Alea baru mengetahui dirinya hamil saat suaminya telah pergi meninggalkannya. Hal itu di sebabkan karena sang suami yang kecewa terhadap sikapnya yang tak pernah bisa menghargai sang suami.
Beberapa bulan kemudian, mereka kembali bertemu. Suami Alea kini menjadi seorang CEO tampan dan sukses, suaminya secara tiba-tiba menemuinya dan akan mengambil anak yang baru saja dia lahirkan semalam.
"Kau telah menyembunyikan kehamilanmu, dan sekarang aku datang kembali untuk mengambil hak asuh anakku darimu,"
"Jangan hiks ... aku ... aku akan melakukan apapun, tapi jangan ambil putriku!"
Bagaimana selanjutnya? apakah Ady yang merupakan suami dari Alea akan mengembalikan putrinya pada ibu kandungnya? ataukah Ady akan mengambil putri Alea yang baru saja dia lahirkan semalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27: Ada apa dengan pipi mulus putriku?
Ady dan Alea datang tergesa-gesa ke taman belakang rumah, dia melihat Amanda yang sibuk menenangkan Ara yang menangis.
"Mah, berikan pada Ady," pinta Ady.
Amanda pun memberikan Ara pada Ady, setelahnya Ady menenangkan putrinya dan tak sengaja netranya melihat cakaran di pipi kanan sang putri. Ady pun mengulurkan tangannya, dia mengelus bekas cakaran itu dan menatap Siska dengan pandangan bertanya.
"Kenapa pipi putih putriku menjadi seperti ini kak?" tanya Ady dengan raut wajah menahan kesal.
"Oh itu, maaf Ady ... Shaka tak sengaja mencakar Ara. Maaf," ujar Siska.
"Kak, ck ... bayi datar! kenapa kau mencakar putriku huh?!" kesal Ady sambil menatap tajam pada Shaka yang berada di gendongan sang kakak.
Alea mengelus lengan Ady, dia mengambil Ara dari gendongan Ady dan menimangnya pelan.
"Sudahlah mas, anak kecil memang seperti itu. Wajar saja, mungkin Shaka gemas dengan Ara," ujar Alea sembari terkekeh pelan.
"Dia bukan bayi wajar, bayi jadi-jadian dia!" kesal Ady sambil menatap wajah datar Shaka.
"Sudahlah, ayo kita masuk kak. Aku harus memandikan Ara dan menyusuinya," ajak Alea pada Siska.
kedua wanita itu pun memasuki rumah, sedangkan Ady hanya menghela nafas berat dan menatap sang mamah dengan datar.
"Apa? mamah hanya diam dan tak melakukan apapun," ujar Amanda dan berlalu dari hadapan Ady.
Ady menghela nafas berat, dia berjalan masuk untuk menemui istrinya yang sedang memandikan putrinya.
Saat memasuki kamar, pendengarannya pertama kali menangkap tangisan Ara. Putrinya itu selalu menangis kala di mandikan dan hanya akan diam jika dia sudah mendapat susu.
"Iya, iya ... aduuhhh nangisnya kayak tersakiti, banget sih nak," ujar Alea dari dalam kamar mandi.
Ady duduk di sofa, dia memainkan ponselnya sambil menunggu Alea memandikan putri mereka.
Tak lama Alea pun keluar, tangisan Ara belum terhenti. Alea meletakkan Ara di kasur, dia mengambil minyak telon serta bedak bayi.
Alea memakaikan Ara popok, minyak telon serta dress bayi. Tak lupa Alea memakaikan sedikit bedak pada wajah Ara, dan memakaikan bando kecil di kepala sang putri.
"Sudah yah nangisnya, iya ... ini susu," ujar Alea sambil membawa Ara ke pangkuannya.
Alea mengeluarkan nutrisinya, dia menyusui Ara yang langsung di lahap oleh bayi kecil itu. Ady melirik sekilas istrinya, dia berdiri dan berjalan menuju pintu. Ady menutup pintu agar yang lain tak masuk kala istrinya sedang menyusui putri mereka.
"Ara di bawa ke rumah sakit tidak?" tanya Alea.
"Iya, bagaimana pun juga Ara lahir prematur kurang satu bulan bukan? Dia harus kontrol kondisinya, apalagi berat badannya. Kita harus menjaga berat badan Ara," jawab Ady.
Alea mengangguk, dia kembali memerhatikan putrinya yang akan tertidur. Dengan sayang, Alea mengelus kening putrinya, sesekali dia mencium hidung mancung sang putri.
"Tadi bekas cakarannya udah kamu kasih minya telon?" tanya Ady.
Alea menggeleng, "Belum, aku takut dia merasakan perih. Nanti setelah tertidur aku akan memberikannya," terang Alea.
Ady mengangguk, dia mengambil gendongan Ara dan juga mengambil selimut bayi. Setelahnya dia mendekati Alea dan memberikannya pada istrinya itu.
"Pakai, kita harus segera berangkat. Kau bisa menutupinya dengan selimut," ujar Ady.
Alea hanya bisa menuruti, dia mengambil gendongan dan memakaikan pada putrinya. Setelahnya Alea menutup kepala Ara yang sedang menyusu padanya.
"Ayo," ajak Ady.
Alea mengangguk, Ady merangkul pinggang Alea. Mereka pun keluar kamar dan menuju mobil.
Ady membukakan pintu mobil untuk Alea setelahnya dia memutari mobil dan membuka pintu kemudi.
"Mas, pulang nanti aku ingin mampir sebentar ke makam bapak dan ibu," pinta Alea.
"Oke, gak masalah," ujar Ady.
Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, beruntung jalanan hari ini tidak macet sehingga mereka bisa sampai ke rumah sakit lebih awal.
Mobil Ady telah sampai di pelataran rumah sakit, dia segera keluar dan memakai kaca mata hitamnya. Setelah dia berjalan menghampiri Alea yang sudah keluar dari mobil.
"Ayo," ajak Ady dan melingkarkan tangannya pada pinggang Alea.
Ady dan Alea berjalan di lorong rumah sakit, Alea pun membenarkan gendongan Ara agar putrinya tertidur dengan nyenyak setelah menyusu tadi.
Kedatangan mereka menjadi pusat perhatian, buka pada Alea. Namun pada Ady yang berjalan tanpa menghiraukan tatapan orang-orang.
"Lihat pria itu, sangat tampan bukan?"
"Iya benar, tapi wajahnya tidak asing. Apa kau kenal pria itu?"
"Entahlah, tapi dia sangat tampan!"
Alea merasa risih dengan obrolan para wanita, berbeda dengan Ady yang hanya bersikap santai tanpa beban.
"Apa mereka tidak malu membicarakan suami orang?" batin Alea.
"Tidak usah di dengar, aku tak akan tertarik pada mereka," bisik Ady tepat di telinga Alea.
Alea merasa salah tingkah, dia membuang wajahnya ke arah sudut lain.
Tak terasa mereka pun sampai di ruang dokter, Ady pun membuka pintu untuk mendahulukan istrinya masuk baru setelahnya dia.
"Selamat datang tuan Ady, nyonya Alea," sapa sang dokter.
Ady hanya mengangguk singkat, dia menarik kuris dan menyuruh istrinya duduk. Setelahnya Ady menarik kursi untuk dirinya sendiri dan menatap Alea yang tengah membenarkan gendongan putrinya.
"Apa ada keluhan setelah operasi itu terjadi?" tanya sang dokter yang tengah siap mencatat.
"Tidak dok, tidak ada keluhan apapun. Tapi kalau sedikit sakit sih ada, misal kalau banyak gerak pasti sakit," ujar Alea.
Dokter itu mengangguk, dia mencatat keluhan Alea. Ady melihat Alea yang sepertinya kesulitan memangku Ara karena antara meja dengan Alea sangatlah dekat.
"Berikan Ara padaku," pinta Ady.
"Gak usah mas," tolak Alea.
"Bekas jahitanmu akan di lihat, sudah berikan Ara pada mas," pinta Ady dengan memaksa.
Alea pun mengeluarkan Ara dari gendongannya, dia memberikan Ara pada Ady dengan hati-hati.
"Baik nyonya, silahkan berbaring. Saya akan mengecek luka anda," pinta dokter itu.
Alea pun menurut, dia bangun dari duduknya dan mendekati brankar. Dia merebahkan dirinya dan dokter pun mengangkat sedikit baju Alea untuk melihat bekas jahitan itu.
Saat Ady akan bangun dari duduknya, Ara merengek. Suhu dingin di ruangan ini tak cocok dengan Ara, sebab putrinya tak suka dengan suhu terlalu dingin.
"Mas, bawa Ara keluar aja. Dia bosen kayaknya," ujar Alea yang mengerti mengapa putrinya menangis.
Ady mengangguk, dia keluar dari ruangan dokter dan menimang putrinya di depan ruangan tersebut.
"Eekkhhh,"
"Apa sayang hm? sayangnya ayah kenapa?" tanya Ady pada Ara yang kini sudah membuka matanya.
Ady belum melepas kaca matanya, dia tak ingin ada orang yang tahu siapa dirinya. Apalagi dengan membawa Ara dan Alea yang bisa mencelakai kedua wanita tersayangnya.
"Oaaa," celoteh Ara.
"Iya ya, cepatlah belajar berbicara. Ayah tidak sabar mendengar celotehan cadelmu itu," ujar Ady.
Ara menggeliatkan badannya, dia tak suka jika terus di tidurkan. Sehingga Ady pun memposisikan Ara berdiri bersandar pada bahunya.
"Eh, kok ... Ara muntah yah nak?" tanya Ady.
Ady melirik sekilas saat merasakan bahunya basah, dan benar saja ternyata Ara memuntahkan susunya. Mungkin karena bayi itu kekenyangan dan berakhir muntah.
"Mana gak ada tisu lagi," gumam Ady.
Saat Ady akan berbalik, ada seseorang yang menyodorkan padanya tisu. Ady pun mengambilnya dan akan mengucapkan terima kasih, tetapi saat menatap orangnya Ady langsung membulatkan matanya.
"KAU!"
"Wah, aku tak menyangka akan melihat putri yang di sembunyikan sedekat ini,"
Udah up sampe tiga nih, awas aja gak di like😪