Eldric Hugo
Seorang pria penderita myshopobia. Dalam ketakutan akan hidup sebatang kara sebagai jomblo karatan.
Tanpa sengaja ia meniduri seorang pria yang berkerja di club, dan tubuhnya tidak menunjukkan reaksi alergi.
Karina seorang gadis yang memilih untuk menyamar menjadi laki-laki, setelah dia kabur dari orang yang hendak membelinya. Karina di jual oleh ibu yang mengasuhnya selama ini.
Akankan El mengetahui siapa sebenarnya sosok yang bersamanya. Keppoin yuk
Ada dua kisah di sini semua punya porsinya masing-masing.
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perdebatan
Mobil Joe terhenti di jalan terhenti di sebuah jalanan sepi. Raut wajahnya terlihat lusuh dan kusut, sudah dua hari ini pria bertubuh tegap itu tidak pulang ke mansion. Dia bahkan juga tidak berani datang ke kantor, ia memilih untuk istirahat di hotel. Semua ini karena Rizky, pria dekil dan kerempeng itu belum bisa ia temukan. Joe tidak ingin mengambil resiko amukan dari Tuannya.
Berto mengabarkan padanya kalau mood Eldric semakin buruk. Joe menghela nafasnya, Rizky bagai di telan bumi. Ia sudah mengerahkan beberapa orang untuk mencari keberadaannya, alamat yang tertera di data yang Joe peroleh dari club ternyata bukan tempat tinggalnya.
Joe menyandarkan tubuhnya di kursi kemudi, dengan kasar ia membuka plastik bungkus roti yang baru ia beli dari minimarket. Joe mencabik roti rasa keju dengan giginya, mengunyah dengan kasar.
Drrt...
Getar ponselnya menghentikan kegiatan Joe mengunyah. Tangannya terulur meraih ponselnya di atas dasbor mobil. Ia pun segera mengangkat telepon masuk.
"Halo."
"Halo, Bos kami sudah menemukan orang yang Bos cari," jawab seorang laki-laki dari ujung sambungan telepon.
"Bagus, share lokasinya sekarang." Joe melempar rotinya sembarangan.
Setelah mendapat share lokasinya. Joe langsung tancap gas. Jarak yang cukup jauh, membuat Joe harus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai.
Setelah cukup lama berkendara, sampailah ia di sebuah bangunan pabrik yang terlihat bersih meskipun hanya berdindingkan lembaran besi tipis. Bangunan itu sangat tertutup dan jauh dari pemikiran, bau pembakaran tercium dari dalam pabrik.
Joe segera turun dari mobilnya, lalu beberapa orang suruhannya datang menghampiri. Mereka membungkuk hormat, semuanya memakai baju hitam dan bertubuh kekar seperti penagih hutang.
"Apa benar ini tempatnya?"
"Iya Bos, kami sudah memastikannya. Saya sendiri melihat dia keluar untuk membuang sampah. Itu sampahnya Bos, belum di angkut sama tukang sampah," lapor si anak buah dengan detail. Ia juga menunjuk kearah bungkusan plastik hitam besar yang ada di pojokan pabrik itu.
"Aku tidak butuh sampahnya, beg0!"
"Maaf, Bos."
"Cepat suruh mereka buka pintunya!" titah Joe," titah Joe.
"Baik Bos," pria bertubuh gempal, dengan rambut pendek belah tengah itu pun, segera melangkah berjalan kearah pagar besi yang tertutup papan triplek dari dalam. Sehingga membuat orang lain tidak bisa melihat ke dalam.
Brakk.
Brakk.
Pria suruhannya Joe itu mengebrak pagar dengan keras. Dari sebuah lubang berbentuk kotak di triplek itu muncul wajah seorang laki-laki.
"Apa perlu apa?" tanya orang itu.
"Kami mencari Rizky, dia ada di sini kan?"
"Rizky, anak baru itu. Sebentar saya panggilkan." pria itu kemudian berlalu dari sana.
Tak lama kemudian pintu pagar itu di buka. Sesosok pria kerempeng dengan mukanya yang kusam dan rambut yang berantakan keluar dari sana. Ada bau khas pembakaran plastik menguar dari tubuhnya.
Rizky menyipitkan matanya, ia merasa tidak mengenal orang yang sedang berdiri di hadapannya. Menatapnya dengan tidak bersahabat.
"Siapa ya?" tanya Karina.
"Kau tidak mengenalku?" Joe menjawab pertanyaan Rizky dengan pertanyaan lain.
Sebenarnya Joe cukup kesal karena Rizky tidak mengenalinya. Mereka pernah bertemu walaupun hanya sekali dan tidak di sengaja.
"Maaf kita pernah bertemu sebelumnya? aku tidak mengingat seseorang yang tidak penting," tukas Karina enteng.
"Kau," umpat Joe tertahan. Dia harus sabar, Joe mengambil nafas dalam sejenak.
"Kau ingat atau tidak itu tidak penting. Langsung saja, kau harus iku aku sekarang!" perintah Joe.
"Ikuti kemana?" tanya Karina bingung.
"Diam dan ikut saja perintahku!" Sentak Joe kesal.
"Aku tanya kemana? lagian aneh banget. Kenal juga nggak, mau ngajak kemana juga nggak jelas. Aneh banget sih jadi orang," ketus Karina.
Joe yang sudah hilang kesabarannya memberikan isyarat pada anak buahnya untuk membawa Karina secara paksa.
Anak buah Joe pun mulai maju perlahan mendekati Karina. Perlahan Karina pun memundurkan langkahnya. Sebenarnya Karina merasa takut melihat pria-pria bertubuh besar itu mulai mendekat ke arahnya.
"Eh .. mau apa? main kasar. Berani maju selangkah lagi, aku akan teriak biar temen-temen di dalem keluar. Biar kalian di keroyok!" gertak Karina. Ia menatap tajam pada Joe, meskipun kakinya sudah gemetar karena takut.
Sebenarnya hanya ada sepuluh orang yang berkerja di pabrik itu termasuk Karina. Tubuh mereka pun tidak sebesar orang suruhan Joe, kalau di adu jelas anak buah Joe yang menang.
"Stop, kalian mundur," titah Joe, ia tidak ingin membuat keributan. Ia hanya ingin laki-laki kerempeng ini pulang ke mansion.
Anak buah Joe pun mundur teratur. Karina bernafas lega, ia memegangi dadanya yang sempat berdegup kencang. Joe yang menyadari hal itu tersenyum miring, ia merasa lucu dengan Rizky yang sok berani padahal Joe hanya mengertaknya saja.
"Katakan, apa yang kau inginkan. Aku akan memberimu apa saja, asal kau ikut denganku sekarang?" Joe melipat kedua tangannya dengan senyum miring ia memasang wajah angkuh.
Karina mengerutkan keningnya, ia mencoba mencerna apa yang baru saja di ucapkan oleh Joe. Karina bahkan tidak tahu namanya dan pria di hadapannya ini dengan kekeh ingin dia ikut bersamanya. Aneh.
"Maaf ya Pak, Anda bahkan tidak tahu nama saya. Kenapa Anda begitu bersikeras mengajak saya? Anda sadar atau tidak sebenernya, saya laki-laki lho? apa Anda tidak normal?" cerca Karina dengan senyum meremehkan. Joe mendelik kesal.
Yang bilang kau perempuan siapa Bambang, teriak Joe dalam diam, hanya wajahnya yang terlihat sangat frustasi.
"Kau Rizky kan, kau baru saja di pecat beberapa hari beberapa hari yang lalu dari club De Luna."
"Bukan beberapa hari, seminggu lebih tiga hari," potong Karina dengan ketus, ia jadi mengingat bagaimana Nia di pecat dengan tidak hormat karena fitnah ulet keket.
"Terserah, yang penting sekarang Tuan ingin bertemu denganmu, segera!" tegas Joe.
Karina meneguk ludahnya, membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba kering setelah mendengar kata Tuan. Dalam benak Karina, bayangan Tuan itu pasti sangat arogan. Suka marah-marah dan berbadan besar seperti raksasa. Mengerikan.
Apalagi ia sempat berbagi ranjang dengan pria itu, walaupun Karina tidak melihat wajahnya tapi ia bisa merasakan besar dan kuatnya tubuh pria itu saat mendekapnya.
"Tidak, saya tidak mau. Lagi pula saya sudah keluar dari club milik Tuan itu, jadi saya sudah tidak ada urusan lagi dengan Anda dan semua orang yang ada di sana!" tegas Karina.
Joe mengurut keningnya, rasanya ia ingin menyerah saja. Kalau saja ini bukan perintah langsung dari Eldric Joe tidak akan pernah Sudi berdebat dengan pria kerempeng, dekil dan bau ini. Joe mengangkat tangannya yang sudah di kepal menghentakkanya seperti hendak meninju. Karina memejamkan matanya dengan sedikit memberingsut mundur.
Joe menarik nafasnya dalam, dia harus sabar. Joe mencari cara lain agar pria kerempeng ini ikut dengannya.
"Tuan ingin memberikan perkejaan untukmu, dia ingin bertanggung jawab," celetuk Joe begitu saja, ia sudah kehabisan akal.
Aku pasti sudah gila mengatakan ini.
"Tanggung jawab?" Karina mengerutkan keningnya.
"Tanggung jawab apa Pak, saya tidak mengerti maksud Anda," kilah Karina, meskipun ia tahu kemana arah pembicaraan ini.
Lidah Joe mendadak kelu, bagaimana menjelaskan ini. Apalagi ada anak buahnya, ia tidak mungkin dengan lantang mengatakan. Tuan akan bertanggung jawab karena telah menidurinya.
"Pokoknya Tuan mau tanggung jawab, dan beliau akan memberikanmu pekerjaan dengan gaji yang besar."
Triiung
Mata Karina langsung berubah hijau mendengar uang.
"Gaji besar? Beberapa?" tanyanya dengan semangat.
Senyum Joe mengembang, tidak sia-sia ia jadi gila. Biarkanlah itu menjelaskan pada Tuan Eldric itu belakang, yang penting sekarang ia bisa membawa pulang pria dekil ini.
"Sepuluh juta!"
Mata Karina membulat sempurna. Itu jumlah yang sangat besar. Tapi bagi Joe tidak, gajinya lebih dari itu.
"Apa pekerjaannya?"