Kim Woo-jin masih bertahan membaca komik romansa remaja karena tertarik pada karakter Shimizu Miyuki, teman masa kecil karakter utama laki-laki dalam cerita. Namun, seperti yang sering terjadi, teman masa kecil biasanya hanya berperan sebagai pemanis di awal kisah dan tidak terpilih sebagai kekasih hingga akhir cerita.
Fenomena ini sudah menjadi klise dalam komik bergenre 'Harem,' yang merujuk pada karakter utama laki-laki dan para gadis-gadis yang menyukainya. Sebuah pola yang, meski berulang, tetap berhasil menarik perhatian pembaca.
"Selalu sama seperti yang lain, hanya saja sifatnya sangat baik dan polos. Tapi menerima semuanya dengan senyuman saat ditolak, sungguh hebat sekali. Awal cerita mereka selalu bersama seperti tidak terpisahkan, tapi setelah SMA, banyak gadis yang mendekati Protagonis Sampah," gumam Kim Woo-jin.
(Penulis : Sudah lama ya nggak ketemu xixixi~ aku sibuk dan lupa password, baru inget dan dah lupa lanjutan cerita yang aku buat ... selamat membaca~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayang_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keberanian yang Tersembunyi
Keberanian yang Tersembunyi
Ren tidak menyesal walaupun banyak hal yang berubah. Tidak sama seperti yang ada di dalam komik, jalan cerita dalam karya aslinya memang dia harap tidak akan sama. Miyuki, yang dulu selalu mengikuti Ryuji yang dicintai Miyuki, kini justru lebih banyak menghabiskan waktu bersamanya.
'Ini mungkin yang disebut sebagai efek kupu-kupu,' gumam Ren dalam hati.
"Ren-kun, hari ini ayah dan ibuku tidak ada di rumah. Apa kamu tidak mau mampir ke rumahku?" tanya Miyuki pada Ren, yang langsung terlihat gugup.
"Kamu di rumah sendirian?"
"Ya, jujur aku takut sendirian. Apa kamu mau menemani aku? Aku sudah bilang pada ibu, dan dia mengizinkan."
"Michiko-san mengizinkan aku menginap di rumahmu begitu?"
"Ya... bagaimana? Kamu mau?"
"Ya, kalau sudah mendapatkan izin, aku akan menginap. Kamu sendirian di rumah, jadi kalau aku di sana, kamu akan baik-baik saja, kan?"
"Tentu, aku akan baik-baik saja. Aku akan lega kalau ada kamu, jadi aku tidak cemas," jawab Miyuki sambil tersenyum manis.
Saat sampai di rumah, mereka berpisah. Miyuki bersandar di pintu setelah menutupnya. Dia memejamkan mata, lalu menarik napas dalam-dalam. Ketika kelopak matanya terbuka, ada sorot penuh keyakinan. Dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang dilakukannya tidak salah. Miyuki tidak mendapatkan izin dari ibunya bahwa Ren boleh menginap. Semua yang dikatakan oleh Miyuki adalah kebohongan yang dibuatnya.
Sejak kejadian dengan Aoi dan Hikari, Miyuki terus memikirkan bahwa suatu hari Ren mungkin akan berpaling darinya. Walaupun dia berusaha untuk tetap bertahan dan tidak menjauh dari Ren, Miyuki tidak yakin apakah Ren akan tetap bersamanya. Miyuki bahkan membayangkan kemungkinan Ren bertemu dengan gadis lain yang disukainya di masa depan.
"Aku tidak tahu apakah Ren-kun menyukaiku atau tidak. Semua yang dia lakukan memang kadang terasa seperti menggoda, tapi kupikir itu semua hanya candaan. Pasti tidak lebih dari itu, ya..."
---
(Rumah Miyuki – Pukul 8 Malam)
Ren benar-benar terkejut saat melihat Miyuki berpakaian dengan berani. Kaos putih yang terlihat pas di tubuhnya dan celana hotpants hitam dengan garis putih di kedua sisi serta bagian bawah celana.
"Apa... apa terlihat aneh ya?" tanya Miyuki dengan ragu.
"Tidak, tidak! Sangat cocok denganmu. Aku hanya terkejut melihatmu seperti ini..." balas Ren dengan sedikit gugup.
"Ah, ayo masuk, Ren-kun. Di luar dingin," ujar Miyuki sambil tersenyum.
"Ya, ya, aku akan masuk." Ren melangkah masuk ke dalam rumah Miyuki dengan perasaan gugup.
Miyuki berusaha bersikap normal dengan tingkah cerianya, meskipun ada rona merah di pipinya yang tidak bisa disembunyikan. Dia merasa senang karena melihat gelagat Ren yang sedang gugup, membuat Miyuki jadi lebih percaya diri.
"Aku... aku sudah menyiapkan semuanya! Ada camilan dan soda. Kita akan nonton film horor, kan? Pasti sangat mendebarkan~!"
"Iya, ya. Pasti mendebarkan sekali." Ren berusaha tidak gugup. Namun, saat melihat Miyuki lebih lama, ia merasa berdebar dan perasaan campur aduk memenuhi benaknya.
Miyuki yang buru-buru mempersiapkan semua yang mereka butuhkan, tiba-tiba mendengar Ren meminta izin untuk pergi ke kamar mandi.
Setelah semuanya siap, Miyuki duduk di sofa dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Jantungnya berdebar kencang, sulit untuk kembali tenang saat mengingat Ren menatapnya dengan mata yang bergetar. Tatapan itu sungguh membuat Miyuki bahagia, entah apa sebabnya.
