NovelToon NovelToon
Bidadari Penghapus Luka

Bidadari Penghapus Luka

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / nikahmuda
Popularitas:7.3M
Nilai: 4.5
Nama Author: ujungpena90

Hasna berusaha menerima pernikahan dengan seorang laki-laki yang tidak pernah ia kenal. Bahkan pertemuan pertama, saat keduanya melangsungkan akad nikah. Tak ada perlakuan manis dan kata romantis.

"Ingat, kita menikah hanyalah karena permintaan konyol demi membalas budi. jadi jangan pernah campuri urusan saya."
_Rama Suryanata_


"Terlepas bagaimanapun perlakuanmu kepadaku. Pernikahan ini bukanlah pernikahan untuk dipermainkan. Kamu telah mengambil tanggung jawab atas hidupku dihadapan Allah."
_Hasna Ayudia_

Mampukah Hasna mempertahankan keutuhan rumah tangganya? Atau justru menyerah dengan keadaan?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ujungpena90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Sekelebat bayangan menyakitkan kembali menari nari memenuhi pikiran Rama. Rasa nyeri seketika menyeruak dihati lelaki dua puluh sembilan tahun itu. Rasa sakit, benci dan marah atas penghianatan kembali muncul dan menorehkan luka.

Terluka atas penghianatan perempuan yang sangat ia cintai. Perempuan yang tega meninggalkannya tanpa kata perpisahan, dan bersanding dengan orang lain.

"Bagaimana, sayang?" suara Bu Diana membuat Rama kembali fokus dengan pembicaraan mereka.

"Ya, Rama setuju." jawaban yang begitu lancar terdengar, namun begitu berat ketika ia ucapkan.

Kedua orang tuanya begitu lega setelah mendengar jawaban yang diberikan oleh sang putra.

"Mama senang mendengarnya, kalian pasti hidup bahagia." ucap mamanya dengan tulus.

"Sesekali jadwalkan pertemuan kalian, agar kalian bisa mengenal lebih dekat."

Rama hanya menanggapinya dengan senyuman yang dipaksakan. Setelahnya tak ada obrolan lagi yang terdengar. Ketiganya kembali fokus dengan makan malam.

***

Langit nampak gelap dengan dengan kerlipan bintang yang menghiasi. Seorang laki laki menatap kosong ke arah langit yang begitu cerah malam ini.

Flashback

Sepasang kekasih tengah berbincang disebuah restoran kekinian yang berada tak jauh dari pusat kota. Seorang pemuda dengan tatapan begitu memuja terhadap gadis dihadapannya. Gadis berparas cantik dengan segala kesederhanaan yang dimilikinya.

Hari ini tepat tiga tahun mereka menjalin hubungan. Dan tepat tiga tahun pula Rama, pemuda itu mendampingi perayaan ulang tahun Resty, sang gadis pujaan.

Tak ada perayaan istimewa, hanya makan malam biasa dengan ditemani mini cake yang berlilinkan angka tiga di atas nya.

"Aku harap, semoga hubungan kita terjalin selamanya. Sampai kita menua bersama." ucap Rama yang disambut dengan senyuman manis dibibir Resty.

"Jangan pernah lepaskan genggaman tangan kita." Rama meraih jemari Resty yang duduk berhadapan dengannya.

"Aku ingin jemari kita tertaut selamanya. Kamu akan selalu menjadi bagian dari perjalanan hidupku. Aku ingin kamulah yang mendampingiku hingga kita menua bersama." lanjut pemuda itu.

Rona bahagia begitu terpancar di wajah keduanya.

"Apa itu artinya kamu akan segera melamarku, sayang?" tanya Resty disela sunyumannya.

"Ya, aku akan segera melamarmu setelah aku mendapatkan kesuksesan. Aku tengah merintis usahaku sendiri. Agar aku bisa menjadi laki laki yang dapat dibanggakan. Tunggulah aku." jawab Rama penuh keyakinan.

Dengan anggukan penuh kepastian, Resty menjawab perkataan Rama.

Namun kebahagiaan mereka tak bertahan lama. Tiga bulan kemudian, Rama menerima sebuah undangan pernikahan berwarna ungu muda yang diantarkan ke kediamannya.

Tercetak dengan jelas nama bertuliskan dengan tinta emas itu. Nama perempuan yang dicintainya. Perempuan yang telah berjanji menunggu kesuksesannya. Perempuan yang telah berjanji akan menemani hingga tua.

Lebih terkejut lagi nama yang disandingkan dengan perempuannya itu. Nama seorang pria yang bahkan lebih pantas dipanggilnya dengan sebutan ayah. Rama mengenalnya karena pria itu salah satu relasi bisnis sang papa.

Tak menunggu lama, Rama pun segera menghubungi Resty untuk menuntaskan rasa penasarannya. Ia ingin memastikan kebenarannya. Ia berusaha untuk memperjuangkan cintanya itu. Namun sungguh apa yang diucapkan gadis itu mampu melukai harga dirinya sebagai laki laki.

"Maaf Rama, aku tidak bisa menunggumu lebih lama lagi. Aku butuh kepastian. Akan terlalu lama jika menunggumu meraih kesuksesan. Sedangkan ada laki laki yang mampu membuatku memiliki segalanya. Kehormatan, kebahagiaan,........dan kemewahan."

Ucapan Resty benar benar membuatnya berada di titik terendah dalam hidupnya. Perempuan yang diharapkan akan menemaninya berjuang dari nol, justru mengkhianati kepercayaannya.

Entah sejak kapan, Resty mengenal pria yang akan dijadikannya suami itu. Mengapa begitu cepat perempuan itu berpindah ke lain hati? Sungguh, memikirkannya saja membuat hatinya semakin terluka.

Sosok yang dulunya hangat, berubah menjadi pribadi yang begitu dingin. Hati yang dulunya penuh cinta, seketika membeku.

Flashback off.

Mengingat itu semua membuat hatinya berdenyut nyeri. Walaupun kejadian itu cukup lama, tapi luka tetaplah luka. Akan selalu berbekas meski telah berlalu lima tahun lamanya.

Refleks kedua tangannya mencengkeram kuat teralis pembatas balkon, hingga buku buku tangannya terlihat memutih. Rahangnya mengeras. Nafasnya pun terdengar begitu berat.

Diam diam Nayla memperhatikan saudara lelakinya itu dari balik tirai jendela kamarnya. Gadis itu tau apa yang tengah menjadi pikiran kakaknya sekarang.

Dalam lubuk hatinya yang terdalam, ia selalu mendoakan kebahagiaan sang kakak. Dia merindukan sosok Rama yang dulu.

***

Praaakkk

Brukkk

"Astagfirullahal 'adzim, bapak." pekik mbak Marni siang itu.

Pak Rusdi tak sadarkan diri setelah tiba-tiba terjatuh diruang tengah. Dengan tergesa mbak Marni menghampiri pak Mamat, sopir sekaligus keamanan dirumah kakek Rusdi.

"Pak Mamat.... bapak....bapak...." ucap mbak Marni sambil menunjuk ke arah rumah. Nafasnya terdengar memburu dengan ucapan yang terdengar ambigu.

"Bapak, kenapa Mbak? Tenang dulu, saya jadi nggak ngerti." ucap pak Mamat

Mbak Marni sejenak mengatur nafasnya sebelum berucap lagi.

"Bapak, terjatuh. Sekarang tidak sadarkan diri."

"Innalillahi... Dimana Bapak sekarang?" tanya pak Mamat tak kalah cemas.

"Ada di ruang tengah."

Keduanya segera berlarian menuju ke dalam rumah. Tak berpikir panjang, pak Mamat yang dibantu mbak Marni segera membawa kakek ke Rumah Sakit.

"Mbak, jangan lupa kabari mbak Hasna. Pelan-pelan saja ngomongnya, biar mbak Hasna nya tidak sampai panik." ucap pak Mamat sembari fokus menyetir.

"Aduh... Sepertinya hape saya ketinggalan." ucap mbak Marni sambil menepuk pelan keningnya.

"Pakai hape saya saja." ucap pak Mamat sambil menyerahkan ponselnya pada mbak Marni yang duduk di kursi penumpang.

"Aduh...iki piye toh, tombolnya kok malah lari-lari gini." gerutu wanita itu.

Saking paniknya, ia jadi tak bisa menggunakan ponsel dengan benar. Setelah menemukan kontak Hasna, segera ia menghubungi cucu majikannya itu.

Dengan sangat hati-hati, mbak Marni memberitahukan kondisi kakek. Memilih kata yang tepat agar tidak sampai Hasna menjadi overthinking.

"Innalillahi.... Kondisi kakek gimana sekarang, mbak?" terdengar kepanikan dari suara Hasna diseberang telepon.

"Bapak tidak sadarkan diri, mbak. Sekarang lagi perjalanan ke Rumah Sakit."

"Ya sudah, Hasna akan segera menyusul kesana."

***

Dengan langkah sedikit lebar, Hasna menuju IGD tempat kakeknya mendapat pertolongan pertama.

Perasaan gadis itu sungguh campur aduk. Namun rasa takut begitu mendominasi.

Rasa takut kembali kehilangan orang-orang yang begitu dicintainya, seketika menari-nari memenuhi pikirannya.

Tiga belas tahun yang lalu, didepan ruangan yang sama, ia pernah kehilangan dua orang yang begitu ia sayangi. Ia tak mau jika kejadian dimasa lalu terulang kembali. Ia benar-benar tidak siap.

Segera ia tepis pikiran-pikiran buruk yang bersarang di pikiran nya saat ini. Dengan sedikit kasar ia menghapus jejak air mata yang mulai menggenangi kedua matanya.

"Mbak Marni, gimana keadaan kakek? Kenapa bisa seperti ini? Apa yang dokter katakan?" Hasna langsung memberondong asisten rumah tangganya dengan pertanyaan.

Pak Mamat yang berdiri tak jauh dari mbak Marni akhirnya angkat suara. Karena jika dalam kondisi panik seperti ini, rekannya itu tak akan bisa menyampaikan informasi dengan baik.

"Maaf mbak, tadi pak Rusdi tiba-tiba terjatuh di ruang tengah. Padahal sebelumnya beliau sempat membaca koran didepan sambil minta saya temani. Sekarang bapak sedang ditangani oleh dokter." jawab pak Mamat dengan hati-hati.

Cklek...

Atensi ketiganya teralihkan saat pintu ruang IGD terbuka. Seorang dokter paruh baya keluar dari ruangan itu. Dokter Hasan, dokter yang menangani kakek selama ini.

"Dokter, gimana keadaan kakek saya? Beliau sakit apa?" tanya Hasna dengan tidak sabar.

"Pak Rusdi mengalami serangan jantung, dan sebelumnya juga beliau sempat mengalaminya. Kondisi beliau drop saat ini. Kami akan mindahkan ke ruang ICU agar bisa dipantau secara intensif. Berdoalah, semoga beliau baik baik saja." jawab dokter itu dengan tenang.

"Tolong lakukan yang terbaik untuk kakek saya dokter." ucapnya dengan bibir yang bergetar.

Beberapa saat kemudian, kakek dipindahkan ke ruang ICU untuk dipantau perkembangannya.

Beliau meminta agar Hasna menghubungi keluarga pak Andi. Dan itu sukses membuat Hasna kembali berfikiran buruk. Namun tak ada pilihan lain selain menuruti keinginan kakeknya.

Segera ia menghubungi keluarga calon suaminya itu, mungkin saja ada yang ingin kakeknya sampaikan kepada mereka.

***

Salam kenal semuanya. Mohon dukungannya ya, ini karya pertama aku. Mungkin masih banyak sekali yang perlu diperbaiki. Mohon masukan dan sarannya ya manteman. Makasih😘

1
Alfiyah Hasna
LM bgt tor sadar nya,bikin geram ja
Atma Inatun Nikhma
terima kasih atas karyanys....
sebuah kisah yg bagus....
Alfiyah Hasna
knp g di biar kan mati aja,g ada jg hdp manusia yg g bs bersukur itu,neraka dah siap menunggu Tampa kt man robbuka lagi
Alfiyah Hasna
mending g Ush cerita kehidupan Tomi dam Marisa lagi bikin emosi ja baca nya masak g berubah2kata tersentuh hati nya karna perlakuan tulus Tomo kok g ada berubah2.emosi jiwa ku membaca nya
Hoiriyah
Luar biasa
MR
22rd wa 2d32d 55 4B7A2222224w2c
Ida Erwanti
Luar biasa
Amilia Indriyanti
wanita karir punya uang tanpa art. cari masalah. sok kuat
Atma Inatun Nikhma
Luar biasa
Sri Wahyuni
lumayan
Lusi Kurniawati
jijik bingit liat marissa
Lusi Kurniawati
semoga gak berhasil
Tati Suwarsih
intinya harus tabayyun
Tati Suwarsih
itulah akibat dari ketidak terbukaan antara suami istri
Tati Suwarsih
wooow...marisa ngarep
Lusi Kurniawati
banyak yg mengagumi istrimu Rama
babygirl♡
mampir kak..
babygirl♡
punten..
Dewi Dama
baca nya di lengkap2pin...ber tele2 hangat...
Vitriani
Lumayan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!