Di jual oleh Bapak dan di beli Dosen tampan.
Kinayu, gadis berumur 22 tahun di jadikan sebagai alat penebus hutang. Menjadi istri dari Yudha Prasetya, yang ternyata adalah seorang dosen serta anak dari pemilik kampus tempatnya menimba ilmu.
Kenyataan pahit harus kembali ia terima saat dirinya mengetahui fakta jika ia bukan yang pertama. Bahkan harus tinggal satu atap dengan istri pertama.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka?
Apakah Kinayu kuat saat ia tau tujuan Yudha menikahinya?
Ig: weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Malam ini tak ada jatah, tak ada kehangatan dan Yudha pun tak memaksa seperti malam-malam sebelumnya. Setelah Kinayu tenang dan tertidur pulas di pelukan, ia segera turun dari ranjang dan mengambil serpihan ponsel yang sudah tak berwujud.
Yudha menghela nafas berat, baru kali ini ia menyesali perbuatannya. Kenapa juga harus semarah itu, hingga merusak ponsel Kinayu. Yudha mengambil semua yang masih tersisa termasuk mesinnya.
Kinayu tak mau yang baru dan hanya ingin ponselnya yang lama, bertapa sulitnya mengembalikan yang sudah pecah. Bagiamana mungkin? Yudha menatap nanar bangkai ponsel itu kemudian membawanya ke kamar.
Keesokan hari tampak jelas raut kekecewaan di wajah Kinayu. Sepertinya ponsel yang rusak mengalahkan saat mendapat kabar harus menikah dan putus dari Satria.
Sejak tadi Yudha memperhatikan di sela sarapan. Kinayu begitu murung tapi tetap berusaha mengehabiskan isi piringnya. Pamit seperti biasa kemudian berangkat dengan hati tak karuan. Yudha terus menyorotnya hingga suara motor menjauh dari telinga.
"Bagaimana?"
"......"
"Usahakan! akan aku bayar seberapapun itu!"
Tut
Yudha menghela nafas berat, bodoh memang jika meminta sesuatu yang tak mungkin bisa kembali lagi. Tapi melihat Kinayu dengan wajah sendu membuatnya tak nyaman.
"Perasaan macam apa ini...."
Dalam pelajarannya juga Kinayu tak luput dari pantauan Yudha, Kinayu lebih banyak diam menatap ke depan. Tidak seperti biasa ia akan banyak bertanya saat ia rasa tidak paham dan menjawab pertanyaan dengan semangat ketika mahasiswa lain berlomba akan ikut menjawab.
BRAK
"Kamu bisa fokus tidak?" sentaknya.
Tidak hanya Kinayu, tapi yang lain pun terjingkat mendengar gebrakan dari meja yang sengaja Yudha layangkan.
Kinayu mulai menatap mata tajam Yudha dengan penuh keberanian. Ia menatap datar Yudha yang entah kenapa tiba-tiba emosi padahal ia tidak sibuk sendiri apa lagi tidur dalam kelas.
"Bapak mau bertanya apapun, saya bisa menjawabnya!"
Ntah keberanian dari mana, Yudha pun di buat tak menyangka. Ia pikir Kinayu akan minta maaf seperti biasanya atas kelalaian yang ia buat. Tapi ternyata tidak, justru menantangnya. Seringai tipis tercetak samar hingga tak ada yang melihat.
Dan benar saja, lima pertanyaan yang Yudha berikan mampu di jawab dengan sempurna tanpa kendala. Padahal sejak tadi ia tau Kinayu diam memperhatikan tapi otak kosong tak ada di tempat.
"Kamu ke ruangan saya sekarang! bawa seluruh makalah teman mu!" Perintah Yudha kemudian segera keluar kelas setelah 90 menit mengajar.
"Kinayu kamu bisa nggak bawanya? ini banyak loh!" Novi dan Arum tidak yakin Kinayu bisa membawa tumpukan makalah itu, apa lagi ruangan Yudha yang terletak di lantai atas. Mereka berdua bersyukur tak dijadikan asisten dosen setelah melihat tugas yang Yudha berikan tak main-main.
"Pak ganteng minta di tampol pake lidi!" celetuk Arum.
"Hush! mana ada di tampol pake lidi. Yang ada tuh di sabet! ngadhi-ngadhi dech!" Novi cekikikan dan Kinayu hanya diam.
"Kenapa sich? merengut aja?" Tanya Arum lembut, sebenarnya kedua sahabatnya tau jika Kinayu tak baik-baik saja. Tapi ingin menanyakan sepertinya waktu belum pas.
"Apa masih memikirkan yang kemarin?" Novi dengan ragu bertanya tapi jawaban Kinayu hanya gelengan kepala kemudian beranjak dari mejanya mengambil makalah yang ada di meja dosen untuk ia bawa keruangan Yudha. "Beneran bisa?"
"Hhmm...."
"Itu dia kenapa ya? lagi sariawan apa bagaimana?" keduanya melihat Kinayu susah payah berusaha membawa tumpukan itu.
Novi mengangkat kedua bahu tidak tau. Tapi memang ada yang harus di cari tau karena Kinayu seperti menutupi sesuatu.
Di ujung koridor ia bertemu dengan Satria, pria itu baru datang karena ada jadwal siang. Melihat Kinayu dan memperhatikan hingga langkah Kinayu mendekat.
"Mau aku bantu?" tanyanya saat Kinayu sudah di hadapannya.
Kinayu sejak tadi diam menunduk, ia kembali menengadah kepala menatap Satria yang menatapnya begitu dalam.
Kinayu menggelengkan kepala dan memilih untuk bergeser dan melangkah kembali hingga meninggalkan Satria yang merasa diamnya Kinayu karena kejadian di toko buku.
Sampai di ruangan Yudha, Kinayu segera meletakkan tumpukan makalah itu dan keluar dari ruangan itu begitu saja. Tapi dengan cepat Yudha menariknya hingga menubruk dada.
"Saya mau kembali ke kelas pak!" lirih tapi penuh penegasan.
"Aku akan memperbaiki ponselmu, tunggulah dan jangan terlalu kamu pikirkan!" ucapnya dengan menatap wajah murung Kinayu.
"Terima kasih. Memang sudah menjadi kewajiban bapak."
Yudha tersenyum tipis, ucapannya di terima baik oleh Kinayu. Dia tampak berani tapi penuh kehati-hatian.
"Kewajibanku adalah menggantinya dan membelikan yang baru. Bukan memungut bangkai yang sudah ku buang. Aku tau itu berarti karena di beli dengan hasil tabunganmu. Dan aku minta maaf telah menghancurkannya. Tapi apa kamu sadar di saat suami tak merestui lalu marah kerena miliknya di usik. Seharusnya tugas istri menenangkan bukan justru merajuk berkepanjangan."
Kinayu terhenyak, bahkan ia melupakan siapa penelpon semalam. Walaupun dari gaya bicara Yudha ia bisa menangkap jika lawan bicaranya adalah Satria.
"Siapa yang meneleponku semalam Pak?"
Yudha tersenyum miring, lalu mengusak rambut Kinayu dan duduk di sofa.
"Segitunya sampai kamu melupakan siapa yang meneleponmu?" Yudha menarik nafas dalam kemudian menoleh Kinayu yang masih berdiri di belakangnya.
"Mantan pacarmu yang ingin menebusmu dan merampasmu dari tangan suamimu!"
Dugaannya tepat, tapi yang Kinayu tak habis pikir adalah keberanian Satria melawan Yudha. Apakah jika Satria tau suaminya dosen baru di kampus sekaligus anak dari pemilik kampus dia masih berani melawan.
"Kenapa bapak marah?" tanya Kinayu tak mengerti karena kemarahan Yudha yang tak seperti biasa.
Yudha berdiri kembali dan mendekati Kinayu, dia pun tak paham mengapa bisa semarah itu. Yudha berdiri dengan menatap Kinayu dan mengunci pandang. Baru kali ini Kinayu berani mengangkat kepala dan menatap jelas wajah Yudha dengan jarak begitu dekat.
"Aku tidak suka milikku di rebut orang lain!" bisiknya.
"Apa itu berlaku juga pada mbak Silvi?"
"Apa kamu merasa besar kepala?" tanyanya Yudha lagi.
"Justru saya merasa heran kenapa saya bisa sebanding dengan mbak Silvi sedangkan anda menikahi saya hanya untuk memanfaatkan tubuh saya saja." Lirih penuh kelembutan tapi cukup membuat Yudha terdiam.
"Apa bapak mulai cemburu?" tanyanya lagi dengan keberanian yang Yudha pupuk pada dirinya. Tapi dalam penyampaian yang lembut dan tutur kata yang halus. Hingga terdengar merdu walaupun terselip penekanan di setiap kata.
"Sudah mulai berani menilaiku? tau apa tentang aku? hatiku bahkan sudah membeku!"
"Jika begitu kenapa harus marah dan merusak? apa bapak lupa caranya berkata kasar dengan sikap dingin yang membuatku terancam?"
Yudha mengikis jarak hingga hidung keduanya bertemu. "Aku bahkan tidak lupa jika kamu mulai berani karena atas ijinku! tapi sepertinya kamu lupa jika yang kamu hadapi adalah suamimu! apakah harus ada alasan yang tertulis jika alasan yang tersirat sudah jelas! kamu pintar dan kamu pasti paham!"
terima kasih
saat membacanya aqu 😭😭😭
karna samaa