Ini bukan tentang harga diri lagi, ini hanya tentang mencintai tanpa dicintai.
Aruna nekat menjebak calon Kakak iparnya di malam sebelum hari pernikahan mereka. Semuanya dia lakukan hanya karena cinta, namun selain itu ada hal yang dia perjuangkan.
Semuanya berhasil, dia bisa menikah dengan pria yang dia inginkan. Namun, sepertinya dia lupa jika Johan sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini. Yang dia cintai adalah Kakaknya, bukan Aruna. Hal itu yang harus dia ingat, hingga dia hanya mengalami sebuah kehidupan pernikahan yang penuh luka dan siksaan. Dendam yang Johan punya atas pernikahannya yang gagal bersama wanita yang dia cintai, membuat dia melampiaskan semuanya pada Aruna. Perempuan yang menjadi istrinya sekarang.
"Kau hanya masuk dalam pernikahan semu yang akan semakin menyiksamu" -Johan-
"Jika perlu terluka untuk mencintaimu, aku rela" -Aruna-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
Penyesalan terbesarnya bukan hanya tentang kepergian Aruna dan sikap kasarnya pada Aruna. Tapi banyak hal yang terjadi dalam hidup Aruna yang semakin membuatnya terbelenggu dalam penyesalan itu.
Disini sekarang Johan berada, di depan sebuah nisan yang dia ketahui itu adalah nama Ibunya Aruna. Ini adalah makan Ibu mertuanya, namun Johan tidak pernah tahu apapun tentang ini semua. Bahkan kehidupan yang dialami Aruna, dia juga tidak tahu.
Lebih tepatnya, tidak pernah ingin tahu.
Johan berjongkok di depan batu nisan itu, menyimpan buket bunga yang dia bawa. Matanya berkaca-kaca dibalik kacamata hitam yang dia gunakan.
"Maaf saya baru datang, Bu. Saya adalah suami dari putri Ibu. Saya adalah seorang menantu yang mungkin tidak bisa Ibu banggakan. Karena saya sudah banyak menyakiti anak Ibu. Maaf karena aku melakukan semua itu, dan sekarang aku menyesali semuanya. Aku tidak bisa kehilangan Aruna, tapi dia pergi dan ... tak kembali. Hiks"
Johan mengusap air mata yang lolos dari balik kacamata hitam yang dia pakai. Aruna telah pergi, dan mungkin dia tidak akan kembali.
"Jika dia tidak ingin kembali, maka aku yang akan mencarinya untuk kembali. Doakan saya bisa menemukan putri Ibu ya"
Johan kembali ke mobil, disana sudah ada Arvin yang menunggunya. Mereka langsung kembali ke rumah, Johan masih bingung harus mencari Aruna kemana lagi. Karena ternyata memang tidak mudah menemukan Aruna, karena Johan yang tidak tahu apa-apa tentang istrinya.
Tentang kemana Aruna sering pergi, tempat favorit Aruna, dan teman-teman Aruna. Johan benar-benar tidak tahu apapun tentang perempuan yang sudah menjadi istrinya. Meski begitu, dia tidak menyerah, dia yakin suatu saat akan menemukan keberadaan Aruna.
"Menurut informasi yang sudah aku cari, dia benar-benar tidak punya teman dekat. Sepertinya Aruna terlalu tertutup sejak sekolah. Jadi sulit menemukannya, bertanya pada Faas dia juga hanya memberitahu tempat-tempat yang kemarin kita kunjungi, dan itu tidak membuahkan hasil. Tidak ada dia disana" jelas Arvin yang sedang mengemudi.
Johan hanya terdiam dengan menatap keluar jendela. Tubuhnya terlihat lebih kurus sekarang, bahkan rambutnya sudah sedikit lebih panjang, dan dibiarkan berantakan. Sungguh bukan penampilan Johan pada biasanya. Bahkan rambut halus sekitar wajahnya pun mulai tumbuh dan dia biarkan begitu saja.
Arvin hanya menghela nafas pelan, ketika melihat Johan yang hanya terdiam dan seperti mayat hidup sekarang. Sungguh, hal yang tidak dia sangka akan sehancur ini ketika Aruna pergi.
Ketika sudah sampai di rumah, Johan berjalan gontai menuju kamar Aruna. Sejak kepergian istrinya, dia hanya terdiam disana dan tidur disana. Mencoba mencari aroma tubuh Aruna yang mulai memudar sejak kepergiaannya.
"Jo, kau tidak bisa terus seperti ini. Kalau kamu yakin bisa menemukan Aruna, maka kau juga harus mulai mempunyai semangat untuk hidup ini" ucap Arvin.
Johan menghentikan langkahnya saat sudah sampai di depan pintu kamar, tangannya sudah memegang gagang pintu. "Aruna ingin aku seperti ini. Dia sedang menghukumku sekarang. Biarkan aku menjalani hukumannya sampai dia mau kembali padaku"
"Jo, dia tidak akan kembali jika kau ..."
"Dia akan kembali!" tegas Johan yang berlalu masuk ke dalam kamar.
Kembali pada keheningan ruangan ini, menatap ke sekelilingnya yang terasa kosong dan hampa. Ruangan yang menyimpan kenangan tentang pemiliknya yang pernah tinggal disini, namun sekarang dia sudah pergi. Ruangan ini sekarang terasa begitu sunyi dan sepi.
Johan berjalan ke arah meja, dimana laptop milik Aruna berada disana. Setiap hari dia hanya menonton video Aruna di malam ulang tahunnya itu. Wajah manis perempuannya yang berada di layar, membuat kerinduan Johan sedikit terobati. Meski tidak sepenuhnya.
Rekaman video yang terus berulang kali diputar, sejak Johan melihatnya. Tidak ada yang dia lakukan selain memutar rekaman video Aruna dan berdiam diri di dalam ruangan ini dengan memeluk penyesalannya sendirian. Bahkan urusan Kantor pun kembali Ayahnya yang mengurus. Sudah berapa kali Ibu datang, dan mencoba untuk menguatkan Johan. Ingin anaknya memiliki sedikit semangat dalam hidupnya lagi dan mencari Aruna. Tapi, sepertinya Johan masih terpuruk dalam penyesalannya.
*
Sudah hampir tiga bulan sejak kepergian Aruna. Dan masih belum ada yang bisa Johan lakukan, pencarian terus berlanjut oleh Arvin. Tapi memang belum ada informasi apapun tentang keberadaan Aruna.
Johan masih betah dengan kesendiriannya dan penyesalannya. Berdiam di dalam kamar ini dengan suasana gelap, sudah terbiasa untuk Johan. Begitulah cara dia menghukum dirinya sendiri setelah kepergian Aruna. Semakin hari, semakin terasa sakit oleh penyesalan yang dia alami.
Menatap foto lusuh yang sudah sering ada dalam genggamannya dan juga terkena tetesan air matanya. Foto beberapa tahun lalu yang tersisa di ruangan ini.
Jemarinya mengusap bagian foto Aruna. Suami macam apa dia ini, sampai tidak mempunyai foto sang istri. Saat pernikahan pun, tidak ada foto apapun, karena dia yang langsung pergi setelah ikrar janji pernikahan.
"Aku salah Aruna, aku tahu aku terlalu bodoh. Aku bukan suami yang baik. Tapi, bisakah memberikan aku kesempatan untuk kembali padaku? Kita perbaiki semuanya ya, Sayang"
Hanya udara dingin di dalam ruangan ini yang mendengar segala ratapan penyesalan Johan. Suara tangisan dan semua penyesalan Johan hanya berada di dalam ruangan ini. Johan benar-benar hancur.
Tok .. tok..
Suara ketukan pintu membuat Johan mengusap air matanya. Dia menatap ke arah pintu. "Jangan ganggu aku!"
Selalu seperti ini, dia bahkan hanya keluar sekali hanya untuk sekedar makan seadanya dalam sehari. Tapi terkadang juga tidak keluar seharian, tidak peduli dengan isi perutnya. Johan sudah benar-benar dalam keadaan yang hancur. Dia tidak lagi memikirkan tentang kesehatan dan dunia luar. Hanya mengurung diri di dalam ruangan ini.
Mengambil satu bantal dan memeluknya, aroma tubuh Aruna sudah menghilang. Johan hanya bisa meneteskan air mata saat merasakan aroma tubuhnya pun sudah mulai hilang. Aruna benar-benar ingin menghilang darinya.
"Aruna Sayang, kembalilah. Apa belum puas marah padaku, sampai harus berbulan-bulan pergi tanpa jejak seperti ini"
"Sampai kapan kau akan seperti mayat hidup seperti ini"
Suara Arvin yang terdengar kesal di balik pintu kamar, tapi Johan tidak memperdulikan itu. Dia hanya diam dengan memeluk bantal milik Aruna dan juga mengenggam erat foto istrinya itu.
Di balik pintu kamar, Arvin menghembuskan nafas kasar. Melirik Mia yang berdiri di sampingnya dengan nampan berisi makan malam untuk Johan. Sebenarnya memang Mia yang mengetuk pintu pertama kali, sampai Arvin tiba-tiba datang dan mendengar teriakan Johan yang tidak ingin diganggu.
"Mia, kau kembali saja ke dapur. Biar aku yang urus pria ini"
Mia mengangguk pelan. "Baik Tuan"
Setelah Mia berlalu, Arvin langsung masuk ke dalam kamar. Memang Johan tidak mengunci pintu, mungkin dia sudah tidak peduli dengan apapun lagi.
Seperti biasa, ketika Arvin masuk ke dalam kamar ini, maka suasana benar-benar gelap. Arvin meraih saklar lampu dan menyalakan lampu kamar. Melihat Johan yang duduk berdiam dia tas tempat tidur dengan memeluk bantal dan juga sebuah foto ada ditangannya.
"Kau tidak akan bisa menemukan Aruna jika terus seperti ini, Jo. Sampai kapan kau akan menjadi mayat hidup seperti ini?"
Johan menatap kosong, tapi dia mendengar semua ucapan Arvin barusan. "Biarkan aku menerima hukuman penyesalan ini. Aku sudah banyak melukainya, sekarang biarkan aku juga sakit karena kehilangannya"
"Bodoh!"
Bersambung
selamat ya Jo.... selamat menuai, yg slama ini kau tanam