NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Duchess Pemberani

Reinkarnasi Duchess Pemberani

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Penyesalan Suami / Fantasi Wanita
Popularitas:612.4k
Nilai: 4.8
Nama Author: Lily Dekranasda

Jasmine D'Orland, seorang duchess yang terkenal dengan karakter jahat, dituduh berselingkuh dan dihukum mati di tempat pemenggalan di depan raja, ratu, putra mahkota, bangsawan, dan rakyat Kerajaan Velmord.

Suaminya, Louise, yang sangat membencinya, memenggal kepala Jasmine dengan pedang tajamnya.

Sebelum kematiannya, Jasmine mengutuk mereka yang menyakitinya. Keluarganya yang terlambat hanya bisa menangisi kematiannya, sementara sebagian bersorak lega.

Namun, enam bulan sebelum kematian itu, Jasmine terlahir kembali, diberi kesempatan kedua untuk mengubah nasibnya yang tragis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Duchess Yang Sebenarnya

Juliet mendekat, membawa nampan berisi teko yang penuh berisi teh panas dan juga beberapa gelas. Barang itu satu set yang semua nya terbuat dari lead crystal, benda mahal yang hanya para bangsawan kelas atas yang sanggup membelinya. Juliet membawa nampan itu dengan tangan sedikit gemetar. Jasmine memperhatikan setiap gerakannya dengan saksama, matanya menyipit ketika ia melihat Juliet itu sengaja berpura-pura tersandung dan otomatis nampan itu akan mengenainya.

Dan saat itu terjadi, nampan itu dengan sengaja "terjatuh" ke arah badan Jasmine.

Namun, kali ini Jasmine lebih cepat. Ia menggeser tubuhnya, berpindah duduk di sebelahnya, membuat nampan berisi seluruh seluruh isian dalam teko dan gelas nya itu terkena sudut meja lalu jatuh ke bawah tanpa menyentuh kulitnya.

Ding..! Ding..! Ding..!

Seluruh isi nampan tersebut, teko dan gelas yang terbuat dari lead crystal itu pecah hingga tak beraturan.

"Sial, gagal teh panas ini tak mengenai wanita bodoh ini. Padahal saya telah memenuhi teko ini dengan penuh dan masih panas." ucap Juliet dalam hati.

Juliet pura-pura terkejut, tangannya dibuat gemetar, dan segera menundukkan kepalanya. "Maafkan saya, Duchess. Saya tidak sengaja..."

Plak!

Namun, sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, tangan Jasmine bergerak cepat, mendaratkan tamparan keras di wajah Juliet. Suara tamparan itu menggema di ruangan, membuat semua pelayan yang berada di tempat itu dan kepala pelayan, Harold, yang masih berdiri di dekat pintu terperanjat.

Juliet terhuyung, pipinya langsung memerah, dan darah mengalir tipis di sudut bibirnya. Kepalanya terpaksa menoleh ke samping akibat kekuatan tamparan tersebut. Belum lagi ada bekas 5 jari di salah satu pipi nya.

Jasmine menatapnya dengan dingin, tanpa sedikit pun rasa bersalah. "Beraninya kau mencoba membodohiku dengan permintaan maaf mu?!" suaranya tegas, menusuk hingga membuat Juliet menggigil, namun ia mencoba untuk tenang, karena mempunyai beckingan yang kuat.

"Kau tahu? Aku telah memperhatikan mu dari tadi, dimana sudut bibirmu tersenyum sebelum berpura-pura terjatuh. Jika aku tidak memperhatikanmu, bagaimana bisa aku menghindar dari rencana bodoh mu itu!" ungkap Jasmine.

Kepala pelayan, Harold, kaget dan langsung menatap Juliet, sedangkan Juliet tentu saja kaget jika gerak geriknya dari tadi dilihat oleh Duchess.

Juliet mendongak dengan mata yang memancarkan kebencian, sesuatu yang tidak pernah ia perlihatkan sebelumnya. Ia menatap tajam kepada Duchess Jasmine. Ia tak pernah mendapatkan tamparan oleh siapapun, ini pertama kalinya ia di tampar. Namun sebelum ia sempat berkata apa-apa, tangan Jasmine kembali melayang, menampar sisi wajah lainnya dengan keras.

Plak!

Wajah Juliet sudah memerah pipi kanan dan kiri, bekas tangan jasmine sangat tercetak dengan jelas. Darah segar ada di kedua sudut bibir nya.

"Jangan berani-berani menatapku seperti itu lagi, kau ini hanya budak rendah! Berani sekali kasta rendah seperti mu menatap tajam kepada bangsawan atas." Jasmine menekan setiap kata dengan penuh kekuatan, membuat Juliet semakin pucat.

Harold yang berdiri di dekat pintu menahan napas, matanya tak berkedip melihat perubahan drastis pada Duchess Jasmine. Sebelumnya, ia selalu mengenal Duchess sebagai wanita lembut yang sering menjadi sasaran penghinaan tanpa melawan. Tapi sekarang, wanita di depannya bukanlah seorang Duchess yang ia kenal.

Plak!

Tamparan ketiga membuat Juliet terjatuh di lantai, menahan sakit di kedua pipinya, tetapi ia masih memberanikan diri untuk membuka mulut. "Duchess... Anda tidak berhak... memperlakukan saya seperti ini. Saya akan mengadu pada Duke Louise."

Jasmine mendekat, berdiri tepat di hadapannya. Menarik dagu nya hingga ia mendongak keatas. Dengan suara rendah, penuh ancaman, ia berkata, "Kau pikir aku takut? Pergilah mengadu pada siapa pun yang kau inginkan. Aku bahkan ingin melihat bagaimana reaksinya."

"Aku justru ingin melihat apakah kau cukup berani untuk melakukannya. Tapi ingat ini baik-baik, jika kau melawan, aku tidak akan segan-segan membuat hidupmu lebih menyedihkan daripada sekarang."

Juliet terkejut sambil memegangi pipinya yang merah, tetapi masih mencoba melawan. "Anda akan menyesal telah melakukan ini padaku, Duchess. Anda tidak tahu posisi Anda!"

Jasmine, dengan dingin, menatap pelayan itu. "Oh, aku tahu posisiku. Aku adalah seorang Duchess di sini. Kau hanyalah pelayan rendahan, apakah kau lupa jika aku ini masih keluarga D'Orland dan masih mempunyai kekerabatan oleh raja saat ini."

Juliet membeku, napasnya tersengal. Mata Jasmine yang tajam seperti menusuk langsung ke dalam dirinya, membuatnya tidak mampu berkata-kata lagi. Apalagi kata-kata yang terlontar, ia lupa jika Duchess dihadapannya ini merupakan kerabat raja saat ini, bahkan dari keluarga Duke D'Orland.

Jasmine melirik ke arah Harold yang masih mematung di dekat pintu. "Harold, apa kau hanya akan berdiri di sana tanpa berbuat apa-apa? Seret dia keluar, bawa dia ke ruang bawah tanah hingga Duke Louise datang, sebelum aku benar-benar kehilangan kesabaran."

Harold tersentak, lalu segera mendekat. "Ya, Duchess." Dengan sigap, ia menarik Juliet untuk berdiri. Namun belum sempat Harold menyeretnya keluar dari ruangan, ia berhenti tatkala Duchess Jasmine memanggilnya.

"Tunggu Harold," panggil Jasmine.

"Iya, Duchess. Ada lagi yang perlu diberitahu?" tanya Harold, kepala pelayan dengan penasaran.

"Jangan lupa, potong gaji nya 80% untuk mengganti barang yang ia pecahkan," ucap Jasmine menatap tajam pelayan tadi dan kepala pelayan.

"A.. Apa? 80%? Apa Duchess ingin membunuh saya dengan memotong gaji saya sebesar itu?" tanya pelayan itu.

"Heh, pelayan rendah, kau ini Oon atau bodoh? Kau menjatuhkan dan memecahkan satu set teko beserta gelas nya. Apakah kau tak tahu berapa harga nya? 80 koin emas. Kau dengar? 80 koin emas."

Semua para pelayan disana sangat terkejut dengan harga satu set teko dan gelas itu, kecuali kepala pelayan.

"Ke.. Kenapa mahal sekali?" tanya nya.

"Teko dan gelas itu terbuat dari lead crystal, bahkan untuk memotong 80% gaji mu saja takutnya kamu mati sebelum melunasi ganti rugi mu. Kamu hanya sebagai pelayan magang yang dibawa oleh wanita sundul itu dan hanya dibayar 5 koin emas per bulan. Sedangkan yang kau pecahkan 80 koin emas. Berapa tahun kau akan melunasi nya? Hah?" ucap Jasmine dengan menyeringai, puas dengan mimik muka pelayan itu.

"Oh tidak.. Duchess.. Maafkan saya.. Ku mohon...!" ucapnya sambil menangis.

"Seret dia ke bawah tanah, dan jangan lupa catat hutang nya dan potong gaji nya Harold. Kau mendengarku?"

"Baik Duchess, sesuai dengan perintah Anda," jawab Harold dan segera menyeret pelayan itu menjauh dari Duchess Jasmine.

Sedangkan Juliet masih berteriak memanggil namanya, "Duchess... Duchess.. Maafkan saya.. Jangan potong gaji saya, Duchess. Duchess!"

Jasmine tak peduli dengan teriakan pelayan itu, ia duduk di tempat lain dengan anggun, mengambil sendok perak dan mulai menyuapkan makanan ke mulutnya. Wajahnya tenang, tetapi aura dinginnya membuaT seluruh ruangan terasa tegang. Para pelayan yang masih berada di dalam ruangan menunduk dalam-dalam, bahkan suara napas mereka hampir tak terdengar.

Lianne berdiri di sudut ruangan. Meski ia merasa sedikit terkejut dengan perubahan drastis Jasmine, ada rasa bangga yang tak bisa ia sembunyikan.

"Inilah Duchess Jasmine yang kukenal dulu," pikir Lianne. "Duchess yang kuat dan pemberani, yang tidak membiarkan siapa pun menginjak-injaknya."

Jasmine melirik sekilas ke arah para pelayan, matanya berhenti sejenak pada Lianne. Melihat tatapan setia pelayannya itu, Jasmine memberikan anggukan kecil, nyaris tak terlihat. Lianne segera memahami sinyal itu, merasa sedikit lega bahwa ia tetap memiliki kepercayaan dari majikannya.

Sementara itu, pelayan lainnya masih gemetar, tak berani mengangkat kepala. Jasmine meletakkan sendoknya perlahan, lalu menyesap teh dingin yang tadi ia tinggalkan. Setelah beberapa saat, ia membuka suara dengan nada yang tenang namun penuh wibawa.

"Apakah kalian semua melihat apa yang terjadi barusan?" tanyanya, tanpa memandang langsung kepada siapa pun.

Para pelayan saling melirik dengan takut-takut, tetapi tetap menunduk. Tidak ada yang berani menjawab.

"Jika ada yang berpikir untuk meniru tindakan bodoh seperti itu, ketahuilah bahwa aku tidak akan menunjukkan belas kasihan. Apakah aku sudah jelas?"

Salah satu pelayan, seorang wanita muda, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjawab. "J-jelas, Duchess."

Jasmine tersenyum tipis, senyuman yang sama sekali tidak ramah. "Bagus. Sekarang, tinggalkan aku. Kecuali Lianne, aku tidak ingin melihat siapa pun di sini."

Para pelayan segera membungkuk dan bergegas keluar, langkah kaki mereka tergesa-gesa, seolah ingin secepat mungkin meninggalkan ruangan itu.

Saat pintu tertutup, hanya Jasmine dan Lianne yang tersisa. Jasmine menatap pelayannya itu dengan lebih lembut, berbeda dari tatapan dingin yang ia tunjukkan kepada yang lain.

"Lianne," panggil Jasmine perlahan.

"Ya, Duchess?" Lianne segera mendekat, berdiri di samping Jasmine.

"Terima kasih telah setia padaku selama ini." Jasmine berbicara dengan tulus, membuat Lianne terkejut.

"Tidak perlu mengucapkan itu, Duchess," jawab Lianne dengan suara gemetar. "Hamba hanya menjalankan tugas hamba. Tetapi, hamba sangat bangga melihat Duchess kembali menjadi diri yang dulu."

Jasmine menatap Lianne dengan mata yang sedikit melunak. "Aku tidak akan menyia-nyiakan kesetiaanmu, Lianne. Aku berjanji, semuanya akan berubah mulai sekarang."

Lianne mengangguk penuh keyakinan. "Hamba akan selalu mendukung Duchess, apa pun yang terjadi."

Dengan itu, Jasmine melanjutkan makan siangnya, sementara Lianne berdiri di dekatnya dengan hati yang lebih tenang. Meski suasana di rumah Clair terasa dingin dan penuh ancaman, keduanya tahu bahwa ini adalah awal dari perubahan besar.

1
ria sufi
semangat
ria sufi
😭😭😭
ria sufi
buang tu duke Clair tu, cari sosok yg lebih pantas sbg pedamping hidup
Ratih Paulus
bukan keluarga d'orland aja yg nangis aku jg Thor😭😭😭😂
ria sufi
lanjutkan
Yen Yen
Luar biasa
ria sufi
baru bertemu cerita yg bagus gaya bahasanya
bunda
Luar biasa
Nur Aulia Rahmah
mana nih kelanjutannya?
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut, semangat sehat ya 💪💪😍
Dewisartika Hutabarat
ubur-ubur ikan lele ga sempat komen le🥰
.
saran thor perkenalkan tokohnya jangan semuanya sekaligus karna pembaca juga ngga akan inget semua, mending di kenalkan seiring berjalannya waktu saat tokoh tersebut sudah muncul di cerita seperti di novel-novel yang lain
Tyas Djuliarko
jozz/Rose/
Ayu Septiani
lanjut up lagi thor, semangat
Tyas Djuliarko
/Wilt/
Tyas Djuliarko
/Rose/
phity
uuuuuuhhhhhh serunya..keren
Taris
Luar biasa
phity
sukses mewek thor, di bab ini aku berpikir knp aku tadi memilih cerita ini ya...ternyta pilihanku tdk salah crita ini keren. bab ini jg bikin aku cengeng trimkasih thor untuk rasa haru di bab ini untuk air mta yg keluar dgn nafas sesak di dada...kedepannya jasmine akn sllu menang kan thor?
phity
seruuuu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!