Kisah seorang pria yang terikat hutang dengan sistem karena di tolong oleh sistem ketika dia di khianati, di fitnah dan di bohongi sampai di bunuh di penjara untuk membalas dendam, sekarang dia berjuang untuk melunasi nya dengan membuat aplikasi yang melayani jasa balas dendam bagi pengguna nya, baik yang masih hidup atau sudah meninggal, bisakah dia melunasi hutang nya ? atau hutang nya semakin membengkak karena banyaknya "partner" di samping nya ?
*Mengandung kekerasan dan konten yang mengganggu, harap bijak dalam membaca dan maaf bocah tolong minggir.*
Genre : Fantasi, fiksi, drama, misteri, tragedy, supranatural, komedi, harem, horor.
Kalau berkenan mohon di baca dan tolong tinggalkan jejak ya, like dan comment, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
“Bwuuung,” Rei dan Bianca tiba di sebuah dalam sebuah rumah susun kumuh yang sangat berantakan dan beraroma tidak sedap. Mereka menutup hidung mereka menggunakan sapu tangan dan masuk berjalan ke dalam. Rei menoleh melihat Bianca yang nampak sangat seksi dengan kostum bunny suit berwarna hitam nya. Bianca langsung mendekap dan memiringkan tubuh nya,
“Kenapa sih Rei, aku malu tau,” ujar Bianca.
“Gimana ya ngomongnya, kamu jadi cantik dan seksi banget haha,” ujar Rei.
“Huuuh....oi SS kenapa baju gue kayak gini sih ?” tanya Bianca.
[Jawaban nya simpel, karena tubuh mu indah hohoho.]
“Grrrrrr.....selain Rei semua cowo sama aja,” ujar Bianca geram.
[Hohoho]
“Udah udah, sekarang ku buka kamarnya,” ujar Rei sambil memegang gagang pintu kamar.
“Klek,” Rei menekan gagang pintunya, “krieek,” dia membuka pintunya, di dalam kamar terlihat seorang pria paruh baya yang terbaring di atas kasur dengan tubuh di selimuti oleh selimut tebal. “Ohok...ohok,” terdengar suara batuk pria itu. Mendengar pintu di buka, sang pria mengangkat kepalanya menoleh ke pintu, dia kaget melihat ada pria berpakaian long coat hitam dan seorang wanita memakai bunny suit di belakangnya, masuk ke dalam kamarnya.
“Si..siapa kalian ?” tanya sang pria.
“Bapak Heru ?” tanya Rei.
“Iya benar, anda siapa ya ?” tanya Heru.
Heru berbalik dan duduk di atas ranjang, tubuhnya nampak kurus sekali dan perutnya membuncit. Rei dan Bianca memperkenalkan diri mereka sebagai Grim dan Bunny, Rei memberikan kartu nama nya pada Heru yang menerimanya dan langsung membaca nya. Heru sedikit terkejut namun mempersilahkan mereka duduk.
“Maaf ya aku dalam kondisi begini, ku pikir aplikasi itu hanya main main saja, kalau memang benar, mohon kerjakan permintaan saya,” ujar Heru.
“Lalu kenapa anda menargetkan diri sendiri ?” tanya Rei.
“Silahkan di lihat,” jawab Heru.
Dia menyibakkan selimutnya, Rei dan Bianca sangat terkejut karena kedua kaki Heru terlihat di amputasi dan masih mengeluarkan darah di perban nya. Heru langsung menceritakan apa yang menimpa dirinya. Heru adalah seorang supir pribadi sebuah keluarga konglomerat, setahun lalu dia mengalami kecelakaan yang menyebabkan tuan nya meninggal, istri muda tuannya menuduh dirinya yang lalai dan menuntut nya, walau dirinya juga terluka dan kedua kakinya terpaksa harus di amputasi karena kecelakaan itu.
Karena tidak sanggup membayar denda, Heru yang sedang di rawat di rumah sakit, di penjara selama enam bulan di rumah sakit tempat dia di rawat. Rasa bersalah menghantui dirinya karena dia menganggap dirinya membunuh tuan nya yang sudah memperkerjakannya selama 15 tahun terakhir. Heru tidak memiliki istri dan keluarga, dia sekarang tinggal sebatang kara sejak adik laki laki nya yang juga bekerja sebagai supir cadangan pergi meninggalkan dirinya begitu saja tanpa sebab yang jelas.
Setelah masa tahanan nya selesai, Heru di bawa kembali di rumahnya walau kakinya belum sembuh benar karena tidak ada biaya untuk membayar rumah sakit. Saat ini, Heru menjadi sakit karena infeksi di kaki nya dan sangat tersiksa, sehingga dia memutuskan untuk mernargetkan dirinya sendiri di aplikasi karena dia tidak berani mengakhiri hidupnya sendiri. Rei dan Bianca saling menoleh melihat satu sama lain, kemudian mereka menatap Heru di depan mereka,
“Anda mau tahu apa yang sebenarnya terjadi pada anda ?” tanya Rei.
“Apa yang sebenarnya terjadi ? semua salah saya, memang ada apalagi ?” tanya Heru bingung.
“Ctak,” Rei menjentikkan jarinya, “bwuuung,” sebuah layar hologram besar muncul di tengah mereka, Heru menoleh untuk menonton tayangan di dalam layar yang menampilkan kejadian aktual saat ini. Di dalam sebuah kantor seorang ceo, seorang wanita muda duduk di bealakang meja, wajahnya nampak merah, dia melirik ke bawah dan ternyata ada seorang pria tampan berada di kolong meja sedang “menghibur” dirinya.
“Aaaah...lebih kuat Budi,” ujarnya mendesah.
Budi menarik tangannya dan memundurkan kepalanya yang berada di antara dua kaki wanita itu, dia menunduk dengan wajah sedih,
“Maaf bu Shanaz, tapi tolong sudahi ini, bukankah anda sudah dapat yang anda mau ? seluruh harta kekayaan suami anda sudah jatuh ke tangan anda, tolong lepaskan saya dan kakak saya, ijinkan kami keluar,” ujar Budi melepaskan kedua kaki sang wanita muda.
“Hah apa maksud mu lepaskan ? kamu mau kakak mu ku bunuh hah ?” tanya Shanaz.
“Tolong jangan berbuat apa apa lagi pada kakak saya, sekarang kakinya sudah tidak ada dan dia sudah tidak berdaya, saya sudah berjanji akan mengikuti anda, tolong jangan berbuat lebih jauh lagi,” jawab Budi.
“Kalau begitu teruskan, kenapa berhenti,” ujar Shanaz.
“Tidak bisa bu, saya tidak bisa,” ujar Budi.
Shanaz memundurkan kursinya, dia langsung menunduk dan menjepit kedua pipi Budi dengan tangannya.
“Kamu masih memikirkan kekasih mu itu ya, (menunjukkan layar smartphonenya) lihat, ini kekasih mu kan ?” tanya Shanaz.
Mata Budi membulat karena melihat video call menunjukkan beberapa pria bertopeng sedang menjaga seorang wanita muda yang di ikat di kursi dalam keadaan pingsan.
“Teruskan atau aku perintahkan mereka memperkosa kekasih mu,” ujar Shanaz.
“Ba..baik bu, tolong lepaskan Mawar,” ujar Budi.
“Tergantung kamu, kalau kamu langsung menikahi ku dan memutuskan hubungan mu dengan kekasih mu, akan ku lepaskan kekasih mu itu, aku tinggal katakan lakukan dan mereka semua akan melakukan semuanya sampai tidak ada sisa,” ujar Shanaz.
“Me..menikah ? janji nya kan tidak begitu bu,” ujar Budi kaget.
“Aku berubah pikiran, aku kaya sekarang dan aku butuh pendamping yang menurut seperti hewan peliharaan, kalau kamu tidak mau menuruti ku, tentunya kamu tau apa yang akan terjadi pada kekasih mu dan kakak mu tercinta kan,” ujar Shanaz yang tersenyum licik.
Budi terdiam, dia tidak bisa berkata apa apa lagi walau sebenarnya dia geram dan merasa harga dirinya sebagai laki laki di injak injak karena harus terus melayani nafsu perempuan di depannya. Akhirnya Budi menarik kursi Shanaz lagi ke arah dirinya dan meneruskan apa yang dia kerjakan sebelumnya,
“Aaaaaaah bagus....benar begitu....hahahaha,” ujar Shanaz.
“Plop,” layar hologram meletus, Heru terdiam namun kedua tangannya mengepal meremas selimut yang menutupi separuh kaki nya.
“Aku dan adik ku hanya orang kecil, kenapa nasib kita seperti ini,” ujar Heru meratap.
“Jadi apa anda ingin kami membalas perbuatan wanita itu ?” tanya Rei.
“Tapi...dia istri tuan besar,” jawab Heru.
“Haaah...dia yang membunuh tuan anda dan membuat anda seperti ini, baiklah, saya tayangkan sekali lagi,” ujar Rei.
“Ctak,” layar hologam kembali muncul yang menayangkan beberapa saat sebelum Heru berangkat bersama tuan nya dan mengalami kecelakaan, Shanaz memasukkan sejenis parfum mobil khusus yang bisa membuat orang mengantuk ke dalam mobil. Dia membeli parfum itu dari pasar gelap yang biasa di gunakan untuk membius seseorang kemudian membunuh nya.
Namun aksinya itu terlihat Budi dan Shanaz langsung membungkam Budi menggunakan kakak dan kekasihnya sebagai sandera. Setelah kecelakaan maut di akibatkan supir mengantuk sehingga menabrak truk kontainer. Setelah itu, Shanaz berakting di depan polisi dan menyalahkan Heru atas kematian suami nya yang sudah berusia lanjut. Budi tidak bisa berbuat apa apa karena baginya keselamatan Heru dan kekasihnya Gina nomor satu.
Dia hanya bisa melihat kakak nya di tuduh sebagai pelaku dan menjadi tahanan di rumah sakit tanpa dia bisa menjenguknya, kemudian dia di paksa untuk melayani Shanaz setiap malam karena Shanaz menyukai wajahnya. “Plop,” layar kembali pecah seperti balon, Rei menoleh melihat wajah Heru yang merah padam,
“Kalau aku ingin balas dendam kepada dia, berapa harganya ?” tanya Heru langsung.
“Hmm jiwa anda seharga 750 juta, jadi kami minya bayaran,”
“Ambil jiwa saya, bebaskan adik saya dari tangan wanita jahanam itu,” teriak Heru.
“Baiklah, kita kerjakan sekarang,” ujar Rei tersenyum lebar.
Rei dan Bianca mengambil smartphone mereka, Rei mengubah data target yang sebelumnya adalah diri sendiri menjadi Shanaz Aulia.
**************************************************************************
Target : Shanaz Aulia.
Age : 30.
Ocupation : CEO.
Evil deeds : Extortion, premeditated murder, deception, enslave.
Victim : Budi Pandjaitan (28) dan many more.
Status : Healthy.
Position : Her office room.
Record : Report for swindling, murder and theft but never cought.
Exp : 4500 poin
**************************************************************************
Rei dan Bianca tersenyum, mereka berdiri dan berpamitan dengan Heru, kemudian mereka berjalan keluar kamar.
“SS, poin exp nya semua masukkan ke Bianca,” ujar Rei.
[Oh baiklah.]
“Kenapa ?” tanya Bianca.
“Agar kamu naik level dan aku mau kamu menggunakan kemampuan mu habis itu,” ujar Rei.
[Itu benar, Bianca harus naik level untuk mendapatkan kemampuan baru nya.]
“Oh ok, aku mengerti,” balas Bianca.
“Mari kerja Bi,” ujar Rei sambil tersenyum dan menjulurkan tangannya.
“Ayo suami ku,” balas Bianca yang menyambut tangan Rei.
[Aku berangkatkan kalian sekarang, selamat bersenang senang.]
“Ya,” balas keduanya bersamaan sambil tersenyum.
mampir juga ya kak di cerita akuu