Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 - Undangan
"Pak Alex bangun, Pak. Pak Alex!" Ucap Jo membangunkan seorang pria yang meringkuk di atas tempat tidur.
"5 menit lagi, Jo." Ucap pria bernama Alex itu yang makin bergumul dengan selimutnya. Ia sungguh enggan untuk meninggalkan tempat tidur empuk ini.
"Alex, ayo cepat bangun! Alex.. Alex...!!!" Jo tampak kesal, ia pun menarik selimut yang membuat Alex jadi terpaksa membuka matanya dengan malas.
Alex melihat Jo dengan sinis, temannya itu pagi-pagi sudah membuat keributan. Mengganggu tidurnya saja.
"Tolong buatkan aku nasi goreng dan teh hangat, Jo!" Pinta Alex sambil perlahan merenggangkan tangannya lalu menguap panjang.
"Bangunlah, Lex! Kembalilah ke asalmu. Jangan menyuruhku!" Ucap Jo kesal.
Alex datang ke apartemennya saat tengah malam dan memaksa menginap. Pria itu lalu menguasai area kamarnya, hingga membuat dirinya harus rela tidur di sofa ruang tamu.
"Aku tidak akan mengeluarkan bonusmu!" Ancam Alex dengan santai.
"Kita sekarang tidak sedang berada di kantor, Lex. Ayo cepat bangun! Bangunlah, Alex!" Jo menarik paksa Alex. Dengan terpaksa pria itu pun bangkit dari tempat tidur empuknya.
"Lihat saja saat berada di kantor, aku akan melakukan itu bahkan akan memotong gajimu hingga tidak ada yang tersisa!" Alex menunjukkan senyum sinis.
Jo menghembus nafas kasar. "Kenapa aku punya teman sepertimu? Salah, kenapa aku mau berteman denganmu?"
Alex pun terkekeh mendengar dumelan sahabatnya itu. Walau sering mengancam Jo, tapi Alex tidak pernah serius dengan ucapannya.
Beberapa saat pun berlalu, Alex menghirup aroma secangkir teh yang dihidangkan Jo. Lalu meminumnya perlahan. Rasa hangat dan manis terasa di tenggorokannya. Ia pun memakan nasi goreng buatan Jo. Walaupun rasanya biasa saja, tapi jadilah untuk menganjal perutnya.
"Kurang garam ini, Jo. Nasi goreng ini juga akan bertambah enak jika kau tambahkan potongan sosis, ayam-"
"Tidak usah kau makan!" Potong Jo cepat. Alex banyak tingkah. Tinggal makan saja banyak protes.
"Aku akan memakannya. Aku menghargaimu, kau sudah bersusah payah memasakkan untukku." Ledek Alex dengan tersenyum setengah mengejek.
Jo menarik nafas berat, Alex benar-benar membuat kesal. Ia harus selalu sabar dan bersabar.
Mata Jo masih menatap teman yang merangkap atasannya itu. Jika ada masalah Alex pasti menginap di apartemennya.
"Mona lagi?" Tanya Jo memastikan, ia akan mengalihkan topik dari nasi goreng itu.
Alex tidak menjawab, ia masih melahap sarapannya.
Melihat Alex hanya diam, Jo tidak membahas lagi. Jika Alex akan bercerita, ia pasti akan mendengarkannya. Tapi jika Alex tidak mau cerita, Jo juga tidak akan memaksa.
"Aku harus melupakan Mona, Jo." Ucap Alex tiba-tiba.
Jo yang akan menyendokkan nasi goreng ke mulutnya melirik Alex sejenak.
"Ada apa?" Tanya Jo yang jadi penasaran.
Alex sudah lama menyukai wanita yang bernama Mona. Temannya itu sudah sering mengungkapkan perasaannya, tapi selalu penolakan yang diterima dari wanita itu. Sekarang Alex ingin melupakan Mona, apa Alex sudah lelah hingga memilih mundur saja.
"Jo, kenali wanita padaku. Yang cantik dan bisa menerima aku." Ucap Alex sambil tertawa sumbang.
"Kau hanya perlu menunjuk saja mana yang kau mau. Mereka tidak akan menolakmu!" Ucap Jo yang tahu, jika tidak mungkin ada wanita yang menolak pesona seorang Alex.
"Tapi, aku sudah ditolak!" Sanggah Alex cepat.
Setelah sarapan Alex duduk di sofa sambil menonton tv. Ia menonton kartun kucing dan tikus yang selalu bertengkar dan kejar-kejaran.
Jo yang baru keluar dari kamarnya menggelengkan kepala melihat apa yang ditonton pria itu. Alex masih suka menonton tontonan bocah.
"Mau ke mana kau, Jo?" Tanya Alex yang melihat Jo sudah rapi dan wangi. Temannya itu seperti akan pergi ke acara resmi.
"Aku mau undangan. Guru SMAku mengundangku, hari ini pernikahan putrinya." Jelas Jo sambil merapikan penampilannya.
"Kau pergi sama siapa? Rani?" Tanya Alex memastikan, apa Jo akan pergi dengan kekasihnya.
"Aku pergi sendiri. Rani sedang di rumah neneknya." Jo memakai sepatu yang sudah disemirnya hingga kinclong.
Senyum di wajah Alex pun terbit. "Aku ikut undangan denganmu ya, Jo!"
"Tidak, aku pergi sendiri saja!" Tolak Jo cepat. Ia tidak mau undangan berdua dengan Alex. Ini saja ia terpaksa harus datang, karena guru SMA yang mengundangnya. Jika tidak, Jo pun enggan untuk pergi.
"Ayolah, Jo. Aku ikut!" Paksa Alex. Ia tidak tahu mau pergi ke mana hari ini. Mau kembali ke apartemennya, sudah pasti ia hanya akan rebahan seharian.
"Ngapain kau ikut? kau juga nggak kenal lho, Lex!" Jo enggan membawa temannya itu.
"Kau kan kenal, Jo. Ayolah, Jo! Ajaklah temanmu yang tampan ini. Kau jangan pelit, mau makan enak nggak ngajak-ngajak aku!" Alex pun tetap memaksa. Ia ingin tetap ikut pergi undangan.
"Kalau mau makan enak, pergi sana ke restauran, Alex!" Ucap Jo penuh penekanan.
"Aku ikut, Jo! Apa kau tega meninggalkan temanmu seorang diri disini? Ajaklah aku Jo! Aku sedang galau." Alex makin memelas sambil mengedipkan mata.
"Tidak, Lex! Tidak! Pulanglah ke asalmu!" Jo enggan akan mengajak Alex.
"Ayolah, Jo!" Alex tetap memaksa.
"Tidak, Alex!" Jo menggeleng cepat.
"Mana tahu aku di sana ketemu jodohku." Alex sengaja menaik turunkan alisnya.
"Jodoh apa? ini undangan bukan cari jodoh!" Jo segera menyanggah ucapan Alex. Cari jodoh apaan? ia saja hanya berniat datang sebentar lalu segera pulang. Ibarat hanya menyetor wajahnya saja. Menghargai undangan gurunya itu.
Alex tetaplah Alex. Pria tampan itu terus memaksa Jo untuk mengajaknya undangan. Hingga akhirnya Jo pun mengalah. Alex akan terus memaksa jika menginginkan sesuatu.
"Baiklah." Jo menghela nafasnya kasar.
"Ok, siap meluncur!" Dengan semangat Alex pun segera berlari memasuki kamar Jo, ia akan memakai pakaian Jo saja. Ia tidak sempat kembali ke apartemennya untuk mengambil pakaian. Temannya itu bisa saja meninggalkannya.
Dan tidak sampai 5 menit Alex sudah keluar dari kamar itu.
"Ayo, Bro... cabut!!! Aku sudah lapar!"
"Apa kau tidak mandi?" Tanya Jo merasa aneh. Alex membenarkan kemejanya lalu menyemprot banyak parfum.
"Untuk apa aku mandi? Aku sudah tampan kok!" Ucap Alex dengan pedenya.
"Alex!" Jo tidak habis pikir Alex akan pergi undangan tanpa mandi terlebih dahulu.
"Kita mau pergi undangan. Mandilah dulu!" Jo memaksa Alex untuk mandi.
"Tidak, saat aku mandi kau akan pergi undangan sendiri!" Alex menolak untuk mandi.
"Tidak, aku akan menunggu. Kau mandi jangan lama-lama juga. Kalau pakai luluran segala aku tinggallah."
"Aku tidak akan mandi. Kau lihat sendiri tidak mandi saja aku sudah tampan, bagaimana jika aku mandi? Bisa-bisa para tamu undangan akan silau melihatku!" Ucap Alex dengan pede tingkat dewanya.
"Astaga... terserahmu lah!" Jo pun melangkahkan kaki keluar apartemen.
"Maklum saja Jo, aku ini pria tampan dari dalam kandungan."
.
.
.
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘