Ada tempat yang ku sebut rumah tapi tidak membuatku nyaman. Jika orang lain akan pulang dengan senang. Maka aku akan pergi untuk tetap menjaga kewarasan ku.
Queena Elnora putri Davis.
--------
Harapan Elnora sederhana, Semoga keluarganya menyayanginya. Lelaki yang dicintainya memandangnya. Semuanya sudah ia lakukan. Dari cara yang halus sampai cara yang membuatnya terlihat bodoh.
Tapi semua berubah, berubah saat dia bermimpi. Mimpi yang mengharuskan ia berhenti melakukan hal-hal bodoh. Mimpi yang meminta ia untuk mencari kebahagiaan nya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moms F, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Kecewa
Sudah tiga puluh menit acara berlangsung. Banyak yang sedang menikmati acara malam kelulusan yang sedang di adakan oleh pihak sekolah. Terlihat seluruh siswa sedang bersenda gurau bersama keluarga mereka yang datang mendampingi mereka.
Tapi tidak dengan seorang gadis sedang menyendiri di sudut ruang melihat kebahagiaan orang-orang yang berada di depan matanya. Gadis tersebut terus menatap pintu berharap Janji yang di sampaikan oleh lelaki yang disebut paman ditepati. Tapi mungkin hanya kekecewaan yang dia dapat. Apalagi mendengar bisik-bisikan yang didengar. Dengan pandangan datar ia menggenggam erat tangannya sendiri hanya untuk sekedar melampiaskan emosinya.
"Eh,,, lihat tuh"
"kasian ya sendirian. Sudah keluarga nya tidak datang, teman pun tidak ada"
"oh iya, kalian tahu nggak. Dia sendirian disini tapi seluruh keluarga nya sedang asik makan malam dan bersenang-senang bersama gadis dari keluarga adio itu"
"Maksud kamu Kak Ara"
"iya"
" hahaha, kasian ya. Mereka sedang bersenang-senang tapi anaknya kesepian disini. Hahahaha "
Dengan padangan datar dan acuhnya elnora menatap lurus kedepan dan mencoba untuk tidak perduli kata mereka. Tapi tidak dapat dipungkiri terlihat kesedihan dari matanya.
Ia mencoba memberi kesempatan dan membuka hati untuk sang paman. Berharap setidaknya salah satu keluarga nya dapat menemani nya dan berada di sampingnya. Tapi khayalan nya dapat dengan mudah d hempaskan oleh pamannya.
Sungguh ia amat sangat kecewa, janji yang sempat terucap oleh sang paman saat dirumah yang mengatakan akan menjadi pendamping nya di acara ini. Tapi apa yang ia dapat! tidak bolehkah ia mengharapkan secuil kebahagiaan dari keluarga nya, tidak bisa kah mereka memberikan sedikit kenangan yang dapat membuatnya mengingat mereka walau hanya dengan hal yang sepele seperti ini. Tidak bisa kah mereka menyisihkan sedikit waktu untuk menemani nya disaat seperti ini. Tidak kah ada lagi tempatnya di hati mereka.
Dalam diam nya, Elnora terus bertanya-tanya dalam hatinya. Bohong jika ia berkata tak ingin mengharapkan kehadiran mereka. Walaupun dia berusaha menolak dan menepis kehadiran mereka. Tapi tidak dengan hatinya, hatinya berharap setidaknya mereka datang kemari walau hanya sekedar menghadiri undangan dan tidak memandang dan menganggapnya. Itu saja sudah cukup baginya, setidaknya ia tidak merasa sendiri seperti sekarang.
Jujur saja dia menyesal, dulu ia hanya berfikir mendapatkan perhatian keluarga nya dan mengabaikan teman sekolah nya yang ingin berdekatan padanya. Dan lihat lah sekarang baik teman sekolah bahkan keluarga yang ia perjuangkan pun tidak ada yang dapat menemani nya disaat penting seperti ini. Kini ia merasa benar-benar sendiri.
Kini Elnora hanya dapat menyesali kebodohannya. Saat Elnora menundukkan kepalanya, dia merasa ada dua pasang kaki yang berdiri di depannya. Saat ia mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang berada didepannya. Dia sungguh terkejut dan langsung memasang senyumannya.
...----------------...
Tap
Tap
tap
Terdengar bunyi langkah kaki yang menggema. Membuat orang-orang yang tadinya sedang bersenda gurau terdiam. Baik pria dan wanita yang ada diruang tersebut terdiam. Mereka terkejut melihat gadis yang biasanya selalu mencari perhatian mereka saat ini benar-benar berubah. Saat ini dihadapan mereka gadis cantik , anggun dan penuh wibawa. Yang siapapun tidak rapat melepaskan pandangan mereka.
"El" sapa arzo yang membuat mereka semua tersadar.
"El, kamu dari mana. Kok jam segini baru pulang. Ngak baik loh perempuan pulang malam-malam" tanya Ana yang duduk di antara theo dan gavin. Sedangkan Elnora yang ditanya hanya memandang sekilas dan melanjutkan jalannya.
"El" panggil arzo sambil menahan tangan Elnora supaya tidak pergi.
"paman minta maaf El, Paman ngak bisa hadir karena..." ungkap arzo penuh sesal yang terpotong oleh suara Elnora
"saya tidak butuh alasan yang anda berikan. Karena itu tidak penting bagi saya. Seperti setidak pentingnya kehadiran anda untuk saya. Jadi bisa kah anda melepaskan tangan saya" ucap El langsung
"princess, paman .." kata arzo ngotot ingin memberi penjelasan pada El
"Cukup" tekan El dengan datar
"Sudah saya katakan, apa pun yang anda katakan. Itu tidak berarti. Sebab anda sama saja seperti mereka dan aku membencinya" ucap El dengan tajam dan menghempaskan tangan Arzo dan meninggalkan nya.
Sedangkan seluruh keluarganya terkejut mendengar ungkapannya. Arzo sungguh menyesal tidak menepati janji kepada sang keponakan.
"Kan,, sudah Vano bilang. Kenapa sih papa bersikap baik sama anak pembawa sial seperti itu. Lihat tuh, nggak ada sopan nya sama orang tua" ketus vano saat melihat El pergi
"Dia itu pembawa sial, sukanya nya nyari perhatian. Vano..." ucapan vano terpotong dengan bentakan Arzo
"DIAM"teriak arzo
"Semua karena kalian. Kalau saja kalian tidak memaksa saya untuk ikut dengan acara yang tidak penting itu. Mungkin saat ini saya bisa bersama keponakan saya. Dan untuk kamu ciara, saya tidak peduli dengan ancaman untuk berpisah yang kamu sebut. Mulai saat ini kalau kamu melarang saya untuk berdekatan dengan Elnora. Saya yang akan segera mengurus perpisahan kita saat itu juga" ungkap arzo dengan datar terutama kepada sang istri. Yang membuat mereka berada disitu terkejut.
"Papa" marah vino saat melihat mamanya menangis dalam pelukan vano
"apa yang papa katakan. Tega-teganya papa membuat mama bersedih karena anak pembawa sial itu" ungkap vino penuh dengan amarah
"Kak,, kamu keterlaluan" ungkap revan menatap tajam arzo
" saya yang keterlaluan atau kamu" kata arzo balik menatap tajam revan
" Elnora itu anak kandung kamu. Anak yang kamu tunggu kelahirannya. Tapi dengan teganya kamu tidak datang ke acara penting nya dan malah mementingkan acara makan malam yang ngak berguna" kata arzo
" apa kamu lupa, saat dia kecil, kamu pernah berjanji padanya. Kamu akan menjadi fatner dansa pertamanya saat ia dapat lulus dengan nilai terbaik di SMA" lanjut arzo yang dapat membungkam revan
"Dan kamu" tunjuk arzo pada vino
"Tanyakan sama mama kamu. Siapa yang mengancam untuk berpisah! Dan saya hanya menerima usulan dari mama kamu itu" ungkap arzo dengan tajam
"Tapi ngak seharusnya papa begitu. Hanya karena anak pembawa sial itu papa membuat mama menangis. Papa keterlaluan" kata vano
"Saya yang keterlaluan apa kalian yang keterlaluan" ungkap arzo menatap tajam satu persatu yang berada disitu
"Anak pembawa sial yang kalian sebut kan itu keponakan saya. Anak perempuan yang keluarga davis tunggu-tunggu kelahirannya. Tapi hanya satu kesalahan yang tidak dia perbuat. Kalian langung membenci nya dan memaksa saya untuk ikut membencinya" kata arzo yang membuat mereka semua terdiam
"Hiks,hiks, maaf kan Ana paman" ungkap Ana tiba-tiba memecahkan keheningan
"Ngak seharusnya Ana mengajak om Revan dan yang lainnya untuk makan malam hanya karena merayakan kesembuhan Ana" lanjutnya sambil menangis di dalam pelukan Theo
"stt,, sudah bukan salah kamu" ungkap Theo menenangkan Ana
"Menjijikan, Karena kehadiran kamu keluarga saya jadi berantakan. Dan jangan pernah menampakkan wajah kamu dihadapan saya" ungkap Arzo meninggalkan mereka semua
"Hiks..hikss,, maaf" tangis Ana berharap dapat mengalihkan mereka. Tapi Revan , Ciara, Gavin dan Vino malah pergi meninggalkan mereka.
"Cup,,cup,, ini bukan salah Ana. Kalaupun Ana tidak mengundang kami. Kami pun tidak akan pergi ke Acara itu" ungkap Vano mencoba menenangkan Ana
"Tapi om revan, tante Ciara , kak vino dan kak gavin marah sama Ana. Mereka pergi meninggalkan Ana" kata Ana sedih
"Mereka bukan marah, mungkin mereka cuma lelah" kata Vano
"Sekarang Ana pulang dulu ya, ini sudah malam" kata vano sambil membelai rambut Ana dan menatap Theo dan Sean agar segera membawa Ana pergi.
#Tbc
...****************...
Aku tidak menyalahkan takdir yang ku jalani. Aku tidak menyalahkan keadaan yang ku terima dan aku tidak menyalahkan orang lain.
Tapi aku menyalahkan diriku sendiri, Diriku yang terlalu berharap, diriku yang mencoba membangun ekspektasi yang terlalu tinggi.
Yang dapat membuatku kecewa jika itu tidak tercapai.
akhirnya mereka sdh mulai bisa berdamai semuajya