Blurb :
Ling, seorang Raja Legendaris yang bisa membuat semua orang bergetar saat mendengar namanya. Tak hanya orang biasa, bahkan orang besar pun menghormatinya. Dia adalah pemimpin di Organisasi Tempur, organisasi terkuat di Kota Bayangan. Dengan kehebatannya, dia dapat melakukan apa saja. Seni beladiri? Oke! Ilmu penyembuhan? Oke! Ilmu bisnis? Oke!
Namun, eksperimen yang dia lakukan menyebabkan dirinya mati. Saat bangun, ternyata ia bereinkarnasi menjadi pria bodoh dan tidak berguna yang selalu dihina. Bahkan menjadi tertawaan adalah hal yang biasa.
Popularitas yang selama ini ia junjung tinggi, hancur begitu saja. Mampukah ia membangun kembali nama besarnya? Atau mungkin ia akan mendapat nama yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daratullaila 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Peduli
Ling mengalihkan pandangannya, membuat ekspresi kejam di wajahnya tak terlihat oleh Liam.
"Apa kau akan ke rumah sakit?" tanya Ling dengan nada yang tenang dan santai.
"Iya," jawab Liam, nyaris tanpa berpikir.
"Tunggu aku," Ling berkata lagi, kali ini dengan nada perintah yang halus namun tak terbantahkan.
Masih dalam kondisi seperti tersihir, Liam hanya mengangguk kecil, lalu berjalan ke ruang tunggu. Ia duduk sambil memainkan ponselnya. Setelah beberapa saat, ia tersentak.
Bagaimana bisa ia begitu saja menuruti perkataan Ling? Bahkan, ia menunggu dengan tenang tanpa protes, seolah ini adalah hal yang wajar. Namun, rasa ingin tahunya lebih besar dari kebingungannya, sehingga ia tetap duduk di sana dengan sabar.
Liam mencuri pandang ke arah Ling yang tampak kembali tertidur di kursinya. Garis wajah Ling terlihat begitu tegas, hampir memancarkan kewibawaan yang secara alami membuat orang segan. Ling ini tampak sangat berbeda dari dirinya yang dulu.
Setelah hampir satu jam, Ling akhirnya selesai. Ia bangkit dari kursi, membayar biaya salon, lalu berjalan keluar. Liam, seakan terhipnotis, mengikuti Ling tanpa protes. Mereka melangkah ke arah mobil Liam, sampai tiba-tiba Liam sadar dan berhenti, menatap Ling dengan tatapan penuh kecurigaan dan kebencian.
“Ling, apa yang kau lakukan? Apa kau benar-benar punya nyali untuk bertemu Wuzhou? Kalau aku jadi kau, aku sudah menghilang dari muka bumi ini,” serunya dengan nada mengejek dan sinis. “Kau pikir kau masih pantas menyebut dirimu sebagai Tuan Muda dari Keluarga Chen?”
Ling mendekat dan tanpa peringatan, meraih kerah Liam, mengangkatnya dengan mudah. Liam terkejut dan berusaha melepaskan diri dari genggaman itu, tetapi cengkraman Ling begitu kuat. Rasa sakit mulai terasa di lehernya, dan ia mendapati suaranya bergetar.
Tatapan Ling menjadi semakin tajam saat dia berkata dengan nada dingin, "Apakah kau melihat langsung aku mengurungnya? Kalau aku benar-benar ingin membunuhnya, ada seribu cara yang bisa kugunakan. Apa kau pikir aku akan melakukan hal yang serendah itu?" Nada suara Ling terdengar santai, namun ketenangannya justru membuat Liam terpaku, membuat bulu kuduknya merinding.
Di masa lalu, mungkin Liam akan langsung membalas atau menantangnya. Namun, kali ini, keberanian dan kekuatannya seakan lenyap dalam sekejap.
Saat itu, sopir Liam yang mendengar keributan di luar, keluar dari mobil dan mendekati mereka. Melihat kemunculan sopir, Ling perlahan melonggarkan cengkeramannya. Sopir itu langsung tercengang melihat tuan mudanya terlihat berantakan, rambutnya kusut dan wajahnya merah akibat tekanan di lehernya.
Dengan senyum lembut, Ling menatap sopir itu. Ekspresi hangat dan ramah yang ditunjukkan Ling seolah menutup semua kekerasan yang baru saja terjadi. Tatapan sopir tersebut menjadi ragu, terlebih lagi dengan penampilan Ling yang rapi dan berwibawa, sulit dipercaya bahwa dia baru saja bertindak kasar.
“Oh, kami hanya bercanda, Tuan Muda Zhuo dan aku sedang bermain-main saja,” ucap Ling dengan suara tenang sambil tersenyum.
Sopir itu mengangguk, tampak lebih percaya dengan ucapan Ling daripada ekspresi wajah tuan mudanya. Dalam pikirannya, Ling masih ia kenal sebagai sosok yang lemah dan tidak berdaya, bukan seseorang yang bisa mengalahkan tuan mudanya yang tangguh. Tanpa curiga, ia pun kembali ke dalam mobil.
Setelah sopirnya pergi, Liam kembali menatap Ling dengan bingung. Tatapan mata Ling yang cerah, tenang, dan tegas membuatnya menyadari bahwa selama ini Ling hanya berakting, menyembunyikan sisi dirinya yang sebenarnya. "Apa kau benar-benar tidak mengurung Wuzhou?” tanyanya dengan suara pelan, kali ini dengan nada lebih hati-hati, seolah takut mengundang kemarahan Ling.
Meskipun Ling dikenal sebagai sampah, hubungan antara Keluarga Chen dan Keluarga Zhuo sebenarnya cukup dekat. Namun, Liam sendiri sebenarnya tidak terlalu mengenal Ling. Penilaiannya tentang Ling hanya didasarkan pada gosip dan omongan teman-temannya yang menganggap Ling sebagai orang tak berguna.
Memang, Liam pernah beberapa kali menyaksikan Ling terlibat dalam masalah, membuat onar di sana-sini. Tetapi saat melihat sikap Ling yang sekarang, ia merasa ada sesuatu yang sangat berbeda, aura baru yang membuatnya takjub sekaligus waspada.
Di sisi lain, Wuzhou adalah sosok yang disukai semua orang. Ia bukan hanya berbakat, tetapi juga terkenal ramah dan memiliki banyak teman. Karena sifatnya yang begitu menyenangkan dan reputasi akademiknya yang mengesankan, tak heran jika banyak orang ingin berteman dengannya.
Terlebih lagi, Wuzhou dikabarkan akan mewarisi bisnis besar milik Keluarga Chen, sehingga banyak orang tua mendorong anak-anak mereka untuk mendekati Wuzhou demi kesempatan koneksi bisnis yang menjanjikan. Semua ini membuat Ling semakin terlihat buruk di mata orang-orang sekitar, dan rumor tentang dirinya yang mengurung Wuzhou di lemari pendingin menjadi lebih mudah dipercaya.
Ling menatap Liam dengan pandangan dingin dan berkata dengan suara rendah yang mengandung ancaman, “Apa kau ingin aku menunjukkan metode yang lebih kejam lagi?”
Seketika, Liam tersentak sadar. Mengingat kekuatan Ling yang baru saja dia rasakan, tidak mungkin Ling menggunakan cara yang begitu sederhana seperti mengurung Wuzhou tanpa meninggalkan luka serius. Dalam sekejap, Liam merasa tak yakin lagi dengan rumor yang beredar.
“Pak, tolong antar kami ke rumah sakit sekarang,” ucap Liam pada sopirnya. Ia menghela napas, memutuskan untuk mengalihkan pikirannya dari masalah Ling. Kepalanya berdenyut memikirkan segala kerumitan yang tak terduga ini.
Saat mereka tiba di rumah sakit, Ling mengikuti Liam dari belakang dengan langkah santai, sambil sesekali memainkan ponselnya dengan malas. Mereka melangkah menuju lift khusus.
Wuzhou dirawat di salah satu kamar VVIP, ruangan yang sangat istimewa dan terletak di lantai atas rumah sakit. Di tempat ini, semakin tinggi letak ruangan, semakin eksklusif dan penting status pasien yang menempatinya.
Ruangan ini tidak untuk sembarang orang, hanya kalangan tertentu yang memiliki akses ke sini—pejabat tinggi, pengusaha besar, dan beberapa individu penting lainnya yang rela membayar lebih untuk kenyamanan dan privasi yang maksimal. Bahkan, seringkali ruangan-ruangan ini dipakai oleh orang-orang berpengaruh hanya untuk beristirahat sejenak dari rutinitas kerja yang menumpuk dan melelahkan.
Selain itu, ruangan ini hanya bisa dicapai menggunakan lift khusus. Dan di tempat ini lah mereka berada sekarang.
Saat pintu lift hampir menutup, tiba-tiba terbuka kembali, dan dua wanita elegan melangkah masuk. Wajah mereka begitu memesona, setiap lekuknya sempurna, bak karya seni yang halus.
Penampilan mereka yang anggun dan pakaian mereka yang berkelas jelas menunjukkan bahwa mereka bukan orang biasa. Tubuh mereka ramping dan kulit mereka sehalus giok, memberikan kesan mewah dan berharga.
Melihat siapa yang masuk, Liam yang awalnya kaku seketika menunjukkan ekspresi terhormat. Ia membungkukkan tubuhnya sedikit sambil berkata dengan nada penuh hormat, "Nona Yu." Sebuah senyuman lebar menghiasi wajahnya.
Wanita yang disapanya adalah Yu Bin, sosok terkenal di kalangan atas Kota Urban. Siapa yang tak kenal dengan Yu Bin? Ia adalah cucu kesayangan Tetua Yu, seorang tokoh besar yang memiliki kedudukan tinggi dalam kemiliteran, meskipun tak lagi memegang jabatan formal.
Karena pengabdian yang luar biasa dari Keluarga Yu selama puluhan tahun, mereka dihormati oleh semua orang di Kota Urban, bahkan posisinya bisa dikatakan setara dengan walikota, atau mungkin lebih mulia. Dengan kedudukan keluarganya yang begitu terhormat, tak heran Liam menjaga setiap tindakannya dan bersikap sopan agar tidak menyinggungnya.
Yu Bin membalas sapaan Liam dengan anggukan sopan dan sebuah senyum, lalu melangkah masuk. Ia memberi isyarat kepada wanita di belakangnya untuk ikut masuk, dan bahkan sedikit membungkukkan badan sebagai tanda hormat.
Liam melihat ini dengan penuh kebingungan. Mengingat status Yu Bin yang begitu tinggi, jarang sekali ia memperlihatkan sikap menghormati orang lain dengan sedemikian rupa.
Kemudian masuklah seorang wanita lain yang juga memancarkan pesona anggun nan memikat. Wajahnya tak kalah menawan, tubuhnya serupa dengan giok yang halus dan indah. Gaunnya yang elegan melingkupi lekuk tubuh rampingnya dengan sempurna, memancarkan aura kecantikan yang memukau. Dengan kaki jenjang yang terekspos secara elegan, setiap pria yang melihatnya pasti terpesona.
Wanita itu melangkah dengan penuh percaya diri. Di tangannya terdapat iPad yang ia gulirkan dengan santai, memperlihatkan sisi profesionalnya. Sekilas terlihat seperti ia tengah memeriksa dokumen-dokumen penting, menunjukkan bahwa dirinya bukan sembarang orang—barangkali seorang eksekutif di sebuah perusahaan besar.
Dia terlihat anggun dan mulia pada saat bersamaan.
Sesampainya mereka di lantai VVIP, Yu Bin dan wanita itu melangkah keluar terlebih dahulu. Sebelum mengikuti, Liam kembali membungkuk hormat kepada Yu Bin. Sementara itu, Ling hanya mematikan ponselnya dan mengikutinya keluar, tanpa memberikan lirikan sekilas pun pada mereka.
Yu Bin menatap ke arah Ling yang berlalu tanpa memberi perhatian sedikit pun pada mereka, dan dengan nada tidak percaya, ia berbisik, “Apakah dia benar-benar mengabaikan kita begitu saja?”
Ia mendesah singkat dan melanjutkan, “Mengabaikanku masih bisa dimaklumi. Tapi, bagaimana mungkin dia bisa menahan diri untuk tidak melirik padamu?”
Meskipun Yu Bin bukan orang yang suka menarik perhatian, dia selalu menyadari kehadirannya pasti menarik perhatian banyak orang. Maka, ketika ada seseorang yang tidak memedulikannya, rasa ingin tahunya pun tergugah.
Wanita di sampingnya hanya tersenyum tipis, masih asyik memeriksa dokumen di iPad-nya. Tanpa melepaskan pandangannya dari layar, ia akhirnya mengangkat wajah dan berkata dengan tatapan dingin yang tajam, “Dia dari Keluarga Chen, bukan?”
“Betul sekali,” sahut Yu Bin dengan nada datar. “Salah satu keluarga besar di Kota Urban. Sayangnya, calon ahli warisnya benar-benar mengecewakan. Tidak sebanding dengan adik angkatnya yang dikenal berbakat. Bahkan, setelah melihatnya langsung, aku jadi sadar bahwa semua rumor itu benar adanya. Tidak ada yang dilebih-lebihkan atau dikurangi—adik angkatnya jauh lebih unggul darinya.”
sibuk mengurusi orang lain, mengabaikan orang yang mencintai nya yg melakukan apapun untuk dirinya, saya rasa MC termasuk dalam katagori ap normal
Ya,, orang iri memang susah untuk membuka mata dan hati.