NovelToon NovelToon
Batal Nikah

Batal Nikah

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: mama reni

Pernikahan yang sudah didepan mata harus batal sepihak karena calon suaminya ternyata sudah menghamili wanita lain, yang merupakan adiknya sendiri, Fauzana harus hidup dalam kesedihan setelah pengkhianatan Erik.

Berharap dukungan keluarga, Fauzana seolah tidak dipedulikan, semua hanya memperdulikan adiknya yang sudah merusak pesta pernikahannya, Apakah yang akan Fauzana lakukan setelah kejadian ini?

Akankah dia bisa kuat menerima takdirnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Lima Belas

"Ternyata atasan kita adalah pria yang aku maki-maki di kamar mandi tadi," ucap Ana pelan, tapi masih dapat di dengar dengan jelas.

"Apa ...?" tanya Meyda dengan suara keras. Dan lagi-lagi mereka menjadi pusat perhatian karyawan lainnya.

Meyda menutup mulutnya agar tak bersuara keras lagi. Dia lalu memandangi wajah Ana dengan tampang memelas.

"Mimpi apa kamu semalam? Kenapa sial banget hari ini?" tanya Meyda dengan suara pelan takut ada karyawan lain mendengarnya.

Ana masih diam terpaku. Merenungi nasib sial dirinya hari ini. Kenapa juga dia salah masuk kamar mandi, pikir Ana. Dia takut karena kesalahan ini dirinya akan di pecat.

"Entahlah, kenapa aku ceroboh banget. Semua emang salahku, sih," ucap Ana menyalahkan dirinya.

Meyda mengelus punggung sahabatnya itu. Sebenarnya dia ingin tertawa melihat wajah Ana yang gugup dan pucat, karena kesalahan dia masuk kamar mandi.

"Jadi kenapa kamu di panggil tadi? Apa untuk memarahi kamu saja?" tanya Meyda.

Ana menepuk jidatnya. Baru sadar jika dia kembali ke meja kerja untuk mengambil laporan, kenapa dia jadi curhat dengan Meyda.

"Astaga, Meyda. Aku kembali untuk mengambil laporan keuangan. Kenapa aku malah ngobrol denganmu!" seru Ana.

Dia membuka laci meja dan mengambil laporan yang kemarin telah selesai dikerjakan. Ana langsung berdiri dan meninggalkan meja kerjanya tanpa pamit dengan sahabatnya itu.

Ana berjalan cepat, tak mau nanti dimarahi lagi karena kelalaiannya. Sepanjang jalan dia berdoa agar si oom tak marah.

Sampai di depan ruang kerja atasannya itu, Ana masuk tanpa mengetuk pintu. Dia langsung berjalan menuju meja kerja pria itu.

"Lama sekali, apa kamu mengambilnya hingga ke luar kota?" tanya Rakha dengan penuh penekanan.

"Bukan, Pak. Saya tadi duduk sebentar, sambil mencari di mana saya letakan laporannya," jawab Ana.

"Ngeles aja kayak bajai. Mana laporannya?" Kembali Rakha bertanya.

"Ini Pak, laporannya. Bisa Bapak periksa dulu. Jika ada yang kurang paham dan kurang di mengerti, bisa tanyakan selagi saya di sini. Jika tidak ada yang ditanyakan, saya akan kembali," ucap Ana. Dalam hatinya juga ngedumel mendengar ucapan Rakha.

"Jadi maksud kamu, jika telah kembali ke meja kerjamu, saya tak boleh bertanya?" tanya Rakha dengan suara tinggi.

Ana terkejut mendengar pertanyaan Rakha. Dalam hati gadis itu salah terus ucapannya. Padahal dia berkata begitu hanya agar atasannya bisa bertanya langsung saat berhadapan dan dia bisa menjelaskan dengan baik dari pada melalui sambungan telepon jika telah sampai di meja kerjanya.

"Bukan begitu maksud saya, Pak. Sepertinya Bapak salah paham," ucap Ana dengan suara pelan dan lembut. Berusaha agar tak terpancing emosi.

Menghadapi pria seperti atasannya membutuhkan kesabaran yang tinggi. Ana menarik napas dalam dan membuangnya berulang kali.

"Jadi menurut kamu apa?" tanya Rakha lagi dengan suara masih ketus.

"Sabar Ana, sabar. Dia atasanmu. Ingat itu. Kamu harus sabar menghadapi manusia satu ini. Selama ini kesabaranmu telah diuji dengan berbagai cobaan hidup, masa hanya menghadapi pria seperti Rakha kamu gak mampu," ucap Ana dalam hatinya.

Ana mengusap dadanya. Agar di berikan kesabaran yang tiada batas. Hal itu tak luput dari pandangan Rakha. Dia menatap Ana tajam.

"Duduk ....!" Perintah Rakha selanjutnya.

"Di mana, Pak?" tanya Ana dengan suara pelan.

"Di paha saya!" seru Rakha.

"Apa ...? Di paha Bapak?" tanya Ana. Dia tampak sangat terkejut mendengar jawaban dari pria itu. Bagaimana mungkin dia duduk di paha atasannya. Apa Pak Rakha mau berbuat mesum, pikir gadis itu dalam hatinya.

"Duduk di kursi itulah! Apa kamu sudah gila, mau duduk di paha saya," jawab Rakha dengan wajah kesal.

Dia memandangi wajah bawahannya itu dengan seksama. Tak menyangka masih ada gadis dengan keluguan seperti Ana ini. Dalam hatinya, tersenyum senang. Ada mainan juga dia di kantor. Sepertinya gadis itu bisa dia kerjain setiap saat, batin Rakha berucap.

"Bukan saya yang gila, Bapak yang gila. Bukankah Bapak tadi yang ngomong begitu. Saya rasa tak salah dengar tadi, karena telinga saya masih berfungsi dengan baik," balas Ana. Tentu saja dia tak terima saat dikatakan gila.

"Apa ...? Kamu bilang saya yang gila? Apa kamu sudah bosan bekerja di sini?" tanya Rakha dengan suara ketus.

Ana menepuk jidatnya. Salah ucap lagi rupanya dia. Baru sehari atasannya di ganti, dia sudah merasa gila. Apa lagi jika harus dihadapi tiap hari. Dia harus sabar. Tak mudah mencari pekerjaan di zaman sekarang ini. Apa lagi dia sudah sangat cocok dengan perusahaan ini.

"Bukan, Pak. Saya yang gila. Bapak benar. Jangan pecat saya," ucap Ana dengan menundukkan kepalanya.

Rakha tersenyum tipis. Takut Ana melihat dan menyadari jika dia sedang dikerjai.

Ana akhirnya duduk di kursi yang ada di hadapan atasannya. Dia masih menunduk. Tak berani menatap wajah pria itu.

Rakha tampak serius membaca semua laporan penjualan barang. Perusahaan tempat Ana bekerja bergerak di bidang properti.

"Sekarang jelaskan semua laporan mengenai penjualan dan pemasaran perumahan yang di kota X," ucap Rakha dengan wajah serius.

Ana lalu membuka laporan itu dan menjelaskan semua yang dia buat. Dengan jelas dan lugas dia mengatakan semuanya. Rakha juga mendengar dengan seksama.

"Menurut kamu, apakah target penjualan akan tercapai?" tanya Rakha.

"Menurut saya target penjualan kita bulan besok hanya tercapai delapan puluh persen," jawab Ana.

Ana lalu menjelaskan bagaimana kondisi di lapangan. Bagian sales yang telah bekerja dengan maksimal. Jika target tidak tercapai itu karena memang perekonomian penduduk sekitar yang sedang tidak stabil.

"Baiklah, tinggalkan laporan itu. Saya mau periksa lagi!" ujar Rakha.

"Baiklah, Pak. Jika begitu, saya pamit," ucap Ana.

Ana langsung berdiri dan berjalan keluar ruangan dengan segera. Dia langsung menghirup udara bebas. Berada di ruangan tadi dia merasa kekurangan oksigen karena merasa tertekan.

"Kamu sedang apa?"

Pertanyaan seseorang itu membuat Ana terkejut. Dia baru saja merasa terbebas dari kandang harimau. Ana menoleh dan merasa lega melihat siapa yang menegurnya.

"Kevin, saya pikir siapa tadi," ucap Ana.

"Kamu terlihat sangat gugup. Apa yang Bapak Rakha katakan, apa kamu melakukan kesalahan?" tanya Kevin.

"Bukan. Siapa bilang aku di marahi, atau kamu yang kena marah?" tanya Ana sambil tersenyum untuk menghilangkan kegugupannya.

"Aku ini salah satu orang kepercayaan Pak Sandi dan Pak Rakha, mana mungkin dimarahi. Kalau kamu dimarahi Pak Rakha katakan saja denganku, aku bisa bantu," ucap Kevin sambil memukul dadanya pelan.

"Iya, deh. Percaya ...," balas Ana sambil tersenyum. Kevin ikut tersenyum. Sudah menjadi rahasia umum di kantor jika Kevin menyukai gadis itu. Cuma Ana hanya menanggapi sebatas teman.

"Aku pamit, masih banyak kerjaan," ucap Ana selanjutnya. Lalu gadis itu berjalan meninggalkan Kevin.

"Ana, apakah mungkin suatu saat kamu membalas perasaan ini?" tanya Kevin dalam hatinya.

***

Selamat pagi. Mama membawa rekomendasi karya teman, yang bisa kamu baca sambil menunggu novel ini update. Terima kasih.

1
Tita Amelia
Luar biasa
FITRIYAH S.Pd.I
Kecewa
FITRIYAH S.Pd.I
Buruk
Siti Qhalijah
Lumayan
Esti Esti
mamposss
Milady Adara
kebanyakan omong ana..ngabisin tenaga aja..tindakan dong
M Abdillah Fatir
paling tk lama abis dia Niah datang uler Keket dgn alasan menyesal
M Abdillah Fatir
terlalu lebay KLo kata aku dunia nyata GK akan ada kyk gini
Anita Wati
lanjoooot
Anita Wati
/Drool/
Dapur Rinjas
rasain berlian dibuang malah pilih batu
Dapur Rinjas
ya hrs tegas sama penghianat
Dapur Rinjas
pergi aja ana nggak yg usah balik lagi
Dapur Rinjas
saudara tiri gila
Erina Munir
good ana...jngn percaya lgi sama makluk yg modelan kaya gitu...bahayaaaa
Erina Munir
hayuuh siapa lgi nih
Erina Munir
pasti maknya chelsie
Erina Munir
so pasti laah
Erina Munir
ana hamil yg ngidam racka
endang sw
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!