat kamu."

Akesh menyerahkan kado ke Rachel. Sang gadis pun menyambutnya dengan antusias. Ia perlahan membukanya dan matanya bersinar.

"Kok kamu tahu sih aku udah lama ngincer parfum ini, Sayang?"

Rachel langsung menyemprotkan parfum ke lehernya tiga kali. Udara di sekitar Akesh mendadak menjadi wangi.

Hal ini membuatnya tergoda mencium ceruk leher sang kekasih. Cukup lama ia mengirup dalam-dalam bagian tubuh favoritnya itu.

"Ayo aku bantu keringin rambut kamu. Jangan langsung tidur, ntar masuk angin."

Akesh menarik tangan Rachel menuju kasur. Di tepi kasur, mereka sudah teramat sering melakukan adegan ini: mengeringkan rambut pasangan.

Setelah dirasa cukup kering, Rachel berganti daju dari piyama handuk menjadi lingerie. Baju tidur berbahan tipis itu membentuk lekuk tubuh indahnya.

Meski lampu kamar sudah dimatikan, diganti lampu tidur yang remang-remang, tentu saja Akesh masih bisa melihat gerak-gerik kekasihnya.

Rachel kemudian berjalan perlahan ke arah Akesh dengan sensual. Bak jalang yang sedang menggoda.

Akesh yang merasa tak tahan, apalagi Rachel bergerak dengan sangat perlahan, menyeret gadis itu kemudian ia banting ke kasur.

Pria itu bergerak ke atas tubuh kekasihnya. Napasnya memburu, matanya sendu. Jari telunjuk Akesh menyentuh bibir Rachel. Ia sengaja bermain-main dengan benda kenyal itu.

Rachel menutup mata sejenak sambil tersenyum tipis. Setelah menyentuh bibir, tangan Akesh perlahan bergerak ke arah kening, kemudian perlahan bergerak turun menuju mata dan pipi.

Tingkahnya itu membuat Rachel tak sabar. Meski ia tak bicara, tapi sorot matanya seperti memohon untuk dimakan.

Akesh mengeluarkan smirk-nya. Ia selalu sukses dalam hal ini. Setelah itu ia mengecup pucuk kening gadis di bawahnya. Ia memberikan beberapa kecupan di sana.

Setelah itu ia mengecup kedua mata Rachel, kemudian ke bagian hidup, dan berlanjut ke bibirnya. Jika tadi ia berlalu lembut, sekarang ia menjadi rakus.

Bibir itu ia cium dengan kasar. Awalnya ia menghisap bibir bawahnya. Kemudian lidahnya masuk ke rongga mulut. Mencari lidah sang kekasih. Keduanya berpagut cukup lama.

Hingga momen sensual itu terganggu dengan suara dering ponsel Rachel. Dua orang ini berusaha mengabaikan kebisingan itu. Namun ternyata setelah mati, benda kotak dan pipih itu kembali berdering.

Hal ini membuat Akesh berdengus kesal.

"Angkat dulu gih, Sayang. Siapa tahu ada hal penting."

"Siapa sih jam segini telepon? Ganggu orang aja!"

Rachel juga nampak kesal, tapi menuruti Akesh dan pergi mengambil ponselnya yang tergeletak di meja belajar.

Melihat nama yang tertera di panggilan, Rachel melihat segera ke arah Akesh yang juga sedang menatapnya. Ia tersenyum sejenak kemudian mengangkat teleponnya, bergerak menjauh agar bisa berbicara lebih leluasa.

"Halo Jenn? Ada apa?" Rachel mulai berbicara di telepon.

Sementara itu, Akesh meraih ponselnya untuk membunuh waktu. Ia tak tertarik menguping pembicaraan Rachel dan orang yang meneleponnya. Ia memang sebegitu percayanya dengan pasangannya.

"Oke, gue segera ke situ."

Selesai menelepon, Rachel berjalan mendekati Akesh. Ia bilang Jenny, teman dekatnya di kampus sedang sakit. Teman-temannya yang lain balik ke rumah, sehingga perempuan itu memintanya untuk datang ke asrama.

"Maaf ya Akesh. Di hari ulang tahunku malah kamu aku tinggal."

"Nggak apa-apa, Rachel. Mau aku anterin?"

"Nggak usah, Sayang. Lagian asramanya kan deket dari sini. Kamu bobok aja."

Akesh mengangguk mengiyakan. Ia sudah mengenal Jenny. Walaupun ia kecewa namun ia selalu pengertian kepada kekasihnya itu.

Rachel kemudian berganti baju, setelah itu mengecup kening Akesh, berpamitan. Ia tak tahu kalau Akesh sejak tadi menahan ekspresinya sebisa mungkin.

Usai Rachel keluar dari apartemen, Akesh kembali mengecek ponselnya. Sebenernya ketika Rachel mengangkat telepon, Jenny mengiriminya pesan. Ia mengirim foto Rachel yang sedang berpelukan dengan pria lain.

Cukup lama membiarkan pesan Jenny, akhirnya ia membalas.

Jenn lo di mana?  Sekarang lagi mau ketemuan sama Rachel?

Enggak, Kak. Gue balik ke rumah.

Sedikit shock, Akesh meletakkan hapenya. Ia melamun sejenak. Ia berpikir kemungkinan besar dirinya telah dikhianati.

Akesh kembali rebahan sambil menutup mata. Setelah melepas sedikit emosi, ia keluar dari apartemen itu, menuju ke sebuah asrama. Tapi bukan kamarnya.

Cuma butuh waktu sepuluh menit agar Akesh sampai ke asrama itu. Ia pun langsung menuju kamar seseorang. Orang itu adalah Nalaya.

Saat membuka pintu kamarnya, Nalaya melihat sosok Akesh yang nampak kacau. Ia pun segera menyuruhnya masuk.

Keduanya kini duduk di samping kasur. Tak ada yang bersuara. Nalaya menatap nanar Akesh dari samping. Pria itu menunduk, nampak lesu.

"Gue pengen minum es jeruk, tapi beli di mana malem-malem begini?" Akesh masih dengan posisi semula.

Oh, Nalaya mengerti jika Akesh tak ingin bercerita. Sejak kecil bukankah mereka sudah saling berjanji akan mengizinkan hal semacam ini?

"Gue..."

"Ssssttt."

Nalaya menaruh jari telunjuk di bibir Akesh. Ia menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

"Nggak apa-apa Kak, sini."

Ia mendekati Akesh dan merengkuhnya. Cukup lama sampai ia melepaskannya. Keduanya bertatapan.

Sejurus kemudian, Akesh mendekatkan wajahnya. Melumat lembut bibir Nalaya. Mata Nalaya membulat. Namun akhirnya ia mengikuti permainan Akesh.

Mereka saling menyesap, bertukar saliva. Lidah Akesh mengabsen setiap gigi Nalaya. Setelah puas, ia menatap orang di depannya. Kemudian dengan cepat menghirup ceruk leher orang yang lebih muda.

"Gue baru tahu kalo lo ternyata sewangi ini."

Pipi Nalaya bersemu merah.

"Jangan gemes-gemes dong, hati gue yang repot."

Setelah berkata demikian, Bibir Akesh menuju leher Nalaya. Ia menggigitnya perlahan tapi cukup lama. Sudah pasti membekas merah. Tak puas dengan satu tempat, ia menandai tempat lainnya.

Malam ini Nalaya berpikir bahwa Akesh seperti vampir.

"Ahhh... Kak, mau sampe kapan lo gigit leher gue? Sakit tahu," Nalaya memukul pelan dada Akesh.

"Kenapa lo seimut ini sih?"

Akesh bicara dengan suara rendahnya. Matanya menatap tajam penuh intimidasi, bak elang yang mengincar mangsanya.

Nalaya agak bergidik ngeri, tapi ia justru tersenyum menggoda sang jantan.

"Nala, gue mau di sini malam ini, ya?"

Mana bisa wanita itu menolaknya? Selanjutnya, Nalaya mendesah sampai pagi. Tak ada gunanya memohon ampun, karena itu justru membuat Akesh makin bringas.

1
Syiffitria
hayoloh ngobrol apaan tuh ntrrr/Facepalm/
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
1 bunga untuk kakak
piyo lika pelicia
mengaduh.
piyo lika pelicia
hhh dasar temen yang lemes
piyo lika pelicia
1 bunga meluncur
mooty moo: thank you 🌟
total 1 replies
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
dasar wanita yang gak tau berterimakasih 😒
mooty moo: ahahaha biasalah
total 1 replies
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
is ganggu aja ni Kunti 🙄😒
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
ciee ada yang malu nih 🤭
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
piyo lika pelicia
jangan mencintai orang yang tidak mencintaimu
piyo lika pelicia
"Emang
piyo lika pelicia
1 iklan untuk mu
piyo lika pelicia
"Restoran mahal"
piyo lika pelicia
"Menurut gue
piyo lika pelicia
"Lo tau kan
piyo lika pelicia
1 bunga untuk mu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!