NovelToon NovelToon
Sebatas Ibu Pengganti?

Sebatas Ibu Pengganti?

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Pengganti / Cerai / Penyesalan Suami
Popularitas:5.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Hati siapa yang tak bahagia bila bisa menikah dengan laki-laki yang ia cintai? Begitulah yang Tatiana rasakan. Namun sayang, berbeda dengan Samudera. Dia menikahi Tatiana hanya karena perempuan itu begitu dekat dengan putri semata wayangnya. Ibarat kata, Tatiana adalah sosok ibu pengganti bagi sang putri yang memang telah ditinggal ibunya sejak lahir.

Awalnya Tatiana tetap bersabar. Ia pikir, cinta akan tumbuh seiring bergantinya waktu dan banyaknya kebersamaan. Namun, setelah pernikahannya menginjak tahun kedua, Tatiana mulai kehilangan kesabaran. Apalagi setiap menyentuhnya, Samudera selalu saja menyebutkan nama mendiang istrinya.

Hingga suatu hari, saudari kembar mendiang istri Samudera hadir di antara carut-marut hubungan mereka. Obsesi Samudera pada mendiang istrinya membuatnya mereka menjalin hubungan di belakang Tatiana.

"Aku bisa sabar bersaing dengan orang yang telah tiada, tapi tidak dengan perempuan yang jelas ada di hadapanku. Maaf, aku memilih menyerah!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Kemarahan ibu Samudera

Semburat senja mulai menghilang. Semilir angin diiringi titik-titik air hujan turun ke bumi, seakan ikut bersedih atas kesedihan yang menimpa Tatiana. Di depan tanah merah bertabur bunga, Tatiana terpaku sejak satu jam yang lalu. Orang-orang yang turut mengantar kepergian ibunda Tatiana pun sudah pulang satu persatu. Hanya menyisakan Tatiana, Raya, orang tua Samudera dan beberapa tetangga dekat ibu Tatiana.

Di depan gundukan tanah merah itu, Tatiana terpaku. Matanya memang tidak lagi menangis, tapi hatinya tak henti-henti meluahkan perih. Kehilangan sesosok yang tercinta membuat Tatiana seolah kehilangan semangat hidupnya. Tatiana bagaikan cangkang kosong, benar-benar menyedihkan.

Sepulang dari rumah sakit, memang jenazah sang ibu langsung diurus untuk dimakamkan. Tak ada yang perlu ditunggu, jadi untuk apa ditunda-tunda. Beberapa kerabat jauh ibunya juga ada di sana, jadi mereka pun setuju dengan keinginan Tatiana. Meskipun sebenarnya masih ada rasa enggan untuk berpisah dengan sang ibu, tapi sebagai seorang muslim memang kita harus menyegerakan pemakaman agar jasadnya mendapatkan tempat yang layak.

"Nak, ayo kita pulang. Langit sudah makin gelap. Hujan juga sepertinya enggan berhenti, bahkan bisa saja makin deras. Ayo kita pulang, Sayang!" bujuk ibu Samudera. Ia turut berjongkok di samping Tatiana. Diusapnya punggung sang menantu dengan penuh kasih sayang. Sungguh, hatinya terasa hancur. Sebagai seorang ibu, ia bisa melihat kasih yang begitu besar dari Tatiana untuk sang ibu. Tatiana seakan kehilangan tempat untuk berpijak. Jiwanya yang rapuh kini luluh lantak akibat kehilangan.

"Iya, Na, ayo kita pulang! Nanti kamu sakit. Ibu pasti sedih liat kamu kayak gini." Raya turut menimpali. Sejak tadi, tak sedetikpun ia meninggalkan sosok sahabat. Sesayang itu dirinya pada Tatiana.

"Ibu sudah pergi, Ray. Meninggalkan aku. Duniaku yang sepi kini makin terasa sepi. Semua gelap. Aku harap ini hanya sekedar mimpi, tapi ... Sayangnya ini nyata. Ini benar-benar sudah pergi. Kepada siapa lagi aku akan merengek saat tidak mendapatkan apa yang aku inginkan. Kepada siapa lagi aku mencari tempat berpegang, kalau pilar tempatku berpegang dan bersandar telah tiada."

"Na, jangan begini. Kamu masih punya aku."

"Tiana, kamu jangan seperti ini, Nak. Kamu pun masih punya mama, papa, dan Samudera. Kamu tidak sendiri. Bukankah mama pun sudah menjadi ibumu."

Tak mudah membujuk Tatiana, tapi berkat kegigihan Raya dan ibu Samudera, akhirnya mereka pun berhasil membujuk Tatiana.

Sepulangnya ke rumah, Raya dan ibu Samudera pun membawa Tatiana ke kamarnya. Mereka lantas meminta Tatiana membersihkan diri.

"Na, mau aku bantu?" tawar Raya saat melihat Tatiana berjalan gontai menuju kamar mandi. Tatiana menggeleng samar. Ia terus melangkah menuju kamar mandi.

Di kamar mandi, Tatiana terduduk sambil memeluk lutut. Tubuhnya bergetar. Ia belum siap kehilangan seperti ini. Ia belum siap kehilangan ibunya. Tapi takdir berkata lain. Mungkin Allah lebih mencintai ibunya sehingga Ia menjemput ibunya secepat ini.

Tak ingin membuat yang lain khawatir, Tatiana pun segera mengguyur tubuhnya dengan air. Setelah beberapa menit membersihkan diri, Tatiana pun segera keluar. Di atas ranjang, sudah ada baju bersih yang mungkin Raya lah yang sudah menyiapkannya. Tatiana tersenyum samar. Benar kata Raya, ia tidak sendiri. Ia masih memiliki Raya, mama, papa, dan ...

Senyum samar itu seketika menjadi garis lurus. Bahkan sampai pemakaman telah usai pun, Samudera belum juga menampakkan dirinya. Diperiksanya ponsel yang sejak pulang dari rumah sakit terkapar di meja rias. Tak ada satupun panggilan maupun pesan dari Samudera yang menanyakan keberadaan dirinya. Padahal langit sudah mulai menggelap. Sebentar lagi adzan Maghrib berkumandang. Tapi sosoknya tak kunjung muncul.

Tatiana terkekeh miris, setidak penting itu keberadaan dirinya bagi Samudera.

Sementara itu, di ruang tamu, ibu Samudera tampak kesal setengah mati karena sang putra yang tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Ia merasa miris dan kasihan dengan sang menantu. Seharusnya di saat seperti ini, ada Samudera yang memberikan pundaknya untuk bersandar. Pelukannya untuk menguatkan. Senyumnya untuk mengobati kegetiran yang Tatiana rasakan. Tapi putra semata wayangnya itu tak kunjung muncul. Tadi Sakinah dan suaminya sudah mencoba menghubungi Samudera, tapi panggilannya tak diangkat. Lalu sekarang nomornya sudah tidak aktif lagi membuat sepasang suami istri itu menggeram murka.

"Nak Raya, Tante dan Om titip Tatiana dulu ya. Mama dan papa mau membersihkan diri sekalian membawa makan malam untuk Tiana. Kamu nggak papa kan?"

"Raya nggak apa kok, Tan, Om. Biar Raya yang temenin Tiana di sini. Silahkan."

Sepasang suami istri itu pun pergi saat Tatiana masih berada di dalam kamar mandi.

Sementara itu, mobil Samudera baru masuk ke pekarangan rumahnya. Saat mobil berhenti, Samudera pun dengan segera turun lalu melepaskan seat belt yang melingkari tubuh Ariana yang sedang tertidur pulas. Dibukanya pintu dengan kunci cadangan yang ada pada dirinya.

Gelap. Itu yang pertama kali terlihat di netranya. Samudera pun melangkah hati-hati sambil menyalakan lampu. Dibawanya tubuh mungil Ariana ke kamarnya, kemudian dibaringkan.

Sekeluarnya dari kamar Ariana, Samudera pun gegas masuk ke kamarnya. Dahi Samudera berkerut sebab lampu kamar dalam keadaan mati, tidak seperti biasanya.

"Tiana," panggil Samudera setelah menekan sakelar. Namun tak ada sahutan sama sekali. Samudera pun menuju dapur untuk mencari Tatiana, tapi ia pun tidak menemukannya di sana.

"Tiana," panggil Samudera lagi, tapi tetap saja tidak ada jawaban.

Samudera hendak menghubungi Tatiana, tapi ia lupa, ponselnya berada di atas dashboard mobil. Samudera pun segera keluar menuju mobilnya. Di saat ia berhasil mengambil ponselnya, mobil orang tua Samudera pun tiba. Dengan amarah yang menggebu-gebu, sang ibu pun mendekati Samudera yang baru turun dari dalam mobilnya dan ...

Plakkk ...

Plakkk ...

Ibu Samudera menampar pipi kiri dan kanan Samudera dengan begitu kuat. Bahkan nafasnya naik turun karena kesulitan mengontrol emosi.

"Ma, mama apa-apaan sih datang-datang main tampar Sam seperti ini?" desis Samudera mencoba mengontrol suaranya agar tidak meninggi.

"Kau masih tanya kenapa? Kau darimana saja seharian ini? Bukankah kau sudah pulang dari rumah sakit sejak tengah hari tadi?" pekik sang ibu dengan sorot mata menyala.

"Aku ... menemani Ariana ke water park bersama Triani," ujar Samudera sedikit terbata.

"Apa?" Alis ibu Samudera terangkat ke atas. Kemudian ia terkekeh dengan sudut mata yang mulai basah. "Di saat istrimu sedang hancur, kau justru bersenang-senang dengan saudara kembar mendiang istrimu. Kau tahu Sam, Mama menyesal sudah menikahkan kau dengan perempuan sebaik Tiana. Kau benar-benar tak pantas menjadi suaminya. Bahkan di saat seperti ini, kau justru tak ada bersamanya. Kau benar-benar hebat, Sam. Benar-benar hebat. Apa kau ingin bernostalgia dengan Triana karena wajah mereka yang begitu mirip, hm? Menjadikan Triani seakan Triana? Tidakkah kau pikirkan bagaimana perasaan Tiana saat mengetahui di saat dirinya sedang hancur karena kehilangan sang ibu, suaminya justru sedang bersenang-senang dengan kembaran mendiang istrinya? Kau benar-benar brengsekkk, Sam. Sangat brengsekkk," maki ibu Samudera membuat Samudera yang awalnya bingung melihat kemarahan sang ibu kini justru membulatkan matanya.

"A-apa maksud perkataan mama tadi?" tanya Samudera meminta penjelasan.

"Siang tadi ibu Tiana meninggal dunia dan baru dimakamkan sore ini. Papa benar-benar kecewa dengan kamu, Sam. Sebagai seorang suami, kau sudah benar-benar gagal." Ayah Samudera menukas setelah diam sejak tadi.

Ayah Samudera lantas membimbing sang istri yang masih terisakke dalam mobil. Ayah Samudera pun rasanya ingin menangis melihat keadaan menantunya saat ini. Namun ia hanya menahan kesedihannya dalam hati.

Saat pasangan suami istri itu sudah berada di dalam mobil, ibu Samudera kembali berbicara, "bila suatu hari nanti Tiana memilih menyerah, mama akan mendukungnya. Semoga itu tidak benar terjadi. Kalaupun terjadi, itu memang pantas kau dapatkan."

Setelah mengucapkan itu, mobil kedua orang tua Samudera pun segera melaju meninggalkan Samudera yang terpaku dalam keheningan.

Samudera mengusap wajahnya kasar. Ia memeriksa ponsel yang sejak siang ia abaikan. Ternyata ponselnya kehabisan daya. Ia yakin, Tatiana sudah mencoba menghubunginya, tapi karena sejak siang ia meninggalkan ponselnya di dalam mobil, Samudera jadi tidak mengetahui tentang kepergian ibu mertuanya.

"Aaargh, sial! Kenapa juga aku meninggalkan ponselku. Aku harus segera menemui Tiana. Segera."

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

1
Maya Ratnasari
wah keren revenge nya unpredictable
Maya Ratnasari
almarhumah ibu papamu? maksudnya siapa ya? neneknya tatiana?
Maya Ratnasari
aska
Maya Ratnasari
sip thor, biasanya di novel novel lain ngga disebut melakukan pembayaran dulu
Yuyun Kurniasih
lanjuutt thorr👍👍👍
Maya Ratnasari
whaattt??? seminggu ngga bisa BAK??? beberapa jam ngga BAK aja udah sakit bukan main dan harus rujuk ke RS, ini yakin seminggu thor?? meledak dah tuh bladder
Maya Ratnasari
kata siapa nurse itu tidak serumit dokter. OMG. bisa bisanya dibilang begitu ya. nakes itu dengan kapasitasnya masing masing, tidak bisa dibandingkan seperti itu. mohon pengertiannya author yg baik.
Aisyah Isyah66
Luar biasa
Ernita Anwar
bagus dan banyak hal baik yg bisa di ambil hikmahnya
Indra Kristiawan
Luar biasa
Maryam Renhoran
senang aku bacanya,,,
Mksih yaa thor, makin penasaran akuu🫰🥰
Tantina Wyvaldia
aku baca nya ke "Kulepas Engkau Dengan Bismillah"
langsung.
BUDI SETIAWAN
Luar biasa
SriWatini S'Kun
top
Dyan Eka
Luar biasa
Syach
novel ini mengajarkan banyak hal baik untuk menjalani hidup
💞R0$€_22_Ai..Shiteru..💞
akibat lambe turah tuh, selalu bikin oranglain sakit hati dengan kata2 pedesnya, jadilah mulutnya bau combera n..
MamDaffa
Luar biasa
farah felany
Luar biasa
💞R0$€_UP!n💞
Sama ponakan sendiri kok kaya gitu sih..ponakan tuh kaya anak lho sayangnya..lha ini kok kaya orla yg lagi mgarepin jd ibu tirinya aja, gada rasa welas asih seorang ibu, padahal anaknya saudara perempuan sendiri..sakit nih orang satu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!