Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Pada akhirnya Alana mengalah dengan semua aturan dan keputusan sepihak yang diambil Silas dalam hidupnya. Tangan Alana masih memegang ponselnya menatap foto sebagai ancaman terkuat yang dimiliki Silas untuk melumpuhkan dirinya. Suara langkah kaki membuat Alana terkejut, ya wanita itu masih duduk di lantai.
"Sudah mengambil keputusan, Nona Alana?" Tanya Silas sembari meletakkan makanan dimeja dekat Alana.
Ketahuilah Alana tidak ada makan apapun dari pagi sampai siang ini. Setelah berdebat yang tidak mendapatkan kemenangan dengan Silas tadi Alana hanya duduk diam menatap jendela atau terkadang layar ponselnya.
"Apa semua keputusan yang aku katakan... akan kau terima?" Tanya Alana balik tanpa menatap kearah Silas.
Silas terdengar menghela napas berat, kedua tangannya tersimpan di kantong celana. Terus menatap Alana yang terlihat menyedihkan dan tidak berdaya. Sebenarnya hati Silas tidak rela melakukan semua tindakan sepihak ini, tapi menurutnya untuk tetap menahan Alana hanya inilah satu-satunya cara.
"Jika saranmu tentang berlanjutnya hubungan kita maka akan aku terima, selain itu aku tidak menerima keputusan apapun." Pertegas Silas.
Langsung pandangan mata Alana tertuju pada Silas yang masih menatapnya. "Kau lupa sudah memiliki istri? mungkin sekarang istrimu itu menunggu kepulangan suami tidak berguna seperti mu!" Umpat Alana, ia berusaha bangkit dengan berpegangan pada meja.
Silas tersenyum sinis saja mendengar apa yang Alana katakan, tidak tersinggung sedikitpun.
"Lalu dengan mudahnya kau mau menjadikan aku simpanan? kau tidak berguna, Silas!" Kembali Alana membelakangi Silas setelah mengeluarkan unek-uneknya.
Alana juga tidak tahu mengapa ia bisa meminta menghabisi malam bersama dengan Silas kemarin malam. Mengapa alkohol itu membuatnya tidak terkendali seperti kemarin, mengingat Silas sudah memiliki seorang istri.
"Sama halnya seperti lima tahun yang lalu, Alana.. aku masih mencintaimu." Ungkap Silas setelah lama terdiam. "Terdengar sedikit tidak masuk akal, tapi lima tahun tanpamu tidak membuat semua rasa cintaku hilang_"
"Cinta?" Alana tersenyum sinis kepada Silas yang menatapnya penuh cinta. "Cinta apa? kau hanya mempermainkan aku yang lugu, Silas! Cukup, jangan ingat tentang lima tahun lalu itu, aku bukanlah Alana yang lugu lagi!" Bantah Alana, ia mendorong sedikit tubuh Silas.
Tangan Silas langsung meraih tangan Alana, ia genggam sangat erat meskipun Alana susah mati berusaha melepaskan diri. "Lepaskan, brengsek!" Alana terus memberontak tapi begitu pula Silas terus berusaha menjinakkan Alana.
Tubuh Alana Silas dorong hingga terjatuh diatas tempat tidur, tatapan penuh cinta tadi telah tergantikan dengan tataan sangat tajam. Bukan kebencian melainkan tatapan kecewa, tidak menyangka jika memang Alana sudah sangat benci padanya.
"Aku memutuskan, siang ini kita akan menikah!"
"Aku tidak mau!"
"Baiklah, sebaiknya sekarang kita segera kerumah istriku. Untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi di antara kita, bagaimana?" Silas kembali menekan Alana dengan keputusan sepihaknya.
Alana tersenyum masam dengan semua pilihan tidak menyenangkan ini, ia tidak mungkin langsung menghadapi istri Silas bukan. Pastinya bakal diamuk seperti didrama yang sering Alana tonton, tidak disangka jika hidupnya akan mengalami hal yang sama seperti ini.
"Aku menunggu jawabanmu, Baby.." Silas memegang dagu Alana, wajah cantik itu mendongak menatapnya. "Jika kau tidak bisa menjawab maka aku akan sangat sedia untuk mengambil keputusan sekarang." Katanya lagi.
Alana memejamkan mata menahan air mata yang akan jatuh, pilihan yang sangat menyesakkan dadanya. Semuanya tidak ada yang menguntungkan, semuanya menekan.
"Bagaimana?" Pertanyaan Silas membuat Alana tersadar, ia menatap sangat tajam pria di hadapannya itu.
"Aku memilih menikah denganmu, tetap merahasiakan hubungan kita. Dari siapapun, termasuk Kakakku ataupun istrimu." Jawab Alana sangat sangat tegas tanpa ragu sedikitpun.
Barulah Silas melepaskan Alana, ia berdiri dengan tangan berkacak pinggang menatap Alana yang terduduk diatas tempat tidur.
"Aku akan mempersiapkan perjanjiannya, kau tetap disini." Silas langsung melangkah pergi begitu saja meninggalkan Alana.
Tubuh Alana seakan lemas disaat pintu kamar tertutup, tubuhnya tidak mampu untuk duduk lagi. Alana merebahkan tubuhnya, ia menangis sesenggukan sembari memeluk guling. Alana tidak menyangka mengalami hal seberat ini dalam hidup, malah sekarang menjadi istri simpanan dari Pria yang sangat ia benci.
"Aku mengutukmu, Silas!"
•
Silas membuat perjanjian yang sangat menguntungkan dirinya saja, ntahlah Silas kali ini telah gelap mata karena rasa cintanya pada Alana. Selama lima tahun terus mencari Alana yang menghilang secara tiba-tiba, mungkin hal itu yang membuat sosok Silas menjadi semaunya seperti ini.
"Kau boleh membenciku karena semua caraku untuk mendapatkanmu, Alana. Tidak apa, yang terpenting bagiku kau tidak pergi lagi." Silas menghela napas panjang di ruangan kerjanya.
Membuka komputer untuk melihat CCTV di kamar Alana, ia ingin tahu apa yang dilakukan wanita yang telah ia renggut kehidupannya itu. Ternyata Alana sedang menangis sesenggukan sambil makan yang ia sediakan tadi. Hati Silas sangat sakit melihat Alana kacau seperti itu, hanya saja ia tidak tahu harus melakukan apa kecuali semua ini.
"Maafkan aku, Alana.." Silas kembali menutup komputernya, rasa tidak tega muncul di hatinya karena melihat kekacauan yang dirasakan Alana hanya karna untuk bersama dengannya.
TOK.. TOK..
"Masuk!" Silas yakin pasti itu Wendi, ia juga sudah menyiapkan segala berkas untuk pernikahan sah nya dengan Alana.
Wendi berlalu masuk dengan tatapan super datarnya seperti biasa, ia sudah lama bekerja dengan Silas bisa dikatakan sudah sangat mengetahui sebagian besar hidup pria itu.
"Penghulu sudah datang, Tuan. Pernikahan bisa dilaksanakan sekarang, Nona Alana mungkin sudah bersiap sekarang." Ucap Wendi.
Silas mengangguk saja, ia tersadar jika cincin pernikahannya belum terlepas.
"Tuan yakin akan mengkhianati Nona Bella?" Tanya Wendi disaat Silas menaruh cincin pernikahannya di dalam lemari. "Bagaimana kalau Nona Bella tahu, takutnya semua aset keluarga Alexander akan_"
"Wendi, aku yang paling tahu tentang semuanya. Kau tetap fokus saja dengan perintahku, mengerti?"
"Baik, Tuan. Maafkan aku.." Wendi menunduk hormat merasa bersalah, bagaimanapun ia mengkhawatirkan tentang resiko yang akan diambil Silas kali ini.
Silas melihat kearah cincin pernikahan yang selalu saja mengekangnya selama ini, lima tahun Silas sudah terus berada di dalam kepalsuan.
"Alana adalah wanita yang paling aku ingin nikahi, kali ini aku akan mewujudkan keinginanku itu." Silas melangkah mantap keluar dari kamar untuk melanjutkan pernikahannya.