NovelToon NovelToon
Where Are You?

Where Are You?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Agnettasybilla

Kalea Ludovica—murid paling keras kepala seantro SMA Bintang dan salah satu murid yang masuk dalam daftar jajaran murid paling disegani disekolah. Masa lalunya yang buruk karena sering dikucilkan keluarga sampai kematian sang adik membuatnya diusir dari rumah ketika masih berusia tujuh tahun.
Tuduhan yang ia terima membuat dirinya begitu sangat dibenci ibunya sendiri. Hingga suatu ketika, seseorang yang menjadi pemimpin sebuah geng terkenal di sekolahnya mendadak menyatakan perasaan padanya, namun tidak berlangsung lama ia justru kembali dikecewakan.

Pahitnya hidup dan selalu bertarung dengan sebuah rasa sakit membuat sebuah dendam tumbuh dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 19

"Lo udah lihat sendirikan gimana dekatnya GS dengan Kalea. Lo lihat itu kan?" tandas Kiara tampak marah menatap Clara.

"Kenapa lo malah nyalahin gue sih, kalau lo suka juga sama Gabriel ya mending lo yang gerak lebih dulu. Kerjaan lo nyalahin orang ajah," kesal Clara membuat Kiara menjambak rambut Clara tiba-tiba.

"Jaga omongan lo ya. Tanpa bantuin gue lo gak bakalan bisa dekat sama Gabriel, camkan itu!!"

***

Pelajaran kesenian di jam kedua ini dimulai dengan materi bernyanyi. Bagi mereka yang punya bakat bagian menyanyi pasti akan gampang melewatinya. Berbeda dengan mereka yang sama sekali tes vocal saja sudah gagal apalagi bernyanyi pasti hancur sebelum dimulai.

"Gawat nih. Belum juga maju kaki gue udah gemetaran," ujar Ana. Gadis yang tak ada bagus-bagusnya bernyanyi selama semester ini. Sering mendapat nilai pas-pasan dari Bu Sondang.

"Santai ajah dong..." ujar Letta.

"Lo enak, suara lo bagus. Gue? tikus ajah dengarnya pasti kejang-kejang," balas Ana membuat Letta menahan tawanya.

Tatapan horor Bu Sondang begitu tajam menatap mereka bergantian. Guru dengan sanggup besar ditambah kaca matanya membuat seisi kelas kadang menertawai beliau.

"Kita mulai dari sebelah kanan saya," ujar Bu Sondang. Ana tersadar dari adu mulut dengan Letta dan melotot.

"Mati kan gue. Gue mau nyanyi apa coba, astaga—memang buat jantung gue olahraga ajah tuh guru," ujar Ana kesal lalu bangkit dari bangkunya.

"Ayo maju Ana!" perintah Bu Sondang.

"S-saya bu..." tunjuk Ana dengan jarinya.

"Siapa lagi kalau bukan kamu? Yang namanya Ana hanya ada satu di kelas ini. Cepat maju!!"

Ana melangkah lesuh menghadap teman-temannya. Ia tidak ambil pusing hal ini, segera lagu andalannya selama semester ini ia nyanyikan kembali. Masa bodoh dengan nilai 7,8. Penting ia bernyanyi.

"...pelangi - pelangi..."

"...alangkah indahmu..."

"...merah - kuning - hijau... "

"...di langit yang biru...pelukis-"

"Baiklah Ana, cukup! Silahkan kembali ke kursimu.." potong Bu Sondang begitu saja. Sebelum bait terakhir selesai, Beliau sudah menyuruh Ana kembali ke tempat duduk. Ana membatu tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Saya belum selesai bernyanyi bu," kata Ana dengan raut wajah sedih.

"Suaramu merusak perasaan Ibu. Apa tidak ada lagi lagu yang kamu tahu selain itu. Tahun ke tahun itu saja lagumu selama mata pelajaran saya."

"Jangan gitu Bu. Setidaknya kan saya nyanyi."

"Ana .. Ana .. Andai kamu bisa nyanyiin lagu yang lain, ibu bakalan kasih nilai 90 untukmu."

"Ish! Ibu mah gak bisa gitu. Lagu pelangi itu lagu Ana mulai dari kecil Bu. Gak bangat deh Bu!" sindir Ana. Lambenya mulai berkoar.

Para siswa yang melihat kelakuan murid dan guru hanya menggeleng saja. Kalau saja ada perlombaan adu mulut, Ana bisa diandalkan di barisan paling depan.

***

Ana menghentakkan kakinya kesal sepanjang koridor sekolah. Sesekali gadis itu memanyunkan bibirnya dan menggerutu sendiri. Ia membentak orang-orang yang heran melihatnya.

"Udah deh, An. Ngapain lo marah-marah gak jelas gini," ujar Letta.

"Biarin ajah. Gue lagi kesal nih sama Bu Sondang."

"Kesal gimana, syukur nilai lo segitu. Coba bayangin dibawah KKM, kan mampus jadinya," kata Ana.

"Iya tapi kan gue udah nyanyi sampai 5 bait gitu, dikasih penghargaan ini sama sekali engga ada."

"Terserah lo deh," balas Letta. Ia sudah kesal dengan Ana. Harusnya dia mendengar nasihatnya, tetapi sama saja. Berdebat dengan Ana tidak ada gunanya.

"Yaudah, kita kantin ajah, yuk. Mumpung masih ada limabelas menit lagi," sela Kalea mengakhiri persoalan kedua temannya.

Mereka pun berjalan menuju kantin. Berbeda dari hari biasanya, kantin sekolah terlihat sepi. Hanya ada beberapa siswa yang duduk menyantap makanan. Di sudut kantin juga tak terlihat kelompok yang sering duduk disana menempati meja kosong itu.

"Kok sepi ya. Biasanya nih kantin ngalahin pasar ramenya," ujar Ana mengerutkan keningnya. "Gak ada uang makanya sepi," sambung Letta.

"Iya juga ya."

Saat ini ketiga gadis itu tengah menikmati menu siang mereka di sebuah meja dekat jendela dengan tiga kursi sesuai keinginan mereka.

"Tumben udah siang gini, mereka gak nongol. Biasanya kan pasti ke kantin," ujar Ana. Mereka yang dimaksud pun tidak tahu entah siapa.

"Mereka siapa?" tanya Kalea.

"GS and the gengs..." Kalea hanya mengangguk dan ber oh ria saja. Letta menatap pesanan Kalea dengan secangkir cappucino dingin.

"Emang kenyang dibuat cappucino begitu?" lontar Letta menatap Kalea sedang meniup-niup secangkir cappucino panas.

"Gak sih. Gue lagi gak lapar, liat lo berdua ajah gue udah kenyang."

"Lambe mu! Awas ajah kalau lo lapar gak bakal gue temanin ke kantin lagi," kata Letta.

"Kalau makan jangan ngomong!" seru Kalea membuat keduanya kembali fokus dengan makanan mereka.

Selesai dari kantin. Letta, Kalea, dan Ana jalan jalan sebentar menuju taman sekolah yang ditanami beragam bunga, membuat Kalea takjub untuk kesekian kalinya.

Gadis itu tak pernah bosan hanya sekedar berjalan-jalan di sisi taman. Tak jauh dari tempat mereka berdiri, gerombolan tukang bully sekolah melangkah mendekat ke arah mereka. Lihat saja dengan seragam kurang bahan itu. Biar apa coba di ketatin gitu, unfaed bangat. Tatapan sinis dari Clara ditujukan khusus Kalea saja.

"Lo tau itu bunga mawar. Sekali saja lo tertusuk durinya lo bakalan kesakitan," ujar Clara saat melihat Kalea menyentuh bunga mawar yang ada di taman.

"Maksud lo apa?!" tanyanya menatap balik Clara. Clara mendecih.

"Jauhin GS atau lo gue singkirin," decak Clara membuat Letta dan Ana terkejut. Kali ini Letta dan Ana mengamati ekspresi Clara jauh berbeda dari sebelumnya.

"Mata lo rabun ya. Sejak kapan gue sama GS dekat, salah besar lo," tukas Kalea.

"Gue cuman ingatin lo doang, kalau lo dekatin GS lagi, gue gak bakalan tinggal diam. Liat aja apa yang bisa gue lakuin buat cewek keras kepala kayak lo." Clara berlalu di ikuti para maidnya di belakang.

"Bencana ini namanya," gumam Letta dalam hati.

Tidak tau kenapa, Kalea melangkah dari posisinya meninggalkan kedua temannya di belakang. Perkataan Clara mampu membuat kinerja otaknya berpikir lambat. Sampai teriakan Letta dari belakang, ia hiraukan begitu saja.

Kenapa perasaannya sedikit menyesal mengatakan kalau dia tidak dekat dengan GS, padahal akhir akhir ini keduanya memang sering bertemu di taman sekolah juga dirumahnya. Tapi Kalea sama sekali tidak berpikiran jauh kesana.

"KALEA! TUNGGUIN WOI!" teriak Letta dari belakang.

"Kesambet tuh anak jalan sendiri!" ujar Ana menatap kepergian Kalea.

"Kayaknya omongan Clara dimasukin ke hati bangat. Lo lihat kita dah manggil dia malah gak nyahut-nyahut, noleh juga kagak," celetuk Letta.

Kembali dengan Kalea, sebuah kaleng botol ukuran kecil di depannya ia tendang begitu saja. Niatnya tuk membuang pada tempatnya, sayangnya emosinya jauh lebih kuat sampai kaleng kosong itu mendarat bukan pada tempatnya.

"MAMPUS GUE!!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!