Catharine Briana Wilson dan Cathalina Andromeda Wilson adalah saudara kembar identik yang sengaja dipisahkan sejak bayi oleh sang ibu
Catharina yang tinggal bersama orang tuanya harus menghadapi kepahitan hidup setelah sang ibu meninggal dunia dan ayahnya menghadirkan ibu tiri untuknya
Memiliki ibu tiri yang jahat, adik tiri teratai putih dan ayah jenderal bajingan, Cathalina yang mengantikan posisi sang kakak yang dibunuh pada saat pernikahannya berniat membalas dendam
Menginjak-injak mereka dan menjadikan mainan! Mata dibalas dengan mata !
Memiliki suami yang lumpuh dan kejam,Cathalina akan membuatnya bertekuk lutut dan membayar semua penghinaan yang diberikan lelaki tersebut kepada sang kakak.
Putri yang luar biasa dengan berbagai macam keahlian yang akan menggemparkan kekaisaran Lunox.
Bahkan kaisar membutuhkannya untuk bertahan hidup dan mengamankan singhasananya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KABAR MENGEJUTKAN
Krucuuuk....
Perut Catharine berbunyi kencang ketika aroma daging domba panggang masuk kedalam indera penciumannya.
Kedua matanya langsung terbuka sempurna dengan air liur yang hampir menetes melihat aneka sajian hidangan daging domba yang tertata apik diatas meja yang ada disamping ranjang.
Catharine yang sangat kelaparan setelah menguras banyak tenaga untuk menyembuhkan para prajurit dan menumpas para penyusup didalam istana segera bangkit dan duduk didepan meja dengan kedua mata berbinar.
Tanpa aba-aba, dia langsung mengambil satu potong besar daging domba panggang, menyuapkan ke mulutnya sambil menutup mata seolah meresapi setiap kelezatan disetiap kunyahannya.
“Ini sangat enak!”, ujarnya bersemangat.
Diapun tanpa sungkan langsung mengambil daging domba cukup banyak diatas piring dan segera memakannya.
Saat makan, dia tak akan bisa berhenti, tidak perduli dengan penampilan, tidak perduli dengan keadaan sekitar dan dengan rakus menghabiskan satu piring besar daging domba panggang yang tersedia diatas meja.
Bukan hanya daging domba saja yang raib, roti isi daging serta sup ikan segar yang tersaji dalam jumlah besar yang biasanya disantap oleh lima orang kini habis tak bersisa, semua masuk kedalam perut Catherine yang masih tampak rata meski semua makanan telah masuk kedalam perutnya.
Derreck sampai terbelalak tak percaya jika wanita kurus dihadapannya memiliki porsi makan yang besar, tak sesuai dengan bentuk tubuhnya.
“Gila! Itu makanan masuk kemana jika tubuhnya kurus kering seperti itu”, batin Derreck syok.
Lain Derreck lain Raja Dexter, lelaki itu semakin merasa tak mengenal apapun tentang Catharine.
Setiap kali mereka bertemu ada saja tingkah polanya yang membuat orang terkejut dan penasaran dengannya.
Begitu selesai, Catharine yang tak menganggap kehadiran tuan rumah disampingnya langsung bangkit dan ingin pergi.
Namun langkah kakinya terhenti ketika suara berat menginterupsinya, “Mau kemana? Sudah ada dokter kekaisaran jadi beristirahatlah”.
Dia berhenti, menoleh dan menatap Raja Dexter dengan dingin. “Yang Mulia, saya akan kembali ke paviliun belakang. Terimakasih atas makanannya”.
Perut kenyang dan istirahat yang baik membuat tubuh Catharine kembali bertenaga dan tanpa menunggu persetujuan Raja Dexter, dia langsung keluar ruangan.
Di aula kediaman utama tampak lebih dari dua ratus prajurit yang terluka sedang dirawat oleh seorang dokter yang tampak berlalu lalang untuk mengobati pasien yang masih belum sempat dia rawat karena dia tak cukup tenaga untuk merawat semuanya.
Catharine mendahulukan para korban dengan luka yang cukup serius dan meninggalkan sejenak para korban luka ringan yang kini tampak telah ditanggani oleh dokter kekaisaran yang telah tiba.
Begitu melihat wanita bercadar dengan gaun penuh darah korban yang tadi sempat dirawatnya sebelum dia kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat sejenak didalam kamar, dokter kekaisaran dan beberapa prajurit yang tadi ditolongnya, berdiri membungkuk untuk memberi hormat.
Sementara para prajurit yang terluka parah dan tak bisa berdiri hanya menundukkan kepala dengan penuh rasa terimakasih.
Catharine terdiam sejenak, sebelum senyum manis tercetak di wajahnya yang sayang tak bisa dilihat karena tertutup cadar.
Melihat bagaimana para prajurit berterima kasih kepadanya, hatinya merasa hangat karena upayanya sangat dihargai oleh mereka.
Catharine mengangkat satu tangannya untuk menyapa, “Saya akan membersihkan diri dulu sebelum bergabung dengan dokter untuk kembali meriksa kondisi kalian dan merencanakan pengobatan lanjutan”, ujarnya yang dibalas anggukan oleh semua orang.
Dalam pengobatan korban luka peperangan, infeksi luka adalah hal yang paling sering terjadi maka dari itu Catharine berencana akan memberikan mereka edukasi mengenai cara penanganan luka mereka secara mandiri agar infeksi luka tak lagi menjadi momok menakutkan yang bisa membuat seseorang merenggang nyawa.
Setelah Catharine pergi, Raja Dexter didalam ruangan menatap sisa-sisa makanan diatas meja dengan kerutan yang dalam.
“Derreck!”
“Pergi periksa, siapa yang dengan sengaja membuat istri Raja ini kelaparan saat berada didalam istana!”
Siapapun yang melihat bagaimana cara Catharine makan pasti mengira jika wanita itu sudah tidak makan selama beberapa hari.
Kemarin pagi, mereka tidak jadi sarapan setelah Catharine menyajikan menu sarapan yang jauh dari kata layak setelah dipaksa kepala pelayan Roger memasak.
Untuk makan siang dan makan malam, Raja Dexter tak lagi melihat istrinya itu di meja makan karena dia juga terlalu sibuk mencari tahu para penyusup yang berani menyerangnya di meja makan.
Dan hari ini, sebelum dia memakan sarapan paginya, terjadi kekacauan yang besar di istananya dan sang istri turut membantunya.
Hal itu sangat wajar bagi Catharine jika dia makan sangat banyak begitu melihat ada makanan tersaji diatas meja.
Itulah yang ada dalam benak Raja Dexter saat ini namun hal itu tak berlaku untuk Derreck yang sudah tahu siapa orang yang berbuat ulah, pasti kepala pelayan istana, Roger.
Roger sendiri memiliki keberanian seperti itu juga semuanya bersumber dari Raja Dexter sendiri yang sejak awal tidak menyukai dan ingin menghina Catharine sehingga Roger sebagai orang yang telah lama mengabdi berusaha untuk menjadi perpanjangan tangan sang Raja dalam menyiksa istrinya.
Meski begitu, Derreck tak berani mengatakan semua yang ada dalam pikirannya itu dihadapan Raja Dexter dan hanya mengiyakan perintahnya dan segera keluar untuk mencari tahu situasi sebenarnya yang terjadi dari Roger.
Sementara itu, Catharine yang berjalan keluar menuju halaman paviliun belakang berpapasan dengan para pelayan dan pekerja kasar yang melakukan tugasnya seperti biasa dihalaman istana, melihat pakaiannya penuh dengan darah mereka langsung berteriak ketakutan.
Mereka semua lari tunggang langgang seperti sedang melihat hantu, apalagi langit mendung dan suasana yang mencekam setelah status siaga diberlakukan, hembusan angin yang menerbangkan rambut merahnya semakin membuat orang yang menatapnya merinding dan tak berani mendekat.
“Sial! Mana ada hantu cantik begini! Buta mereka!”, gumannya menggerutu.
Dengan acuh, Catharine kembali melangkahkan kakinya menuju paviliun tempat tinggalnya yang terlihat hampir roboh akibat ulah para penyusup dan hujan lebat yang mengguyur bumi pagi tadi.
Begitu Catharine menoleh, Lili langsung berlari dan memeluknya dengan erat.
“Huaaa...nona...darimana saja anda. Saya begitu khawatir melihat nona tak ada dalam kamar begitu saya bangun”, ujar Lili sambil memeluk Catharine sambil menangis sesenggukan.
“Nona, kamar anda hancur total. Entah apa yang terjadi, setelah meminum sup saya tidak ingat apa-apa”, ujarnya sambil berderai air mata.
Catharine melepaskan pelukan Lili dan menatap pelayan pribadinya itu penuh selidik. “Sup apa yang kamu makan? Apa semua pelayan memakannya?”, tanyanya penuh kecurigaan.
Dengan polos, Lili menceritakan mengenai sup kentang daging yang dibuat khusus oleh Selir Daysi didapur.
Karena merasa tak enak hati dan sedikit takut, Lili yang sebenarnya masih kenyang setelah sarapan bersama nona mudanya terpaksa meminum sup tersebut dalam mangkuk kecil.
Lili yang merasa mengantuk setelah meminum sup pun pamit untuk kembali kedalam kamarnya dan tertidur hingga sore hari.
“Sudah aku duga. Wanita itu tak biasa”, batinnya bermonolog.
Kemarin, sewaktu Selir Daysi memegang tangannya, tanpa wanita itu sadari Catharine merasakan nadinya yang membuatnya cukup terkejut.
Wanita yang selalu bertingkah laku lemah ternyata seorang praktisi bela diri sepertinya meski kekuatan yang dimilikinya tak sebesar miliknya.
“Apa tujuan wanita itu?”
“Membunuh Raja Dexter?”
“Kurasa, tidak sesimple itu”
Catharine termenung sejenak berusaha meraba-raba motif Selir Daysi dan kericuhan yang terjadi selama dua hari ini didalam istana hingga seekor elang yang tiba-tiba bertengger dipundaknya membuyarkan lamunannya.
“Dakkar! Apa yang membuatmu kemari?”, tanyanya penasaran.
Melihat ada gulungan kertas dikaki elang milik kakak seperguruannya itu, Catharine segera membuka gulungan tersebut dengan tangan gemetar.
Kedua matanya melotot sempurna dengan mulut terbuka karena terkejut atas informasi yang diterimanya.
“Ini! Tidak mungkin!”, gumannya syok.