Desi seorang gadis cantik yang berasal dari kampung. umurnya masih 18 tahun tetapi ia sudah memutuskan untuk merantau ke kota jakarta sendirian demi mencari pekerjaan. 18 tahun cukup muda kan? yeah... dari kecil Desi sudah dididik menjadi anak yang mandiri. di karenakan Desi lahir dikeluarga yang serba kekurangan, gadis itu hanya mampu menyelesaikan pendidikannya sampai kelas 6 SD saja. ia tidak punya cukup biaya untuk melanjutkan pendidikannya ketingkat selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kendra rindukan Gadis nakal
Desi begitu terkejut ketika mendengar pengakuan Ibu Juwita yang mengatakan kalau dirinya akan dijodohkan dengan seseorang.
"A--Apa maksud, Ibu? Ibu akan menjodohkan aku dengan siapa?!" tanya Desi dengan raut wajah yang menahan kekesalan.
"Dengan seorang pria tampan dan baik hati. Minggu depan dia akan datang ke sini untuk melamarmu dan kamu harus menerimanya, Ibu tidak mau! Ibu yakin saat pertama kali kamu melihatnya kamu pasti akan langsung jatuh cinta padanya," ujar Ibu Juwita yang membuat Desi langsung menangis.
"Tapi siapa orangnya, Bu! Masa Ibu menjodohkan aku dengan seorang pria yang tidak aku kenali! Yang bener aja, Bu!" rengek Desi seraya menangis terisak.
Ayah Daniswara yang melihat interaksi antara Desi dan Ibu Juwita memutuskan untuk segera pergi dari sana. Ia hanyalah seorang ayah yang tidak mau ikut campur antara urusan mereka berdua.
"Usstt ... Jangan menangis. Malu dilihat tetangga. Baru pulang dari kota kok langsung nangis anak Ibu?" Ibu Juwita yang tidak tega melihat putrinya itu menangis pun segera menariknya masuk ke dalam rumah.
"Bagaimana nggak nangis kalau Ibu tiba-tiba menjodohkan aku seperti ini! Bilang dulu, Bu siapa laki-laki yang akan dijodohkan dengan aku! Bagaimana kalau laki-laki itu nggak sesuai sama tipe aku, Bu? Hikss ... Hikss ..." rengek Desi semakin menangis.
"Ibu kan sudah bilang pria itu sangat baik dan tampan. Biar pun dia bukan tipemu, kamu pasti akan sangat menyukainya. Ibu yakin seratus persen!" ujar Ibu Juwita.
"Tapi, Bu—"
"Usstt ... Nggak usah tap-tapian! Sana, masuk kamar dan beristirahat. Kamu pasti sangat lelahkan setelah melalui perjalanan yang jauh?" Ibu Juwita mendorong perlahan tubuh putrinya itu untuk masuk ke dalam kamar. Desi pun hanya bisa pasrah.
Desi berbaring di atas tempat tidur sembari menangis sesenggukan. Sedangkan Ibu Juwita pergi ke dapur, berniat menyiapkan makan siang untuk Desi.
"Bagaimana ini? Aku akan dijodohkan dengan laki-laki yang aku tidak kenal sama sekali. Ibu pasti tidak akan memberikan aku kesempatan untuk menolak. Menangis dengan kencang pun tidak akan ada gunanya. Jadi aku harus apa? Aku tidak mau dijodohkan. Hikss ... Hikss ... Hikss ...."
"Andai aku tahu aku akan dijodohkan, aku tidak mungkin mau pulang ke sini dan lebih baik tinggal di mansion Tuan Kendra!"
Di sisi lain.
Terlihat Kendra yang sedang duduk termenung di tepi kasur. Pandangannya mengedar ke seluruh sudut ruangan kamarnya itu. Aroma-aroma kehadiran Desi masih sangat terasa di sana yang membuat Kendra merasa sangat rindu pada gadis nakalnya itu. Belum ada sehari Desi pulang ke kampung tetapi Kendra sudah sangat merindukannya.
"Gadis nakal, cepat pulang," lirih Kendra sembari membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Biasanya kalau tidur ada gadis nakal yang bisa aku peluk di sini." Kendra mengelus kasur yang ada di sebelahnya.
Tanpa sadar air mata Kendra menetes begitu saja. Pria yang dulunya dikenal sebagai pria angkuh dan dingin kini sedang menangisi seorang gadis.
"Aku rindu gadis nakal," lirih Kendra dengan terisak. Sungguh pria yang malang.
Karena ingin waktu cepat berlalu dan Desi cepat pulang. Kendra pun memutuskan untuk tertidur di dalam kamarnya itu. Berharap di dalam mimpinya, Desi hadir untuk melepaskan rasa rindunya saat ini.
_______________________________________
Beberapa hari pun berlalu.
Saat ini Kendra dan Kiara terlihat sedang sarapan di ruang makan. Namun, ada yang aneh dengan Kendra. Makanan sudah siap di atas meja tetapi Kendra tidak kunjung menyantap sarapan miliknya. Berbeda dengan Kiara yang sudah sejak tadi menyantap sarapan miliknya.
"Kenapa anda tidak makan, Tuan?" tanya Lora. Kendra terlihat cemberut sembari menangkup pipinya menggunakan kedua tangannya.
"Tidak selera!" jawab Kendra dengan dingin yang membuat Lora langsung terdiam.
'Sifat Tuan kembali seperti dulu semenjak Nona Desi pulang kampung,' gumam Lora dalam hatinya.
"Pasti kangen ya sama Desi?" tebak Kiara dengan mulut yang penuh makanan.
Kendra hanya diam dan sibuk merenung. Memang benar apa yang dikatakan oleh Kiara. Kendra sedang merindukan gadis nakalnya itu. Sudah beberapa hari ini Desi pulang ke kampungnya yang membuat Kendra merasa sangat kesepian dan juga rindu.
"Tuan!" Sam tiba-tiba datang yang membuat Kendra dan Kiara langsung terkejut.
"Nggak beretika banget sih, Lo! Nggak lihat ini gue lagi makan, hah?! Kalau gue tersedak gimana?! Lo mau tanggung jawab?!" sentak Kiara dengan sangat kesal.
"Kalau tersedak yah tinggal minum aja, Nona," ujar Sam dengan santai yang membuat kedua mata Kiara langsung membulat dengan sempurna.
"Lo—" Belum sempat Kiara menyelesaikan perkataannya. Perkataannya itu langsung dipotong oleh Kendra.
"Ada apa, Sam? Kenapa kau tiba-tiba datang ke sini?" tanya Kendra.
"Nona Desi menelpon, Tuan!" jawab Sam yang membuat jantung Kendra hampir copot dari tempatnya.
"APA?! MANA?!"
"Ini, Tuan!" Sam segera mendekat lalu memberikan ponsel miliknya itu pada Kendra.
Dengan segera Kendra menempelkan ponsel itu ke telinganya.
"Halo, Tuan?"
Deg ...
Jangan tanyakan betapa bahagianya Kendra saat ini.