Patah hati karena dikhianati oleh tunangan dan adik tirinya, Jiang Shuyi memutuskan untuk membalas dendam dengan meniduri pria perkasa yang dia temukan di club malam.
Ternyata, pria itu adalah paman sang tunangan, sekaligus penguasa kota ....
Bagaimana kelanjutan kisah Jiang Shuyi dengan tunangan dan sang paman?
Apakah Jiang Shuyi bersedia memaafkan tunangannya dan melupakan malam indah bersama 'Paman Perkasa' itu?
Simak kelanjutannya hanya di sini, ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berencana Meracuniku?
Seketika, satu nama langsung melintas di kepala Shuyi ....
Lu Zhiming ....
'Aku memang berhubungan dengannya, tapi ….' Shuyi berhenti sejenak, lalu melanjutkan pemikirannya. ‘Bisakah Zhiming yang agung dideskripsikan sebagai kekasih gelap?’
Shuyi segera menggelengkan kepalanya, mencoba mengenyahkan pikiran-pikiran tidak berguna itu.
Tujuannya ke rumah ini bukan untuk membahas apa pun dengan Ziyi, jadi dia juga tidak punya kewajiban untuk menjawab segala pertanyaan adik tirinya itu.
“Di mana kakek? Aku ingin menemuinya.”
Tanpa menunggu jawaban Ziyi, Shuyi berlalu pergi dan naik ke lantai atas, tempat kakeknya berada.
Di Kediaman Jiang, hanya Diana Lee, ibu kandung Shuyi dan Kakek Tua Jiang yang selama ini bersikap baik padanya.
Hanya saja, Diana Lee tiba-tiba membawa Shuyi pergi dan tinggal di Mansion Tua Keluarga Lee yang ada di pinggiran Kota Yinli.
Shuyi tahu alasan Diana Lee memilih pergi adalah karena Jiang Xingxu memiliki dua putri dari wanita lain, tetapi dia justru tidak tahu kapan dirinya dibawa kembali ke Kediaman Jiang.
Saat bangun pagi itu, Shuyi yang merasa dirinya telah tidur sepanjang tahun, malah mendapat kabar kem*tian ibunya.
Sampai saat ini, Shuyi tidak tahu, bahkan tidak bisa mengingat bagaimana ibunya bisa meninggal.
Dia kehilangan ingatan hanya pada hari kem*tian ibunya!
Tentu saja, Shuyi menanam kecurigaan pada ayahnya. Akan tetapi, dia tidak punya bukti untuk membuat tuduhan.
Selama tinggal di Kediaman Jiang, Shuyi harus menahan berbagai tekanan yang datang dari keluarga baru ayahnya, dia bahkan difitnah mendorong kakeknya dari tangga lantai dua.
Sejak saat itu, Kakek Tua Jiang tidak sadarkan diri dan diumumkan kepada dunia bahwa pria tua itu mengalami kondisi vegetatif.
Di saat yang sama, Shuyi dikirim ke Desa Huangzhi oleh Xingxu.
Demi kakeknya, Shuyi yang suka mendesain perhiasan seperti ibunya, diam-diam belajar ilmu kedokteran.
Saat ini, Shuyi telah memeriksa denyut nadi Kakek Tua Jiang, dia kemudian memasukkan jarum ke titik akupunturnya.
Setelah merawat pria tua itu sebentar, Shuyi menutupi t*b*h sang kakek dengan selimut sambil berbicara dengan lembut. “Kakek, jangan khawatir. Aku akan menyembuhkanmu, juga mencari keadilan untumu dan untukku.”
Di sisi lain, Ziyi yang ditinggalkan oleh Shuyi, dengan penuh semangat pergi menemui Xu Mengxi—sang ibu—yang tengah membantu para pelayan mempersiapkan makan siang mereka.
“Bu, barusan aku melihat Shuyi diantar pulang oleh seorang pria! Itu pasti kekasih gelapnya!” Ziyi berbicara dengan nada yang menggebu-gebu, menunjukkan betapa semangatnya dia.
Dia enggan memanggil Shuyi dengan sebutan 'kakak' sebagaimana mestinya, karena tidak sudi mengakui bahwa wanita itu adalah kakaknya juga.
“Benarkah dia punya kekasih gelap?" Xu Mengxi yang tengah merebus sup akar teratai pun terkejut mendengar celotehan Ziyi, dia memasang ekspresi sinis saat mencibir, "Dia benar-benar wanita tidak tahu malu!”
Xu Mengxi juga tidak ingin ketinggalan memaki Shuyi, dia lupa bahwa dirinya mendapatkan gelar Nyonya Jiang karena bersikap tidak tahu malu di hadapan Xingxu yang berstatus sebagai suami orang.
Jika tidak, mana mungkin dia bisa melahirkan Lysa yang lebih muda hanya dua tahun dari Shuyi.
“Benar, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, Ibu.” Ziyi masih dengan penuh semangat membiacarkan tentang Shuyi. “Aku yakin, itu bukan suaminya, tetapi kekasih gelapnya!”
Saat ini, Ziyi benar-benar yakin bahwa pria yang berbicara dengan Shuyi di mobil tadi adalah Asisten Han, bukan Lu Zhiming.
Tidak mungkin wanita yang diabaikan oleh Xu Yan mampu memikat sang penguasa Kota Harapan hingga membuat pria itu rela membuang waktu berharganya hanya demi mengantarkan Shuyi pulang ke rumah.
Melihat ibunya begitu serius memasak sup akar teratai, Ziyi mengerutkan keningnya dengan bingung. Pasalnya, tidak ada di antara mereka penghuni Kediaman Jiang yang memakan sup itu, jadi dia bertanya, “Ibu, untuk siapa kamu memasak sup akar teratai itu?”
“Untuk Shuyi,” sahut Xu Mengxi dengan santai.
“Apa? Apa aku tidak salah dengar?” Ziyi terkejut, dia tidak percaya hingga menyalahkan telinganya sendiri.
"Kamu tidak salah dengar," sahut Xu Mengxi sembari menuangkan sup akar teratai ke dalam sebuah mangkuk. "Aku memang membuat sup ini khusus untuknya."
“Ibu, mimpi apa kamu mau memasak untuknya?” Ziyi semakin terkejut, dia benar-benar tidak bisa percaya ibunya akan sebaik hati itu terhadap Shuyi.
Pada saat yang sama, Ziyi cemburu dan tidak senang atas perhatian ibunya pada Shuyi.
“Jangan terperdaya, aku punya rencana lain dengan sup ini.” Xu Mengxi tersenyum miring, dia mengeluarkan sebuah kantong kecil berisi bubuk putih dan menuangkannya ke dalam mangkuk yang sudah diisi dengan sup panas.
Di sisi lain, Shuyi telah turun dari kamar Kakek Tua Jiang dan berjalan ke arah luar dengan cepat. Dia ingin segera pergi meninggalkan Kediaman Jiang karena urusannya telah selesai.
Selain itu, dia juga ingin menghindari kedatangan Lu Zhiming.
Namun, Xu Mengxi yang telah menyajikan sup akar teratai mana mungkin rela kerja kerasnya tidak membuahkan hasil.
Dia berjalan cepat menghampiri dan menghentikan anak tirinya itu. "Shuyi, aku telah membuatkan sup akar teratai untukmu, kemarilah dan cicipi supnya."
Shuyi mengangkat alisnya dan menatap curiga pada Xu Mengxi. 'Dia membuatkan sup akar teratai untukku? Apa matahari telah terbit dari Barat? Dia pasti berencana meracuniku, kan?'
Shuyi menarik paksa kedua sudut b*birnya untuk membentuk sebuah senyuman. “Tidak perlu, aku harus pergi sekarang.”
Shuyi benar-benar tidak punya waktu untuk berbasa-basi dengan Xu Mengxi apalagi menyentuh sup akar teratai buatannya yang tidak teruji klinis.
Di samping itu, Shuyi juga tengah mencoba menghindari Lu Zhiming yang ingin menjemputnya.
“Shuyi, minumlah supnya walau hanya seteguk saja.” Xu Mengxi berbicara dengan ekspresi menyedihkan seolah-olah dia telah dit*ndas oleh Shuyi selama ribuan tahun.
Shuyi memutar bola matanya dengan jengah, dia sama sekali tidak ters*ntuh pada drama yang dimainkan oleh Xu Mengxi sehingga tidak berniat singgah ke dapur.
“Shuyi, kenapa kamu tidak menghargai niat baik ibumu?” Melihat ekspresi menyedihkan di wajah istrinya, Xingxu yang baru saja datang entah dari mana, langsung merasa tertekan dan tidak senang pada Shuyi. “Bukankah kamu pulang untuk makan siang bersama? Kenapa terburu-buru ingin pergi? Ibumu sudah menyibukkan dirinya di dapur sejak pagi karena tahu kamu akan pulang.
Mendengar suara Xingxu, Shuyi menghentikan langkahnya tepat di ambang pintu. Dia tersenyum miring, sebelum akhirnya berbalik untuk melihat sang ayah sambil berkata, “Mungkin kamu lupa, jadi aku akan mengingatkanmu bahwa Diana Lee adalah satu-satunya ibuku dan dia sudah lama meninggal!”
“Jadi ….” Shuyi sengaja berhenti, dia melirik Xu Mengxi sekilas, lalu kembali menatap Xingxu. “Dia bukan ibuku!”
“Shuyi!” Xingxu meraung tak senang.
Melihat kemurkaan suaminya terhadap Shuyi, Xu Mengxi tentu saja senang.
Namun, dia berusaha menyembunyikan rasa senangnya itu dan tetap memasang ekspresi menyedihkan. “Xingxu, jangan marah. Shuyi benar, aku memang bukan ibunya.”
Saat mengatakan itu, Xu Mengxi bahkan hampir menumpahkan air mata.
Xingxu menggertakkan gigi sambil menatap Shuyi seolah-olah ingin mel*hap putri yang tidak pernah menjadi kebanggannya, lalu bergegas merangkul Xu Mengxi demi menenangkan sang pujaan hati.
Sekali lagi, Shuyi memutar bola matanya, dia sama sekali tidak terpengaruh dengan tatapan mem*tikan Xingxu.
Justru, dia sangat jengah menyaksikan keharmonisan dua sejoli yang telah melukai ibunya.
“Aku pergi,” kata Shuyi sambil berbalik dan hendak melangkah pergi.
Namun, langkah kakinya kembali dihentikan oleh suara Xingxu.
“Pergilah, maka besok Kediaman Jiang akan menjadi rumah duka untuk kakekmu!”
“Kamu!” Shuyi langsung berbalik, menatap Xingxu dengan sorot tidak percaya. “Kamu tega memb*n*h kakek demi wanita ini?”
“Kenapa tidak?” Xingxu menaikkan sebelah alisnya, lalu melanjutkan dengan tegas. “Aku akan meny*ngkirkan siapa pun yang membuat Xu Mengxi tidak senang, tidak terkecuali ayahku sendiri.”
Shuyi tercengang, dia sejak lama sudah tahu bahwa ayahnya adalah seorang b*j*ngan, tetapi dia tidak menyangka bahkan b*j*ngan saja tidak cukup untuk menggambarkan seorang Xingxu.
Hanya demi Xu Mengxi yang kecantikannya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Diana Lee, Xingxu bahkan rela mengorbankan ayahnya sendiri.
“Bagaimana dengan aku?”
“Karena kamu putriku, aku tidak akan menargetkanmu, tapi aku tidak bisa menjamin orang-orang yang kamu sayangi akan baik-baik saja.”
Shuyi dengan susah payah berusaha menelan ludahnya yang tiba-tiba terasa seperti bongkahan batu. “Apa ibuku juga menjadi targetmu?”
“Duduklah dan cicipi sup akar teratai yang dibuat Mengxi.” Xingxu tidak berniat menjawab pertanyaan Shuyi, dia hanya ingin sang putri tidak menyia-nyiakan usaha sang istri.
Begitu saja, Xingxu yang meyakini bahwa Shuyi tidak akan meninggalkan Kediaman Jiang sebelum mencicipi Sup Akar Teratai, membawa Xu Mengxi memasuki dapur.
Di belakang, Ziyi dengan setia mengikuti mereka setelah melemparkan senyuman mengejek pada Shuyi.
Melihat punggung Xingxu yang enggan menjawab pertanyaannya, Shuyi telah mengkonfirmasi dugaannya selama ini.
Ada hal lain yang menjadi sebab pendukung ibunya meninggal!
Shuyi berusaha menekan kebencian di hatinya, dia pun dengan berat hati melangkahkan kakinya ke dapur hanya untuk mencicipi Sup Akar Teratai yang dibuat oleh Xu Mengxi.
Bagaimanapun, kakeknya tidak boleh menjadi target ayahnya yang tidak berhati nurani!
Lagipula, masih ada banyak hal yang harus dia selidiki di Kediaman Jiang dan kakeknya bisa menjadi alasan untuknya bisa keluar-masuk dengan bebas ke sana.
Sebelum memasuki dapur, Shuyi menarik nafas dalam-dalam dan kembali menunjukkan senyuman yang penuh dengan keterp*saan.
“Shuyi, duduklah di sini.” Melihat kehadiran Shuyi, Xu Mengxi langsung menyiapkan tempat duduk di sebelahnya.
Sementara itu, Ziyi duduk di hadapannya, tepat di sisi kiri Xingxu.
“Terima kasih,” kata Shuyi masih mempertahankan senyumannya, lalu dia mengambil sendok dan menyuapkan sup akar teratai.
Dalam sekejap, kehangatan sup dan aromanya menj*lar di dalam m*lut Shuyi.
Namun, Shuyi tiba-tiba merasa penglihatannya menjadi kabur, bahkan bayangan orang-orang di sekitarnya menjadi dua.
Seketika, Shuyi bisa menebak ada sesuatu yang salah dengan Sup Akar Teratai itu. “Bibi Xu, apa yang kau … masukkan ke dalam sup ini?”